PENGOLAHAN IKLIM PADA TANAMAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L)

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Jambu biji memiliki nama latin Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Psidium” yang berarti delima, sedangkan “Guajava” berasal dari nama yang diberikan oleh orang Spanyol. Berdasarkan taksonominya jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut (Soedarya, 2010).
Jambu Biji (Psidium guajava L) merupakan salah satu produk hortikultura yang termasuk komoditas internasional. Jambu biji (Psidium guajava L.) atau sering juga disebut jambu batu, jambu siki dan jambu klutuk adalah tanaman tropis yang berasal dari Brazil, disebarkan ke Indonesia melalui Thailand. Jambu batu memiliki buah yang berwarna hijau dengan daging buah berwarna putih atau merah dan berasa asam-manis. Buah jambu batu dikenal mengandung banyak vitamin C (Rahardi, 1994).
Jambu biji merupakan tanaman perdu bercabang banyak dengan tinggi mencapai 3-10 m. Pada umumnya umur tanaman jambu biji hingga 30-40 tahun, dimana tanaman yang berasal dari biji relatif berumur lebih panjang dibandingkan hasil cangkokan atau okulasi. Batang jambu biji memiliki ciri khusus yaitu berkayu keras, liat, tidak mudah patah, kuat, dan padat. Sedangkan kulit kayunya halus dan mudah terkelupas. Daun jambu biji berbentuk bulat panjang, bulat langsing, atau bulat oval dengan ujung tumpul atau lancip. Panjang helai daun sekitar 5-15 cm dan panjang tangkai berkisar 3-7 mm.
Tanaman jambu biji dapat berbuah dan berbunga sepanjang tahun. Bunga keluar di ketiak daun dengan jumlah bunga disetiap tangkai antara 1-3 bunga. Buah jambu biji berbentuk bulat atau bulat lonjong dengan kulit buah berwarna hijau saat muda dan berubah kuning muda mengkilap setelah matang. Warna daging buah umumnya putih biasa, putih susu, merah muda, atau merah tua dan aroma buah harum saat buah matang.

Klasifikasi ilmiah tanaman jambu biji :
Kerajaan          : Plantae
Ordo                : Myrtales
Famili              : Myrtaceae
Upafamil         i: Myrtoideae
Bangsa                        : Myrteae
Genus              : Psidium
Spesies            : Psidium guajava L
Pemanfaatan jambu biji yaitu :
1.      Sebagai makanan buah segar maupun olahan yang mempunyai gizi dan mengandung vitamin A dan vitamin C yang tinggi, dengan kadar gula 8%. Jambu biji mempunyai rasa dan aroma yang khas disebabkan oleh senyawa eugenol.
2.      Sebagai pohon pembatas di pekarangan dan sebagai tanaman hias.
3.      Daun dan akarnya juga dapat digunakan sebagai obat tadisional.
4.      Kayunya dapat dibuat berbagai alat dapur karena memilki kayu yang kuat dan keras.
Jambu biji dibudidayakan di negara-negara seperti Jepang, Malaysia, Brazilia dan lain-lain. Di Indonesia, Pulau Jawa merupakan sentra penanaman buah jambu terbesar antara lain di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Sentra produksi yang lain adalah Sumatera dan Kalimantan. Pada tahun-tahun terakhir ini jambu biji telah berkembang dan kemudian muncul jambu Bangkok yang dibudidayakan di kota Kleri, Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Prihatman, 2000).




BAB II
PENGELOLAAN CUACA
A.    Penyesuaian
Penyesuaian merupakan pengelolaan iklim (suatu usaha pertanian) yang dilaksanakan sesuai dengan iklim suatu wilayah.
1.      Iklim
a.       Dalam budidaya tanaman jambu biji angin berperan dalam penyerbukan, namun angin yang kencang dapat menyebabkan kerontokan pada bunga.
b.      Tanaman jambu biji merupakan tanaman daerah tropis dan dapat tumbuh di daerah sub-tropis dengan intensitas curah hujan yang diperlukan berkisar antara 1000-2000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun.
c.       Tanaman jambu biji dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar 23-28 derajat C di siang hari. Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan penurunan hasil atau kurang sempurna (kerdil), yang ideal musim berbunga dan berbuah pada waktu musim kemarau yaitu sekitar bulan Juli - September sedang musim buahnya terjadi bulan Nopember-Februari bersamaan musim penghujan.
d.      Kelembaban udara sekeliling cenderung rendah karena kebanyakan tumbuh di dataran rendah dan sedang. Apabila udara mempunyai kelembaban yang rendah, berarti udara kering karena miskin uap air. Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan tanaman jambu bij.

2.      Ketinggian Tempat
Jambu biji dapat tumbuh subur pada daerah tropis dengan ketinggian antara 5-1200 m dpl
3.      Media Tanam
Tanaman jambu biji sebenarnya dapat tumbuh pada semua jenis tanah. Jambu biji dapat tumbuh baik pada lahan yang subur dan gembur serta banyak mengandung unsur nitrogen, bahan organik atau pada tanah yang keadaan liat dan sedikit pasir. Derajat keasaman tanah (pH) tidak terlalu jauh berbeda dengan tanaman lainnya, yaitu antara 4,5-8,2 dan bila kurang dari pH tersebut maka perlu dilakukan pengapuran terlebih dahulu.
