Laporan DPT: Kemajuan Seleksi


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Tujuan pemuliaan tanaman adalah untuk mendapatkan tanaman yang lebih baik. Dalam usaha ini pengetahuan yang cukup mengenai tanaman yang bersangkutan sangat diperlukan. Sifat tanaman baik morfologis, anatomis, maupun fisiologis perlu diamati. Kenyataan menunjukkan bahwa sifat-sifat yang ada pada tanaman seringkali ada hubungannya satu dengan yang lain. Adanya hubungan diantara sifat-sifat tanaman ini sangat membantu usaha-usaha pemuliaan tanaman khususnya dalam pekerjaan seleksi.
Secara konvensional program pemuliaan tanaman didasarkan atas seleksi dimana tanaman dipilih oleh pemulia tanaman untuk satu atau beberapa penampakan (fenotipe) dari karakter yang menjadi target perbaikan, baik secara individu maupun populasi tanaman.  Karakter- karakter yang umumnya merupakan target seleksi antara lain produksi, mutu hasil, ketahanan terhadap hama/penyakit dan/atau toleransi terhadap lingkungan marginal.  Kita ketahui bersama bahwa penampakan dari suatukarakter (fenotipe) ditentukan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan, bahkan kadang- kadang ditentukan pula oleh interaksi antara genetik dan lingkungan.  Oleh sebab itu, pemilihan tanaman yang didasarkan atas fenotip ini memiliki beberapa kelemahan atau kekurangan, terutama bila karakter tersebut lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan, yang dalam ilmu pemuliaan tanaman disebut sebagai karakter yang memiliki heritabilitas rendah.  Keturunan yang didapat diharapkan mempunyai sifat-sifat yang lebih baik dari pada induknya.
Sifat genetik yang disukai pada induk diusahakan agar frekuensinya meningkat, sedangkan frekuensi genetik pada sifat induk yang tidak disukai ditekan serendah mungkin.  Oleh karena itu dilakukan upaya seleksi dalam mencapai tujuan pemuliaan tersebut. Syarat keberhasilan usaha pemuliaan tanaman adalah tersedianya keragaman genetik dalam suatu populasi, agar dapat dipilih genotip yang disuaki.  Keragaman genetik dapat terjadi secara alami (persilangan alami dan mutasi spontan) atau secara buatan.