4.      Persiapan Lahan
Sebagai salah satu syarat dalam mempersiapkan lahan kebun buah-buahan khususnya Jambu biji dipilih tanah yang subur, banyak mengandung unsur nitrogen, meskipun pada daerah perbukitan tetapi tanahnya subur, dilakukan dengan cara membuat sengkedan (teras) pada bagian yang curam, kemudian untuk menggemburkan tanah perlu di bajak atau cukup dicangkul dengan kedalaman sekitar 30 cm secara merata. Selanjutnya diberi pupuk kandang dengan dosis 40 kg/m persegi, kemudian dibuatkan bedengan dengan ukuran 1,20 m yang panjangnya disesuaikan dengan ukuran yang diperlukan.
5.      Pembukaan Lahan
Tanah yang akan dipergunakan untuk kebun jambu biji dikerjakan semua secara bersama, tanaman pengganggu seperti semak-semak dan rerumputan dibuang, dan benda-benda keras disingkirkan kemudian tanah dibajak atau dicangkul dalam, dengan mempertimbangkan bibit yang mau ditanam. Bila bibit berasal dari cangkokan pengolahan tanah tidak perlu terlalu dalam (30 cm), tetapi bila hasil okulasi perlu pengolahan yang cukup dalam (50 cm). Kemudian dibuatkan saluran air selebar 1 m dan ke dalam disesuaikan dengan kedalaman air tanah, guna mengatasi sistem pembuangan air yang kurang lancar. Tanah yang kurus dan ukurang humus/ tanah cukup liat diberikan pupuk hijau yang dibuat dengan cara mengubur ranting-ranting dan dedaunan dengan kondisi seperti ini dibiarkan selama kurang lebih 1 tahun sebelumnya. Kemudian dilakukan pemupukan sebanyak 2 kaleng minyak tanah (4 kg) per meter persegi. Dilanjutkan pembuatan bedengan sesuai dengan kebutuhan.
6.      Pembentukan Bedengan
Tanah yang telah gembur, dibuatkan bedang-bedang yang berukuran 3 m lebar, panjang sesuai dengan kebutuhan, tinggi sekitar 30 cm. Bagian atas tanah diratakan guna menopang bibit yang akan ditanam. Idealnya jarak baris penanaman benih sekitar 4 m, dipersiapakan jarak didalam baris bedengan sepanjang 2,5 m dengan keadaan membujur dari utara ke selatan, supaya mendapatkan banyak sinar matahari pagi, setelah diberi atap pelindung dengan jarak antara bedeng 1 m, untuk sarana lalu-lintas para pekerja dan dapat digunakan sebagai saluran air pembuangan, untuk menambah kesuburan dapat diberi pupuk hijau, kompos/pupuk kandang yang sudah matang. Terkecuali apabila penanaman jenis jambu Bangkok menggunakan jarak tanaman antara 3 x 2 m.
7.      Pengapuran
Pengapuran dilakukan apabila dataran yang berasal dari tambak dan juga dataran yang baru terbentuk tidak bisa ditanami, selain tanah masih bersifat asam juga belum terlalu subur. Caranya dengan menggali lobang-lobang dengan ukuran 1 x 1 m, dasar lobang ditaburkan kapur sebanyak 0,5 liter untuk setiap lobang, guna menetralkan pH tanah hingga mencapai 4,5-8,2. Setelah 1 bulan dari penaburan kapur diberi pupuk kandang.
8.      Pemupukan
Setelah jangka waktu 1 bulan dari pemberian kapur pada lubang-lubang yang ditentukan kemudian diberikan pupuk kandang dengan urutan pada bulan pertama diberi NPK dengan dosis 12:24:81 ons/pohon, bulan kedua dilakukan sama dengan bulan pertama, pada bulan ketiga diberi NPK dengan dosis 15:15:15 ons/pohon dan bulan ke 4 sampai tanaman berbuah, supaya jambu tetap bebuah gunakan pupuk kandang yang sudah matang dan ditanamkan sejauh 30 cm dari batang tanaman. Pemupukan merupakan bagian terpenting yang peggunaannya tidak dapat sembarangan, terlebih-lebih kalau menggunakan pupuk buatan seperti NPK, kalau dilakukan berlebihan akan berakibat adanya perubahan sifat dari pupuk menjadi racun yang akan membahayakan tanaman itu sendiri.
9.      Pembuatan Lubang Tanaman
Pembuatan lubang pada bedeng-bedeng yang telah siap untuk tempat penanaman bibit jambu biji yang sudah jadi dilakukan setelah tanah diolah secara matang kemudian dibuat lobanglobang dengan ukuran 1 x 1 x 0,8 m yang sebaiknya telah dipersiapkan 1 bulan sebelumnya dan pada waktu penggalian tanah yang diatas dan yang dibawah dipisahkan, nantinya akan dipergunakan untuk penutup kembali lubang yang telah diberi tanaman, pemisahan tanah galian tersebut dibiarkan selama 1 minggu dimaksudkan agar jasad renik yang akan mengganggu tanaman musnah; sedangkan jarak antar lubang sekitar 7-10 m.
10.  Pembibitan
Pembibitan pohon jambu biji dilakukan melalui sistem pencangkokan dan okulasi, walaupun dapat juga dilakukan dengan cara menanam biji dengan secara langsung.
a.       Persyaratan Benih
Benih yang diambil biasanya dipilih dari benih-benih yang disukai oleh masyarakat konsumen yang merupakan bibit unggulan seperti jambu bangkok. Bibit yang baik antara lain yang berasal dari:
1)      Buah yang sudah cukup tua.
2)      Buahnya tidak jatuh hingga pecah.
3)      Pengadaan bibit lebih dari satu jenis untuk menjamin kemungkinan adanya persarian bersilang.
b.      Penyiapan Benih
Setelah buah dikupas dan diambil bijinya, lalu disemaikan dengan jalan fermentasi biasa
(ditahan selama 1-2 hari) sesudah itu di angin-anginkan selama 24 jam (sehari semalam). Biji tersebut direndam dengan larutan asam dengan perbandingan 1:2 dari air dan larutan asam yang terdiri dari asam chlorida (HCl) 25% Asam Sulfat (H2S04) BJ : 1.84, caranya direndam selama 15 menit kemudian dicuci dengan air tawar yang bersih sebanyak 3 kali berulang/dengan air yang mengalir selama 10 menit, kemudian dianginkan selama 24 jam. Untuk menghidari jamur, biji dapat dibalur dengan larutan Dithane 45, Attracol 70 WP atau fungisida lainnya. Setelah batang pokok telah mencapai ketinggia 5-6 meter bibit yang disemaikan baru dapat dilakukan okulasi /cangkok yang kira-kira telah bergaris tengah 1cm dan tumbuh lurus, kemudian dengan menggunakan pisau okulasi dilakukan pekerjaan okulasi dan setelah selesai pencangkokan ditaruh dalam media tanah baik dalam bedengan maupun didalam pot/kantong plastik, setelah tanaman sudah cukup kuat baru dipindah kelokasi yang telah disiapkan.
c.       Teknik Penyemaian Benih
Pilih lahan yang gembur dan sudah mendapat pengairan serta mudah dikeringkan disamping itu mudah diawasi untuk penyemaian. Cara penyemaian adalah sebagai berikut: tanah dicangkul sedalam 20-30 cm sambil dibersihkan dari rumput-rumput, batu-batu dan sisa pepohonan dan benda keras lainnya, kemudian tanah dihaluskan sehingga menjadi gembur dan dibuat bedengan yang berukuran lebar 3-4 m dan tinggi sekitar 30 cm, panjang disesuaikan dengan lahan yang idel sekitar 6-7 m, dengan keadaan bedengan membujur dari utara ke selatan, supaya mendapatkan banyak sinar matahari, dengan jarak antara bedeng 1 m, dan untuk menambah kesuburan dapat diberi pupuk hijau, kompos/pupuk kandang sebanyak 40 kg dengan keadaan sudah matang dan benih siap disemaikan. Selain melalui proses pengecambahan biji juga dapat langsung ditunggalkan pada bedeng-bedang yang sudah disiapkan, untuk menyiapkan pohon pangkal lebih baik melalui proses pengecambahan, biji-biji tersebut ditanam pada bedeng-bedeng yang berjarak 20-30 cm setelah berkecambah sekitar umur 1-2 bulan, sudah tumbuh daun sekitar 2-3 helai maka bibit dapat dipindahkan dari bedeng persemaian ke bedeng penanaman.
Setelah mencapai ketinggian 5-6 m, kurang lebih telah berumur 6-9 bulan pencangkokan atau okulasi dapat dimulai dengan mengerat cabang sepanjang 10-15 cm kemudian diberi media tanah yang telah diberi pupuk kandang,kemudian dibalut dengan sabut kelapa atau plastik yang telah diberi lubang-lubang sirkulasi, kemudian diikat dengan tali plastik supaya menjaga petumbuhan akar tidak mengalami hambatan. Akar akan tumbuh dengan cepat, sekitar 2-3 bulan. Mulai dlakukan okulasi dengan mata tangkai yang telah berumur 1 th, melalui cara Forkert yng disempurnakan, dengan lebar 0,8 cm setinggi 10 cm dari permukaan tanah, setelah dikupas kulitya sebesar 2/3 pada bagian bibir kulit dan setelah berumur 2-3 minggu tali dilepas jika kelihatan mata tetap konndisi hijau, okulasi dianggap berhasil dan pohon pangkal diatas okulasi setinggi 5 cm direndahakan supaya memberi kesempatan mata terebut untuk berkembang dan setelah itu pohon pangkal dipotong, bibit hasil okulasi dapat dipindah pada pot-pot atau kantong plastik, kemudian dilakukan pemotongan pada akar tunggang sedikit supaya akar akan lebih cepat berkebang. Setelah itu baru dilakukan penanaman dalam lobang-lobang bedengan yang telah dipersiapkan.