B.     Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menduga kemajuan seleksi (selection advance) pada suatu populasi dalam rangka usaha pemuliaan tanaman.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pemuliaan tanaman dalam usaha menemukan suatu varietas unggul dapat dilakukan dengan beberapa jalan. Menurut Mursito (2003), Penemuan tersebut dapat dilakukan dengan jalan:
1.      Introduksi
2.      Seleksi terhadap populasi yang ada
3.      Melakukan mutasi, persilangan dan mandul jantan
Salah satu jalan tersebut adalah seleksi. Seleksi adalah suatu kegiatan pemilihan tanaman baik secara individu maupun populasi berdasarkan karakter target yang diinginkan untuk
diperbaiki.  Tujuan dari seleksi adalah untuk memperbaiki proporsi karakter yang diinginkan pada populasi tanaman.  Misalnya bila kita menginginkan diperoleh tanaman yang berproduksi tinggi, maka kita pilih tanaman yang berproduksi tinggi tersebut untuk dikembangkan pada generasi berikutnya, sehingga dari generasi ke generasi akan diperoleh peningkatan proporsi tanaman yang berproduksi tinggi. 
Begitu pula untuk karakter- karakter lain yang diinginkan, misalnya tahan terhadap hama dan penyakit, kandungan protein tinggi, memiliki aroma dan rasa enak, dan lain- lain (Nanda, 2000).
Sebelum menetapkan metode seleksi yang akan digunakan dan kapan seleksi akan dimulai perlu diketahui berapa besar variabilitas genetik, karenavariabilitas genetik sangat mempengaruhi keberhasilan sutau proses seleksidalam program pemuliaan tanaman. Selain melihat variabilitas genetik perlujuga diketahui nilai heritabilitas karena heritabilitas merupakan parametergenetik yang memilih sistem seleksi yang efektif (Pinaria et al., 1995).
Menurut Soepomo (1968), ada 2 macam seleksi yaitu:
1.      Seleksi Massa
Seleksi Massa merupakan metode seleksi tertua. Metode ini tetap digunakan sampai saat ini dalam usaha meningkatkan sifat yang ada atau untuk memperoleh varietas baru. Walaupun ini disebut seleksi massa namun. Pemilihan tetap dilakukan terhadap individu tanaman pada sifat yang diinginkan untuk generasi berikutnya. Seleksi ini dapat dilakukan satu generasi atau dilakukan pada generasi berurutan, sehingga diperoleh suatu populasi yang sifatnya sesuai dengan tingkat yang diinginkan. Seleksi tanaman didasarkan atas fenotipnya. Agar seleksi efektif dibutuhkan pengalaman atau kemampuan pendugaan hingga dapat menilai fenotipe yang tidak menyimpang jauh dari nilai genotype. Metode ini juga digunakan untuk memurnikan varietas dengan menghilangkan tipe-tipe yang menyimpang.
2.      Seleksi Galur Murni
Seleksi galur murni ialah menyeleksi tanaman yang tumbuh bercampur untuk memperoleh tanaman murni yang lebih bakni yakni lebih baik daripada rata-rata populasi campuran tadi.
Kegiatan seleksi secara tidak disadari telah berkembang sesuai dengan kemajuan dan peradaban manusia. Hal ini dapat dimengerti karena manusia pada hakekatnya menginginkan produk ekonomis, sehingga sifat-sifat yang tidak menguntungkan akan dibuang atau tidak dikembangkan lebih lanjut, sedangkan sifat yang dikehendaki akan dipertahankan dan dikembangkan pada generasi- generasi berikutnya.  Pada akhirnya, tanaman dengan karakter-karakter yang diinginkan itu berada pada populasi tanaman yang meluas, sementara sifat-sifat yang tidak dikehendaki menjadi punah.  Seleksi ini dapat pula berlangsung secara alami, yang kita sebut sebagai seleksi alam.  Oleh sebab itu, seleksi dapat dikelompokkan menjadi seleksi alam dan seleksi buatan (Nanda, 2000).
Seleksi alam merupakan seleksi yang dipengaruhi oleh faktor alam dalam mengarahkan seleksi tersebut yang umumnya bersifat acak, sedangkan seleksi buatan merupakan seleksi yang sengaja dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan atau meningkatkan proporsi karakter yang diinginkan berada pada populasi tanaman yang dikembangkan. Seleksi pada suatu tanaman merupakan penunjukkan suatu respek fenotip suatu tanaman. Dalam pemuliaan tanaman seleksi yang diberlakukan bertujuan agar terjadi suatu kestabilan sifat yang diinginkan berdasarkan suatu korelasi dari sifat yang muncul yang berasal dari komponen genetika dalam tanaman itu sendiri (Nanda, 2000).
Seleksi dalam pemuliaan tanaman merupakan salah satu tindakan untuk mencapai tujuan pemuliaan seperti yang dikemukakan oleh Sunarto (1997) yaitu untuk:
1.      Peningkatan produksi
2.      Peningkatan kualitas hasil
3.      Menciptakan verietas tahan Hama Penyakit Tanaman (HPT)
4.      Menciptakan verietas toleran lingkungan rawan
5.      Menciptakan verietas yang sesuai dengan mesin- mesin pertanian
Kemajuan Seleksi merupakan suatu nilai yang menjadi parameter keberhasilan dari seleksi yang kita lakukan. Secara sederhana nilai kemajuan seleksi merupakan selisih dari populasi awal dan populasi lanjut yang telah mengalami seleksi (Idris et al., 2011). Ragam fenotipik merupakan komponen dalam perhitungan pendugaan kemajuan seleksi yang berbanding terbalik dengan kemajuan seleksi sehingga makin besar ragam fenotipik semakin kecil kemajuan seleksi yang akan diperoleh. Nilai kemajuan seleksi ini sangat membantu ketika melakukan seleksi untuk sebuah variabel. Namun ketika dihadapkan untuk melihat dua atau lebih variabel nilai kemajuan sulit digunakan karena nilai kemajuan antara satu variabel dan variabel lain bisa berbeda. Untuk memudahkannya digunakan sebuah nilai yang disebut heritabilitas. Heritabilitas suatu karakter merupakan besaran yang menunjukkan karakter tersebut dapat diwariskan ke keturunannya, yang merupakan porsi dari total keragaman fenotipe yang disebabkan oleh factor genetik. Oleh karena itu, keberhasilan seleksi dapat dicerminkan oleh besaran heritabilitas. Tingginya nilai kemajuan seleksi merupakan suatu perwujudan dari besarnya nilai keragaman aditif pada suatu populasi. Keragaman aditif sendiri merupakan koponen yang diperlukan untuk seleksi yang berulang (Sutoro, 2006).
Seleksi merupakan bagian penting dari program pemuliaan tanaman untuk memperbesar peluang mendapatkan genotipe yang unggul. Pengujian perlu dilakukan sebanyak mungkin pada galur-galur terpilih, sehingga didapatkan galur-galur yang berdaya hasil tinggi (Pinaria et al., 1995).