d.      Pemindahan Bibit
Cara pemindahan bibit yang telah berkecambah atau telah di cangkok maupun diokulasi dapat dengan mencungkil atau membuka plastik yang melekat pada media penanaman dengan cara hati-hati jangan sampai akar menjadi rusak, dan pencungkilan dilakukan dengan kedalaman 5 cm, agar tumbuh akar lebih banyak maka dalam penanaman kembali akar tunggangnya dipotong sedikit untuk menjaga terjadinya penguapan yang berlebihan, kemudian lebar daun dipotong separuh. Ditanam pada bedeng pembibitan dengan jarak 6-7 m dan ditutupi dengan atap yang dipasang miring lebih tinggi di timur, dengan harapan dapat lebih banyak kena sinar mata hari pagi. Dan dilakukan penyiraman secara rutin tiap hari 2 kali, kecuali ditanam pada musim penghujan.
11.  Cara Penanaman
Setelah berlangsung selama 1 pekan lubang ditutup dengan susunan tanah seperti semula dan tanah di bagian atas dikembalikan setelah dicampur dengan 1 blek (1 blek ± 20 liter) pupuk kandang yang sudah matang, dan kira-kira 2 pekan tanah yang berada di lubang bekas galian tersebut sudah mulai menurun baru bibit jambu biji ditanam, penanaman tidak perlu terlalu dalam, secukupnya, maksudnya batas antara akar dan batang jambu biji diusahakan setinggi permukaan tanah yang ada disekelilingnya. Kemudian dilakukan penyiraman secara rutin 2 kali sehari (pagi dan sore), kecuali pada musim hujan tidak perlu dilakukan penyiraman.
B.     Peramalan
Peramalan adalah pengelolaan suatu usaha pertanian dengan menduga cuaca (iklim) yang akan terjadi di suatu wilayah. Peramalan perlu dilakukan dalam pembudidayaan tanaman salah satunya adalah pada saat penanaman.
1.      Penentuan Pola Tanaman
Setelah terjadi proses perkecambahan biji yang telah cukup umur ditempatan pada bedeng bedang yang telah siap. Juga penyiapan pohon pangkal sebaiknya melalui proses perkecambahan kemudian ditanam dengan jarak 20 x 30 cm setelah berkecambah dan berumur 1-2 bulan atau telah tumbuh daun sebanyak 2- 3 helai maka bibit/zaeling dapat dipindahkan pada bedeng ke dua yang telah dibentuk selebar 3-4 m dengan jarak tanam 7-10 m dengan kedalaman sekitar 30- 40 cm, jarak antara bedeng selebar 1 m, didahului perataan tanah ditengah bedengan guna pembuatan lubang-lubang penanaman. Untuk menghindari sengatan sinar matahari secara langsung dibuat atap yang berbentuk miring lebih tinggi ke timur dengan maksud supaya mendapatkan sinar matahari pagi hari secara penuh.
2.      Pemeliharaan Tanaman
Dalam pemeliharaan tanaman, meskipun penanaman jambu biji mampu tumbuh dan menghasilkan tanpa perlu diperhatikan keadaan tanah dan cuaca yang mempengaruhinya, tetapi akan lebih baik apabila keberadaannya diperhatikan. Tanaman yang diperhatikan keadaan tanah dan cuaca akan menghasilkan mutu yang lebih baik dan produksi buah yang lebih banyak.
a.       Penjarangan dan Penyulaman
Karena kondisi tanah telah gembur dan mudah tanaman lain akan tumbuh kembali terutama Gulma (tanaman pengganggu), seperti rumput-rumputan dan harus disiangi sampai radius 1,5-2 m sekeliling tanaman rambutan. Apabila bibit tidak tumbuh dengan baik segera dilakukan penggantian dengan bibit cadangan. Dan apabila tumbuh tanaman terlalu jauh jaraknya maka perlu dilakukan penyulaman dan sebaliknya apabila tumbuhnya sangat berdekatan penjarangan.
b.      Penyiangan
Selama 2 minggu setelah bibit yang berasal dari cangkokan/ okulasi ditanam di lahan perlu penyiangan dilakukan hanya pada batang dahan tua (warna coklat) dengan dahan muda (warna hijau) dan apabila buah terlalu banyak, tunas yang ada dalam satu ranting bisa dikurangi, dengan dikuranginya tunas yang tidak diperlukan akan berakibat buah menjadi besar dan menjadi manis rasanya. Khusus jambu non biji dengan membatasi percabangan buahnya maksimal 3 buah setelah panjang 30-50 cm dilakukan pangkasan, dan setelah tumbuh cabang tersier segera dilenturkan ke arah mendatar, guna untuk merangsang tunas bunga dan buah yang akan tumbuh.