BAB III
METODE PRAKTIKUM


A.  Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kemajuan seleksi adalah tiga macam kelompok biji kacang tanah, yaitu:
1.      Kelompok biji kacang tanah ukuran besar dengan keragaman kecil
2.      Kelompok biji kacang tanah ukuran kecil dengan keragaman kecil
3.      Kelompok biji kacang tanah dengan keragaman besar
           

B.  Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum  kemajuan seleksi yaitu timbangan analitis.

C.  Prosedur Kerja
1.      Diambil secara acak sebanyak 50 biji kacang tanah dari ketiga kelompok yang ada
2.      Ditimbang setiap biji yang diambil dan ccatat bobotnya
3.      Diulangi pekerjaan nomor 1 dan 2 sebanyak tiga kali
4.      Dipilih biji-biji yang ukurannya besar (seleksi) sebanyaak 30 biji yang ada
5.      Ditimbang setiap biji yang terseleksi/terpilih dan catat bobotnya.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Pengamatan
Kelompok biji kacang tanah keragaman besar
Populasi 50
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
0
1
12
15
19
3
0
0
0

Populasi 30
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
0
0
0
12
15
3
0
0
0

Perhitungan:



            S = P1 - P0 = 0,47 – 0,42 = 0,05
            R = H • S = 0,21 x 0,05 = 0,01

Kesimpulan:
Grafik mengarah ke kanan membuktikan bahwa terjadi kemajuan seleksi sebesar 0,01

Kelompok biji kacang tanah ukuran kecil keragaman kecil
Populasi 50
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1
16
28
5
0
0
0
0
0

Populasi 30
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
0
8
21
1
0
0
0
0
0

Perhitungan:



            S = P1 - P0 = 0,274 – 0,247 = 0,002
            R = H • S = 0,21 x 0,002 = 0,00042


Kesimpulan :
Grafik mengarah ke kanan membuktikan bahwa terjadi kemajuan seleksi sebesar R = 0,00042
Kelompok biji kacang tanah ukuran besar keragaman kecil
Populasi 50
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
0
1
5
5
17
14
4
3
1

Populasi 30
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
0
0
0
2
9
14
3
1
1



            S = P1 - P0 = 0,583 – 0,55 = 0,049
            R = H • S = 0,21 x 0,049 = 0,010
Kesimpulan:
Grafik mengarah ke kanan membuktikan bahwa terjadi kemajuan seleksi sebesar R = 0,010