c.       Pembubunan
Supaya tanah tetap gembur dan subur pada lokasi penanaman bibit jambu biji perlu dilakukan pembalikan dan penggemburan tanah supaya tetap dalam keadaan lunak, dilakukan setiap 1 bulan sekali hingga tanaman bisa dianggap telah kuat betul.
d.      Perempelan
Agar supaya tanaman jambu biji mendapatkan tajuk yang rimbun, setelah tanaman berumur 2 tahun segera dilakukan perempelan/ pemangkasan pada ujung cabang-cabangnya. Disamping untuk memperoleh tajuk yang seimbang juga berguna memberi bentuk tanaman, juga memperbanyak dan mengatur produksi agar tanaman tetap terpelihara dan pemangkasan juga perlu dilakukan setelah masa panen buah berakhir, dengan harapan agar muncul tajuk-tajuk baru sebagai tempat munculnya bunga baru pada musim berikutnya dengan hasil lebih meningkat atau tetap stabil keberadaannya.
3.      Pemupukan
Untuk menjaga agar kesuburan lahan tanaman jambu biji tetap stabil perlu diberikan pupuk secara berkala dengan aturan:
1.      Pada tahun 0-1 umur penanaman bibit diberikan pada setiap pohon dengan campuran 40 kg pupuk kandang, 50 kg TSP, 100 gram Urea dan 20 gram ZK dengan cara ditaburkan disekeliling pohon atau dengan jalan menggali di sekeliling pohon sedalam 30 cm dan lebar antara 40-50 cm, kemudian masukkan campuran tersebut dan tutup kembali dengan tanah galian sebelumnya. Tanaman bisa berbuah 2 kali setahun.
2.      Pemupukan tanaman umur 1-3 tahun, setelah tanaman berbuah 2 kali. Pemupukan dilakukan dengan NPK 250 gram/pohon, dan TSP 250 gram/pohon, dan seterusnya cara seperti ini dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan TSP dan NPK dengan takaran sama.
3.      Pemupukan tanaman umur 3 tahun keatas, Kalau pertumbuhan tanaman kurang sempurna, terutama terlihat pada pertumbuhan tuas hasil pemangkasan raning, berarti selain TSP dan NPK dengan ukuran yang sama tanaman memerlukan pupuk kandang sebanyak 2 kaleng minyak per pohon. Cara pemupukan dilakukan dengan membuat torakan yang mengelilingi tanaman persis di bawah ujung tajuk dengan kedalaman sekitar 30-40 cm dan pupuk segera di tanam dalam torakan tersebut dan ditutup kembali dengan bekas galian terdahulu.
4.      Pengairan dan Penyiraman
            Selama dua minggu pertama setelah bibit yang berasal dari cangkokan atau okulasi ditanam, penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari, pagi dan sore. Dan minggu-minggu berikutnya penyiraman dapat dikurangi menjadi satu kali sehari. Apabila tanaman jambu biji telah tumbuh benar-benar kuat frekuensi penyiraman bisa dikurangi lagi yang dapat dilakukan saat-saat diperlukansaja. Dan bila turun hujan terlalu lebat diusahakan agar sekeliling tanaman tidak tegenang air dengan cara membuat lubang saluran untuk mengalirkan air. Sebaliknya pada musim kemarau tanah kelihatan merekah maka diperlukan penyiraman dengan menggunakan pompa air 3 PK untuk lahan seluas kurang lebih 3000 m 2 dan dilakukan sehari sekali tiap sore hari.
5.      Waktu Penyemprotan Pestisida
Guna menjaga kemungkinan tumbuhnya penyakit atau hama yang ditimbulkan baik karena kondisi cuaca dan juga dari hewan-hewan perusak, maka perlu dilakukan penyemprotan pestisida pada umumnya dengan nogos, antara 15-20 hari sebelum panen dan juga perlu disemprot dengan sevin atau furadan terutama untuk menghindarkan adanya ulat jambu, tikus atau jenis semut-semutan, disamping itu penyemprotan dilakukan dengan fungisida jenis Delsene 200 MX guna memberantas cendawan yang akan mengundang hadirnya semutsemut. Disamping itu juga digunakan insektisida guna memberantas lalat buah dan kutu daun disemprot 2 x seminggu dan setelah sebulan sebelum panen penyemprotan dihentikan (Soedarya, 2010).
6.      Hama dan Penyakit
a.       Hama
1)      Ulat daun (Trabala pallida) pengendaliannya dengan menggunakan nogos.
2)      Ulat keket (Ploneta diducta)  pengendaliannya sama dengan ulat daun yaitu dengan menggunakan nogos.
3)      Semut dan tikus, dikendalikan dengan penyemprotan sevin dan furadan.