B.     Pembahasan
Seleksi adalah suatu kegiatan pemilihan tanaman baik secara individu maupun populasi berdasarkan karakter target yang diinginkan untuk diperbaiki. Seleksi merupakan salah satu langkah dalam pemuliaan tanaman yang tertua.   Seleksi pada awalnya hanya berdasar-kan perasaan dan apa yang dianggap baik untuk ditanam pada generasi berikutnya.   Seleksi berkembang setelah ditemukan berbagai teknik seleksi. Seleksi pada tanaman menyerbuk sendiri digunakan cara seleksi individu tanaman untuk memperoleh tanaman homozigot. Seleksi dapat terjadi secara alami maupun buatan. Kemajuan hasil seleksi tergantung pada keragaman genetik materi dasar serta penggunaan metode seleksi yang tepat.
Menurut Aryana (2011) proses terjadinya seleksi yaitu:
1.      Ketahanan terhadap cuaca, suhu, dan kekeringan.
2.      Ketahanan terhadap sejenis hama.
3.      Kekokohan batang agar jangan mudah rebah.
4.      Memperpendek masa berbunga dan berbuah, agar hasilnya cepat dipetik.
5.      Melamakan waktu berbunga agar lebih lama dinikmati keindahannya; atau melamakan waktu matang buah agar lebih besar.
6.      Meningkatkan mutu getahan seperti air susu, kina, dan minyak.
7.      Meningkatkan mutu dan jumlah kawinan.
8.      Membuang karakter-karakter buruk atau yang tidak ekonomis, sehingga karakter-karakter yang baik saja yang menonjol.
Alasan dari perlunya dilakukan seleksi yaitu sifat genetis penduduk suatu spesies pada umumnya sangat heterozygot.  Hal ini disebabkan tempat hidup yang berbeda-beda, daya dan arah mutasinya pun berbeda-beda pada gen yang sama, lingkungan yang berbeda, dan adanya perkawinan acak.  Keheterozygotan tersebut menyebabkan banyak sifat genetis baik yang tersembunyi dan ditutupi oleh sifat yang lain.  Adanya seleksi alel akan mengekspresikan kembali sifat-sifat tersebut. (Yatim, 1983).
Sifat-sifat yang harus diperhatikan dalam seleksi adalah kuantitas dan kualitas hasil.  Hal ini sesuai dengan pendapat Soepomo (1968), bahwa sifat-sifat umum yang harus diperhatikan dalam seleksi adalah banyaknya hasil, kualitas hasil, dan kepastian mendapatkan hasil.  Menurut Yatim (1983), dalam kita melakukan seleksi terhadap galur terberat tak cukup hanya melihat biji suatu kelompok batang atau keturunan, harus ditelusuri juga sifat genetisnya.
Tujuan dari seleksi adalah untuk memperbaiki proporsi karakter yang diinginkan pada populasi tanaman.  Misalnya bila kita menginginkan diperoleh tanaman yang berproduksi tinggi, maka kita pilih tanaman yang berproduksi tinggi tersebut untuk dikembangkan pada generasi berikutnya, sehingga dari generasi ke generasi akan diperoleh peningkatan proporsi tanamn yang berproduksi tinggi (Soemartono,1992). Karakter- karakter baik ditentukan genotipe, tetapi ekspresinya dipengaruhi oleh faktor lingkungan.  Oleh karena itu, dalam mencari serta memilih sifat genetik yang baik, sekaligus disertai dengan menentukan lingkungan yang cocok dan paling ekonomis terhadap yang diseleksi.  Seleksi dapat juga disebut dengan usaha pemuliaan. Seleksi tanaman bertujuan untuk mendapatkan sifat unggul dari seluruh sifat yang ada pada suatu tanaman yang berarti merubah sifat genetik, yaitu memepertinggi frekuensi gen yang disukai yang biasannya bersifat unggul dan sekaligus mengurangi frekuensi gen yang tidak disukai (Yatim, 1983).
Kemajuan seleksi merupakan suatu nilai yang menjadi parameter keberhasilan dari seleksi yang kita lakukan. Secara sederhana nilai kemajuan seleksi merupakan selisih dari populasi awal dan populasi lanjut yang telah mengalami seleksi (Idris, 2011). Pendugaan kemajuan seleksi memerlukan informasi  besaran ragam fenotipik, di samping ragam aditif dan ragam dominan. Ragam fenotipik merupakan komponen dalam perhitungan pendugaan kemajuan seleksi yang berbanding terbalik dengan kemajuan seleksi sehingga makin besar ragam fenotipik semakin kecil kemajuan seleksi yang akan diperoleh. Heritabilitas suatu karakter merupakan besaran yang menunjukkan karakter tersebut dapat diwariskan ke keturunannya, yang merupakan porsi dari total keragaman fenotipe yang disebabkan oleh faktor genetik. Oleh karena itu, keberhasilan seleksi dapat dicerminkan oleh besaran heritabilitas (Sutoro, 2006).
Dalam seleksi dikenal dengan istilah heritabilitas. Heritabilitas adalah perbandingan sifat genetik dibanding sifat fenotipiknya. Menurut Whriter (1979) disitasi oleh Mursito (2003) memperlihatkan kriteria nilai heritabilitas dalam arti luas mengikuti ketentuan sebagai berikut:
1. H < 0,20 = heritablitas rendah
2. 0,20 < H < 0,50 = heritabilitas sedang
3. H > 0,50 = heritabilitas tinggi
Heritabilitas adalah proporsi besaran ragam genetik terhadap besaran total ragam genetik ditambah dengan ragam lingkungan. Heritabilitas dalam arti luas yaitu memperhatikan keragaman genetik total dalam kaitannya dengan keragaman fenotip. Heritabilitas dalam arti sempit yaitu merupakan yang menjadi fokus perhatian adalah keragaman yang diakibatkan oleh peran gen aditif yang merupakan bagian dari keragaman genetik total.nilai heritabilitas tergantung kepada unit referensi yang digunakan. Biasanya dalam pemuliaan tanaman unit referensi yang digunakan dapat berupa individu tanaman, satu petakan tunggal, petak berulang dalam lingkungan tunggal (Basuki, 1995). Heritabilitas dapat didefenisikan sebagai proporsi kergaman yang disebabkan oleh faktor genetik terhadap keragaman fenotip dari suatu disebabkan oleh faktor genetic (V2G) dan factor lingkungan (V2e) (Suprapto, 1990). Heritabilitas menyatakan perbandingan atau proporsi varian genetic terhadap varian total (Varian penotif) yang biasanya dinyatakan dalam persen(%). Dituliskan dengan huruf H atau h2, sehingga : H atau h2 (Splittstoesser, 1984).
Nilai duga heritabilitas juga sangat penting artinya dalam menentukan efektivitas metode seleksi. Seleksi akan efektif bila nilai dugaheritabilitas dan kemajuan genetik harapan tinggi (Johnson et al., 1995). Untuk memperkecil kekeliruan seleksi berdasarkan fenotipe tanaman perlu memperhatikan:
1.      Korelasi genotipe dan fenotipe antar sifat
2.      Lingkungan yang cocok untuk seleksi sifat yang diinginkan
3.      Ciri genetik sifat yangdiseleksi
4.      Cara seleksi (langsung atau tidak langsung)
5.      Keragamangenetic (Vela dan Frey, 1972).
Menurut Johnson and Rendel (1966), prinsip dasar dalam menduga nilai heritabilitas ada beberapa cara utama, yaitu:
1.      Etimilasi nilai heritabilitas dapat dianalisis dari ragam suatu populasi yang isogen (ragam yang sama), dibandingkan dengan ragam populasi umum.
2.      Melalui seleksi dalam populasi bila dilakukan suatu seleksi maka frekuaensi gennya akan berubah dan perubahan frekuansi gen inilah yang diduga sebagai kemampuan genetik yang diperoleh dari tetuanya.
3.      Melalui perhitungan korelasi dan regresi dari induk atau orang tua dengan anaknya. Cara ini merupakan paling akurat, karena dianalisis berdasarkan kekerabatannya secara genetik.
Heritabilitas dapat diduga dengan menggunakan cara perhitungan, antara lain dengan perhitungan varian keturunan, dan dengan perhitungan komponen varian dari analisis varian (Mangundidjojo,2007). Pengertian heritabilitas sangat penting dalam pemuliaan dan seleksi karakter kuantitatif. Efektif atau tidaknya seleksi tanaman yang berdaya hasil tinggi dari sekelompok populasi, tergantung dari:
1.      Seberapa jauh keragaman hasil yang disebabkan oleh faktor genetik yang nantinya diwariskan kepada turunannya.
2.       Seberapa jauh pula keragaman hasil yang disebabkan oleh lingkungan tumbuh tanaman.