4)      Kalong dan Bajing, keberadaan serangga ini dipengaruhi faktor lingkungan baik lingkungan biotic maupun abiotik. Yang termasuk faktor biotik seperti persediaan makanan, Pengendaliannya dengan menggunakan musuh secara alami.
5)      Ulat putih, gejala yang ditimbulkan buah menjadi berwarna putih hitam. Pengendalianya dilakukan penyemprotan dengan insektisida yang sesuai sebanyak 2 kali seminggu hingga satu bulan sebelum panen penyemprotan dihentikan.
6)      Ulat penggerek batang (Indrabela sp) gejala yang ditimbulkan membuat kulit kayu dan mampu membuat lobang sepanjang 30 cm. Pengendaliannya sama dengan ulat putih yaitu dilakukan penyemprotan dengan insektisida yang sesuai sebanyak 2 kali seminggu hingga satu bulan sebelum panen penyemprotan dihentikan.
7)      Ulat jengkal (Berta chrysolineate) merupakan ulat pemakan daun muda, berbentuk seperti tangkai daun berwarna cokelat dan beruas-ruas. Gejalanya yaitu pinggiran daun menjadi kering, keriting berwarna cokelat kuning. Pengendalian sama dengan ulat putih dan ulat pengerek batang yaitu dilakukan penyemprotan dengan insektisida yang sesuai sebanyak 2 kali seminggu hingga satu bulan sebelum panen penyemprotan dihentikan.
b.      Penyakit
1)      Penyakit karena ganggang (Cihephaleusos Vieccons) menyerang daun tua dan muncul pada musim hujan. Gejala yang ditimbulkan adalah adanya bercak-bercak kecil dibagian atas daun disertai serat-serat halus berwarna jingga yang merupakan kumpulan sporanya. Pengendalian penyakit ini dengan menyempotakan fungisida seperti Dlsene 200 MX.
2)      Jamur Ceroospora psidil , Jamur karat poccinia psidil, Jamur allola psidil dengan gejala yang ditimbulkan bercak pada daun berwarna hitam. Pengendaliannya dengan menyempotakan fungisida seperti Dlsene 200 MX.
3)      Penyakit karena cendawan (jamur) Rigidoporus Lignosus, gejala yang ditimbulkan rizom berwarna putih yang menempel pada akar dan apabila akan yang kena dikupas akan nampak warna kecoklatan. Pengendalian dengan menyempotakan fungisida seperti Dlsene 200 MX (Haryono, 1991).
7.      Gulma
Segala macam tumbuhan pengganggu tanaman jambu biji yang berbentuk rerumputan yang berada disekitar tanaman jambu biji yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan bibit tanaman, oleh sebab itu perlu dilakukan penyiangan secara rutin.
8.      Panen
a.        Ciri dan Umur Panen
Buah jambu biji umumnya pada umur 2-3 tahun akan mulai berbuah, berbeda dengan jambu yang pembibitannya dilakukan dengan cangkok/stek umur akan lebih cepat kurang lebih 6 bulan sudah bisa buah, jambu biji yang telah matang dengan ciri-ciri melihat warna yang disesuikan dengan jenis jambu biji yang ditanam dan juga dengan mencium baunya serta yang terakhir dengan merasakan jambu biji yang sudah masak dibandingkan dengan jambu yang masih hijau dan belum masak, dapat dipastikan bahwa pemanenan dilakukan setelah jambu bewarna hijau pekat menjadi muda ke putih-putihan dalam kondisi ini maka jambu telah siap dipanen.
b.      Cara Panen
Cara pemanenan yang terbaik adalah dipetik beserta tangkainya, yang sudah matang (hanya yang sudah masak) sekaligus melakukan pemangkasan pohon agar tidak menjadi rusak, waktunya setelah 4 bulan umur buah kemudian dimasukkan ke dalam keranjang yang dibawa oleh pemetik dan setelah penuh diturunkan dengan tali yang telah disiapkan sebelumnya, hingga pemanenan selesai dilakukan. Pemangkasan dilakukan sekaligus panen supaya dapat bertunas kembali dengan baik dengan harapan dapat cepat berbuah kembali.
c.       Periode Panen
Periode pemanenan setelah buah jambu biji dilakukan pembatasan buah dalam satu rantingnya kurang lebih 2-3 buah, hal ini dimaksudkan agar buah dapat berkembang besar dan merata. Dengan sistem ini diharapkan pemanenan buah dapat dilakukan dua kali dalam setahun (6 bulan) atau sekitar 2-3 bulan setelah berbuah, dengan dicari buah yang masak, dan yang belum masak supaya ditinggal dan kemudian dipanen kembali, catatan apabila buah sudah masak tetapi tidak dipetik maka akan berakibat datangnya binatang pemakan buah seperti kalong, tupai dll.
d.      Prakiraan Produksi
Apabila penanganan dan pemeliharaan semenjak pembibitan hingga panen dilakukan secara baik dan benar serta memenuhi aturan yang ada maka dapat diperkirakan mendapatkan hasil yang diharapkan. Pada penanaman 400 pohon setelah 2-3 bulan dari pohon cangkokan setelah tanam sudah mulai berbunga dan 6 bulan sudah mulai dipanen, pemanenan dilakukan setiap 4 hari sekali dengan hasil setiap panenan seberat 100 kg buah jambu.