Nilai heritabilitas suatu karakter dipengaruhi berbagai faktor sehingga nilainya tidak konstan. Faktor- faktor yang mempengaruhi nilai heritabilitas antara lain karakteristik populasi, sampel yang akan dievaluasi, metode estimasinya, adanya pautan (linkage), pelaksanaan percobaan, generasi populasi yang diuji dan lain- lain.
Pane dan Ismed (1986) mengatakan bahwa seleksi diferensial adalah satu ukuran atau pengukuran untuk dapat mengetahui sampai mana baiknya penurunan pilihan menghasilkan keturunan. Dilapangan, seleksi diferensial dapat dipengaruhi oleh bermacam macam faktor. Seleksi diferensial dapat berkurang atau menjadi terbatas, jika populasi ternak menjadi seragam dan terdapat terlalu sedikit ternak yang berada di atas atau dibawah nilai rata-rata. Seleksi diferensial dapat dihitung dari kedua penurunannya baik dari induk ataupun dari pejantan.
Heritabilitas dapat dijadikan landasan dalam menentukan program seleksi. Seleksi pada generasi awal dilakukan bila nilai heritabilitas tinggi, sebaliknya jika rendah maka seleksi pada generasi lanjut akan berhasil karena peluang terjadi peningkatan keragaman dalam populasi (Falconer, 1970). Dalam hubungannya dengan seleksi adalah jika heritabilitasnya rendah maka metode seleksi yang cocok diterapkan adalah metode pedigri, metode penurunan satu biji (singlet seed descent), uji kekerabatan (sib test) atau uji keturunan (progeny test), bila nilai heritabilitas tinggi maka metode seleksi masa atau galur murni. Lebih lanjut Dahlan dan Slamet (1992) menyatakan bahwa heritabilitas menentukan kemajuan seleksi, makin besar nilai heritabilitas makin besar kemajuan seleksi yang diraihnya dan makin cepat varietas unggul dilepas. Sebaliknya semakin rendah nilai heritabilitas arti sempit makin kecil kemajuan seleksi diperoleh dan semakin lama varietas unggul baru diperoleh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan gen yaitu :
a.       Mutasi
Mutasi adalah perubahan susunan gen atau bagian kromosom menjadi bentuk baru. Dan mutasi yang dapat mempengaruhi frekuensi gen ada dua macam seperti : mutasi tak berulang dan mutasi berulang. Mutasi tak berulang jarang terjadi dan tidak menghasilkan perubahan berarti pada frekuensi gen. Mutasi berulang lebih sering terjadi dan berulang secara teratur dalam jangka panjang. Mutasi berulang dapat merubah frekuensi gen.
b.      Seleksi
Seleksi adalah suatu tindakan untuk memilih ternak yang dianggap mempunyai mutu genetik baik untuk dikembangkan lebih lanjut serta menyingkirkan ternak yang kurang baik.
c.       Migrasi
Migrasi yaitu bila sejumlah individu yang berasal dari suatu populasi dipindahkan (migrasi) dan bercampur dengan individu populasi lain (terjadi perkawinan) maka dapat terjadi perubahan frekuensi genetik. Misalnya, dengan memasukkan gen-gen dari jenis sapi baru ke suatu negara dengan inseminasi buatan (IB) dapat mengakibatkan perubahan frekuensi gen dari populasi sapi nasional secara drastic. Jadi migrasi merupakan cara yang paling efektif penyebab perubahan genetic.
d.      Genetic drift (fluktuasi acak)
Faktor genetic drift biasanya terjadi secara kebetulan dan dapat merubah frekuensi gen. Dalam ppulasi kecil, fluktuasi acak yang mempunyai efek yang penting.
Praktikum dilakukan dengan mengamati kacang tanah dalam 3 kelompok yaitu, kelompok biji kacang tanah keragaman besar, kelompok biji kacang tanah ukuran kecil keragaman kecil dan kelompok biji kacang tanah ukuran besar keragaman kecil. Berdasarkan hasil praktikum bahwa dari ketiga percobaan yang dilakukan, semuanya menunjukkan kemajuan seleksi, dapat dilihat dari ketiga nilai R yang positif. Untuk kelompok biji kacang tanah keragaman besar R= 0,01, untuk kelompok biji kacang tanah ukuran kecil keragaman kecil R= 0,00042, dan untuk kelompok biji kacang tanah ukuran besar keragaman kecil R= 0,010. Nilai heritabilitas yang digunakan adalah heritabilitas sedang yaitu dengan nilai H= 0,21.




BAB V
SIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1.      Kemajuan seleksi merupakan suatu nilai yang menjadi parameter keberhasilan dari seleksi yang kita lakukan.
2.      Heritabilitas adalah proporsi besaran ragam genetik terhadap besaran total ragam genetik ditambah dengan ragam lingkungan.
3.      Kriteria nilai heritabilitas yang digunakan yaitu nilai heritabilitas sedang 0,21.
4.      Kelompok biji kacang tanah keragaman besar R= 0,01, untuk kelompok biji kacang tanah ukuran kecil keragaman kecil R= 0,00043, dan untuk kelompok biji kacang tanah ukuran besar keragaman kecil R= 0,010.




DAFTAR PUSTAKA

Aryana, Muliarta. 2011. Uji Keseragaman, Heritabilitas Dan Kemajuan Genetik Galur Padi Beras Merah Hasil Seleksi Silang Balik Di Lingkungan GogoAgroteksos. Vol : 12. No. 4. Hal: 56.
Basuki, N. 1995. Pendugaan Peran Gen. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.
Dahlan, M. dan S. Slamet. 1992. Pemuliaan Tanaman Jagung. Prosiding Simposium Pemuliaan Tanaman I. Komda Jawa Timur.
Falconer, D.S. 1970. Introduction to Quantitative Genetic. The Ronald Press Company. New York.
Idris, Uyek Malik Yakop dan Nihla Farida. 2011. Kemajuan Seleksi Massa pada Jagung Kultivar Lokal Kebo Setelah Satu Siklus Seleksi dalam Pertanaman Tumpangsari dengan Kacang Tanah. Crop Agro Vol. 4 No.2:37-42.
Johnson, I. and J. Rendel. 1966. Genetics and Animal Breeding. W. H. Freeman and Co. San Francisco.
Johnson KA, Johnson DE. 1995. Methane emission from cattle. J Anim Sci 73:2483-2492.
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar - Dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta: Kanisius
Mursito, Djoko. 2003. Heritabilitas dan Sidik Lintas Karakter Fenotipik Beberapa Galur
Kedelai (Glycine Max. (L.) Merrill). Agrosains 6(2): 58- 63.
Nanda, Jata S. 2000. Rice Breeding and Genetics. Science Publisher, Inc. Plymouth.
Pane dan Ismed. 1986. Pemuliabiakan Ternak Sapi. Penerbit Gramedia. Jakarta.
Pinaria, A., A. Baihaki, R. Setiamihardja dan A.A. Daradjat. 1995. Variabilitas Genetik dan Heritabilitas Karakter-Karakter Biomasa 53 genotipe Kedelai. Zuriat  6 (2), 88-92
Soepomo, R. 1968. Ilmu Seleksi dan Teknik Kebun Percobaan. Soeroengan. Jakarta.
Soemartono, Nasrullah dan Hari Hartiko. 1992. Genetika Kuantitatif dan Bioteknologi Tanaman. PAU Bioteknologi. UGM. Yogyakarta.
Splittstoesser, E.W., 1984. Vegetable Growing Hand Book Second Edition. Von Nostrand Reinhold, New York
Sunarto. 1997. Pemuliaan Tanaman. IKIP Semarang Press. Semarang.
Sutoro, dkk. 2006. Parameter Genetik Jagung Populasi Bisma pada Pemupukan Berbeda. I. Ragam Aditif- Dominan Bobot Biji Jagung. Jurnal AgroBiogen 2(2): 60- 67.
Vella, C. M., and Frey. 1972. Optimum Environment for Maximizing Heritability and Genetic Gain from Selection. Iowa State I. Sci. 46: 381- 394.
Yatim, W. 1983. Genetika. Tarsito, Bandung.


Related Posts:

0 Response to "Laporan DPT: Kemajuan Seleksi"

Post a Comment