9.      Pasca Panen
a.       Pengumpulan
Setelah dilakukan pemanenan yang benar buah jambu biji harus dikumpulkan secara baik, biasanya dikumpulkan tidak jauh dari lokasi pohon sehingga selesai pemanenan secara keseluruhan. Hasil panen selanjutnya dimasukkan dalam keranjang dengan diberi dedauan menuju ke tempat penampungan yaitu dalam gudang/gubug.
b.      Penyortiran dan Penggolongan
Tujuan penyortiran buah jambu biji dimaksudkan jambu yang bagus mempunyai harga jualnya tinggi, biasanya dipilih berdasarkan ukuran dan mutunya, buah yang kecil tetapi baik mutunya dapat dicampur dengan buah yang besar dengan mutu sama, yang biasanya dijual dalam bentuk kiloan atau bijian dan perlu diingat bahwa dalam penyortiran diusahakan sama besar dan sama baik mutunya. Dan dilakukan sesuai dengan jenis jambu biji, jangan dicampur adukkan dengan jenis yang lain.
c.       Penyimpanan
Penyimpanan jambu biji biasanya tidak terlalu lama mengingat daya tahan jambu biji tidak bisa terlalu lama dan sementara belum dapat dijual ke pasar ditampung dulu dalam gubuggubug atau gudang dengan menggunakan kantong PE, suhu sekitar 23-25 derajat C dan jambu dapat bertahan hingga 15 hari dalam kantong PE dan ditambah 7 hari setelah dikeluarkan dari kantong PE, sehingga dapat meningkatkan daya simpan 4,40 kali dibandingkan tanpa perlakuan. Tekanan yang baik adalah -1013 mbar dan dapat menghasilkan kondisi PE melengket dengan sempurna pada permukaan buah, konsentrasi C0² sebesar 5,21% dan kerusakan 13,33% setelah penyimpanan dalam kantong PE. Jalan yang terbaik untuk penyimpanan buah jambu dengan jalan diawetkan, biasanya dilakukan dengan jalan dibuat asinan atau manisan dan dimasukkan dalam kaleng atau botol atau dapat juga dengan menggunakan kantong plastik. Hal ini dapat menjaga kesterilan dan ketahanan sehingga dapat lama dalam penyimpanannya. Serta biasanya dibuat minuman atau koktail.
d.      Pengemasan dan Pengangkutan
Jambu biji dengan hasil jual dapat tinggi tidak tergantung dari rasanya saja, tetapi pada kenampakan dan cara pengikatannya, apa bilaakan di jual tidak jauh dari lokasi maka cukup dibawa dengan dimasukkan dalam keranjang dengan melalui sarana sepeda atau kendaraan bermotor. Untuk pengiriman dengan jarak yang agak jauh (antar pulau) yang membutuhkan waktu hingga 2-3 hari lamanya perjalanan buah jambu batu dilakukan dengan cara di pak dengan menggunakan peti yang berukuran persegi panjang 60 x 28,5 x 28,5 cm, keempat sudutnya yang panjang dengan jarak 1 cm, sisi yang pendek sebaiknya dibuat dari 1atau 2 lembar papan setebal 1cm, karena sisi ini dalam pengangkutan akan diletakkan di bagian bawah, sebaiknya pembuatan peti dilakukan jarang-jarang guna untuk memberi kebebasan udara untuk keluar masuk dalam peti.
Sebelumnya buah jambu dipilih dan di pak. Setelah itu disusun berderet berbentuk sudut terhadap sisi peti, yang sebelumnya dialasi dengan lumut/sabut kelapa, atau bahan halus dan lembut lainnya. Kemudian setelah penuh lapisan atas dilapisi lagi dengan sabut kelapa yang terakhir ditutup dengan papan, sebaiknya kedua sisi panjang dibentuk agak gembung, biasanya penempatan peti bagian yang pendek sitwmpatkan di bawah dalam perjalanan.

C.    Pengubahsesuaian
Pengubahsesuaian adalah pengelolaan suatu usaha pertanian dengan mengubah cuaca /iklim (mikro) supaya mendekati kebutuhan  cuaca (iklim) suatu tanaman. Tanaman jambu biji dapat tumbuh dengan baik pada kelembaban udara yang tinggi, yakni berkisar antara 70%-80%. Namun, tanaman masih dapat tumbuh berbuah cukup baik ditanam di daerah yang mempunyai udara kering dengan kelembaban udara rendah (kurang dari 50%), asalkan keadaan tanah cukup mengandung air.
Pengubahsesuaian tanaman jambu biji  di daerah dengan curah hujan amat rendah sehingga ketersediaan air tanah sedikit adalah dengan melakukan penyiraman atau dengan pemberian saluran irigasi agar tanaman jambu biji dapat tumbuh dan berproduksi baik. Selain itu pengubahsesuaian tanaman jambu biji jika di tanam di irigasi tadah hujan dapat dilakukan dengan penerapan irigasi tetes, dengan menggunakan irigasi tetes tanaman jambu biji dapat menghasilkan produksi  yang lebih baik.
Tanaman jambu biji dapat tumbuh dengan baik dan produksi buahnya banyak serta rasanya manis memerlukan penyinaran matahari langsung sepanjang hari. Berkurangnya intensitas penyinaran matahari yang diterima akibat ternaungi gedung/bangunan atau tanaman lain maka pertumbuhan tanaman dan produksinya akan menampilkan hasil yang tidak maksimal
Jadi pengubahsesuaian yang harus dilakukan jika tanaman jambu biji ditanam tumpansari dengan tanaman lain, tanaman yang cocok untuk tumbuh dengan tanaman jambu biji adalah tanaman yang tingginya lebih rendah daripada tanaman jambu biji, seperti tanaman semusim. Hal ini dimaksudkan agar tanaman jambu biji produksinya tetap maksimal.

D.    Penyulihan
Penyulihan (subtitusi) adalah pengelolaan suatu usaha pertanian dengan mengganti/menambah unsur cuaca (iklim) yang terbatas atau yang tidak ada.  Ini memerlukan teknis yang bisa sangat mahal: sesuai keluasan wilayah. Ini perlu peramalan iklim untuk membantu pengambilan kebijakan teknis. Direncanakan dan diimplementasikan terhadap unsur cuaca yang tidak ada.
Menurut Cahyono (2010) Di daerah yang iklimnya hangat dan kering dengan curah hujan tidak tinggi sangat cocok untuk membudidayakan jambu biji. Jambu biji yang ditanam di daerah dengan curah hujan tinggi, tanaman mudah terserang penyakit dan buah mudah rontok. Di samping itu, hujan lebat terus menerus pada musim berbunga dapat menyebabkan bunga-bunga banyak yang rontok sehingga produksi buahnya sedikit. Daerah yang memiliki iklim basah dengan curah hujan berkisar 2.000 mm per tahun sangat baik untuk pembungaan jambu biji.
Keadaan curah hujan juga berpengaruh terhadap kualitas buah yang dihasilkan dan terhadap pembungaan. Tanaman jambu biji yang ditanam di daerah yang memiliki curah hujan tidak sesuai, maka tanaman hanya membentuk daun-daun muda dan bunga sedikit, bahkan tanaman tidak berbunga.
Penyulihan atau subtitusi untuk tanaman jambu biji yang ditanam pada daerah dengan intensitas curah hujan yang tinggi dapat dilakukan dengan penanaman tanaman jambu biji di screen house sehingga mencegah tanaman terkena air hujan langsung yang dapat menyebabkan kerontokan pada bunga dan menyebabkan penyebaran hama dan penyakit. Pada screen house ini juga harus dilakukan pengaturah suhu dan pengairan yang baik untuk pertumbuhan vegetatif maupun generative tanaman jambu biji.




BAB III
KESIMPULAN

1.      Jambu biji adalah tanaman tropis yang berasal dari Brazil, disebarkan ke Indonesia melalui Thailand.
2.      Tanaman jambu biji dapat berbuah dan berbunga sepanjang tahun pada kondisi cuaca dan iklim yang sesuai.
3.      Jambu biji di manfaatkan sebagai makanan buah segar maupun olahan, sebagai obat dan dimanfaatkan kayunya karena sangat kuat.
4.      Iklim yang cocok untuk tanaman jambu biji adalah angin yang sedang, intensitas curah hujan antara 1000-2000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun.
5.      Suhu yang optimal untuk tanaman jambu biji yaitu 23-28 C dan kondisi kelembaban udara yang rendah.
6.      Ketinggian tempat yang paling cocok adalah 3-500 mdpl
7.      Pengubahsesuaian tanaman jambu biji  di daerah dengan curah hujan amat rendah sehingga ketersediaan air tanah sedikit adalah dengan melakukan penyiraman atau dengan pemberian saluran irigasi agar tanaman jambu biji dapat tumbuh dan berproduksi baik.
8.      penyulihan tanaman jambu biji dengan menanam di screen house dengan mengatur suhu dan pengairan.



DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Bambang. 2010. Sukses Budidaya Jambu Biji di Pekarangan dan Perkebunan. Lily Publisher. Yogyakarta
Haryono, Sumangun. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Prihatman, Kemal. 2000. Jambu Biji (Psidium guajava L). BAPPENAS. Jakarta
Rahardi F. Rina Nirwan S. dan Iman Satyawibawa. 1994. Agribisnis tanaman perkebunan. Penebar Swadaya. Jakarta
Rukmana, Rahmat. 1996. Jambu Biji. Kanisius. Yogyakarta

Soedarya AP. 2010. Agribisnis Guava (Jambu Batu). Pustaka Grafika. Bandung

Related Posts: