LAPORAN OPT ANALISIS VEGETASI GULMA

I.              PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Vegetasi merupakan sekumpulan tumbuhan dan biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama- sama pada suatu tempat. Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Vegetasi menggambarkan perpaduan berbagai jenis tumbuhan di suatu wilayah atau daerah. Suatu tipe vegetasi menggambarkan suatu daerah dari segi penyebaran tumbuhan yang ada baik secara ruang dan waktu. Rawa-rawa, padang rumput dan hutan merupakan suatu contoh vegetasi. Suatu vegetasi kadangkala dibagi menjadi beberapa komunitas yang tumbuh bersama di suatu daerah. Beberapa komunitas tersebut juga disebut assosiasi yaitu sekumpulan tumbuhan yang tumbuh bersama pada lingkungan yang sama. Komunitas tumbuhan akan selalu di dominasi oleh jenis tumbuhan tertentu sebagai gulma. Komunitas tumbuhan sering kali digunakan oleh ahli ekologi untuk menjelaskan suatu vegetasi di suatu wilayah. Adapun sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh komunitas tumbuhan adalah:
1.      Mempunyai komposisi floristic yang tetap
2.      Fisiognomi (struktur, tinggi, penutupan, tajuk daun, dsb)
3.      Mempunyai penyebaran yang karakteristik dengan lingkungan habitatnya
Umumnya dipandang dari manfaat yang didapat, tumbuhan dibagi menjadi dua yaitu, tanaman yaitu tumbuhan yang menguntungkan dan dibudidayakan dan tumbuhan yang merugikan. Tumbuhan yang menguntungkan disebut tanaman yaitu tumbuhan yang dibudidayakan oleh manusia atau sengaja untuk ditanam karena mempunyai nilai ekonomis yang menjanjikan. Sedangkan tumbuhan yang merugikan adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki keberadaannya. Dalam kegiatan budidaya atau dalam ilmu pertanian, tumbuhan tersebut sering disebut dengan gulma (weed).
Kehadiran gulma sendiri secara langsung dapat mempengaruhi produksi tanaman, baik secara kualitas maupun kuantitas, kemudian juga dapatmenghambat praktek budidaya pertanian. seperti dengan adanya gulma kualitasakan menurun, karena biji gulma tersebut tercampur pada saat pengolahan tanah. Kemudian kuantitas juga akan menurun, karena terjadi kompetisi dalam sarana tumbuh (hara, air, udara, cahaya, ruang gerak) dalam jumlah terbatas, tergantung dari varietas, kesuburan, jenis, kerapatan, dan lamanya tumbuh. Hal inilah yang kemudian menimbulkan gagasan untuk mengendalikan gulma. Dengan tujuan untuk meningkatkan atau mempertahankan produktifitas tanaman.

B.  Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui spesies gulma yang tumbuh mengganggu dan bersaing dengan tanaman budidaya dan mengetahui komposisi jenis atau spesies gulma, dan dominasi pada suatu vegetasi.
II.           TINJAUAN PUSTAKA
Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma di suatu tempat mungkin berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak atau sebagai bahan obat-obatan. Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat diklasifikasikan sebagai gulma pada semua kondisi. Namun demikian, banyak juga tumbuhan diklasifikasikan sebagai gulma dimanapun gulma itu berada karena gulma tersebut umum tumbuh secara teratur pada lahan tanaman budidaya (Sebayang, 2005).
Dalam pertanian gulma tidak dikehendaki karena (a) menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan unsur hara, air, sinar matahari, dan ruang tumbuh; (b) menurunkan mutu hasil akibat kontaminasi dengan bagian-bagian gulma; (c) mengeluarkan senyawa alelopati (zat penghambat pertumbuhan) yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman; (d) menjadi inang bagi hama dan patogen yang menyerang tanaman; (e) mengganggu tata-guna air; dan (f) secara umum meningkatkan biaya usaha tani (Jumin, 1991).
Pengamatan gulma dilakukan dengan analisis vegetasi untuk penentuan nilai NJD atau SDR (Nisbah Jumlah Dominasi) dengan perhitungan analisis vegetasi (Tjitrosoedirdjo et al. 1984).
Gulma dari golongan monokotil pada umumnya disebut juga dengan istilah gulma berdaun sempit atau jenis gulma rumput- rumputan. Sedangkan gulma dari golongan dikotil disebut dengan istilah gulma berdaun lebar. Ada pula jenis gulma lain yang berasal dari golongan teki- tekian (atau golongan sedges) (Moenandir, 1993).
Daun gulma daun lebar dibentuk pada meristem apikal yang sangat sensitif pada senyawa kimia. Stomata pada daun gulma daun lebar banyak terdapat pada daun bagian bawah yang memungkinkan cairan herbisida dapat masuk. Gulma daun lebar memiliki bentuk daun yang lebih luas, sehingga luas permukaan daun yang kontak dengan senyawa limbah sagu lebih besar. Gulma daun sempit berkedudukan vertikal dan memiliki luas permukaan daun lebih kecil. Analisis vegetasi gulma menunjukkan bahwa gulma daun sempit merupakan gulma yang dominan dibandingkan gulma daun lebar. Hal ini disebabkan karena gulma daun sempit umumnya bereproduksi secara vegetatif dengan stolon dan rhizome yang mampu bertahan di dalam tanah dan akan tumbuh kembali jika kondisi sudah baik (Syakir, 2008).
Pengamatan komposisi gulma berguna untuk mengetahui ada tidaknya pergeseran jenis gulma yaitu keberadaan jenis gulma pada suatu areal sebelum dan sesudah percobaan/perlakuan. Some Dominance Ratio (SDR) atau Nisbah Jumlah Dominan (NJD) berguna untuk menggambarkan hubungan jumlah dominansi suatu jenis gulma dengan jenis gulma lainnya dalam suatu komunitas, sebab dalam suatu komunitas sering dijumpai spesies gulma tertentu yang tumbuh lebih dominan dari spesies yang lain. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum pengendalian gulma dilakukan antara lain adalah jenis gulma dominan, tumbuhan budidaya utama, alternatif pengendalian yang tersedia serta dampak ekonomi dan ekologi (Mas’ud, 2009).
Tujuan analisis vegetasi adalah sebagai berikut (Prawoto, dkk, 2008) :
1.      Mengetahui komposisi jenis gulma dan menetapkan jenis yang dominan.
Biasanya hal ini dilakukan untuk keperluan perencanaan, misalnya untuk memilih herbisida yang sesuai.
2.  Untuk mengetahui tingkat kesamaan atau perbedaan antara dua vegetasi. Hal ini penting misalnya untuk membandingkan apakah terjadi perubahan komposisi vegetasi gulma sebelum dan setelah dilakukan  pengendalian dengan cara tertentu.
III.        METODE PRAKTIKUM
A.  Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu lahan sawah dan sawah kering. Alat yang digunakan yaitu alat Square Method ukuran 50cm x 50cm, buku deskripsi gulma atau herbarium, kantong plastik, kantong keras, oven, timbangan elektrik dan alat tulis.

B.  Prosedur Kerja
1.      Identifikasi
a.       Petak contoh dibuat dengan ukuran 50 x 50 cm menggunakan alat square method pada lahan kering.
b.      Petak contoh tersebut di lempar sembarang kemudian gulma yang tumbuh pada petak contoh tersebut dicabut, masukkan ke dalam kantong plastik.
c.       Identifikasilah jenis gulma yang ada dengan menggunakan buku deskripsi atau herbarium berdasarkan ciri morfologinya, dan tulislah nama spesies, morfologi dan perkembangbiaknnya, daur hidup dan tempat tumbuhnya.
d.      Jenis gulma dipisahkan berdasarkna golongan yaitu rumput, teki-tekian dan daun lebar.

2.      Analisis
a.       Dibuat petak contoh dengan ukuran 50cm x 50cm dengan cara alat Square Method diletakkan pada lahan sawah dan lahan kering sebanyak empat petak contoh pada masing- masing lahan.
b.      Diambil dan dicabut semua gulma pada petak contoh tersebut.
c.       Jenis gulma yang ada dipisahkan dan diidentifikasi.
d.      Dihitung jumlah masing- masing gulma yang ada, kemudian dimasukkan dalam kantong kertas dan dikeringkan dalam oven pada suhu 70°C sampai kering konstan.
e.       Masing- masing jenis gulma yang telah dikeringkan ditimbang.
f.       Dihitung Kerapatan, Frekuensi, dan Dominasi masing- masing jenis gulma.



IV.        HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil Pengamatan
Terlampir
B.  Pembahasan
Menurut Radosevich (2007), gulma merupakan tanaman yang tumbuh bukan pada tempatnya, atau disebut juga tanaman atau tumbuhan yang manfaatnya lebih sedikit dibandingkan dengan kerugian yang diakibatkan pada lahan yang sedang diusahakan. Pada dasarnya gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang telah beradaptasi dengan habitat buatan dan menimbulkan gangguan terhadap segala aktivitas manusia (Sastroutomo, 1990). Gulma tumbuh pada pada tempat yang tidak dikehendaki manusia, sehingga keberadaan gulma baik secara langsung atau tidak langsung merugikan. Pengaruh negatif gulma yang penting adalah mempunyai daya kompetisi yang tinggi, sebagai inang penyakit atau parasit, mengurangi mutu hasil peertanian, dan menghambat kelancaran aktivitas pertanian.
Konsepsi dan  metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat bervariasi, tergantung keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya. Misalnya apakah ditujukan untuk mempelajari tingkat suksesi, apakah untuk evaluasi hasil suatu pengendalian gulma. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan struktur dan komposisi vegetasi. Untuk areal yang luas dengan vegetasi semak rendah misalnya, digunakan metode garis (line intersept), untuk pengamatan sebuah contoh petak dengan vegetasi tumbuh menjalar (cpeeping) digunakan metode titik (point intercept) dan untuk suatu survei daerah yang luas dan tidak tersedia cukup waktu, estimasi visual (visual estimation) mungkin dapat digunakan oleh peneliti yang sudah berpengalaman. Juga harus diperhatikan keadaan geologi, tanah, topografi, dan data vegetasi yang mungkin telah ada sebelumnya, serta fasilitas kerja/keadaan, seperti peta lokasi yang bisa dicapai, waktu yang tersedia, dan lain sebagainya; semuanya untuk memperoleh efisiensi. Pengamatan gulma dilakukan dengan analisis vegetasi untuk penentuan nilai NJD atau SDR (Nisbah Jumlah Dominasi) dengan perhitungan analisis vegetasi (Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984).
Menurut Tjitrosoedirdjo (1984), dalam mengidentifikasi gulma dapat ditempuh satu atau kombinasi dari sebagian atau seluruh cara- cara ini:
1.      Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di herbarium.
2.      Konsultasi langsung, dengan para ahli di bidang yang bersangkutan.
3.      Mencari sendiri melalui kunci identifikasi.
4.      Membandingkannya dengan determinasi yang ada.
5.      Membandingkannya dengan ilustrasi yang tersedia.
Walaupun gulma merugikan bagi tanaman yang sedang dibudidayakan, tetapi ternyata gulma juga mempunyai beberapa manfaat. Adapun manfaat gulma menurut Sukman dan Yakup (1991) yaitu :
1.      Menambah kesuburan tanah terutama dalam hal bahan organik
2.      Mencegah atau mengurangi timbulnya erosi
3.      Bahan penutup tanah dalam bentuk mulsa
4.      Sebagai media penanaman jamur merang
5.      Sebagai bahan obat tradisional
6.      Sebagai bahan makanan atau sayuran
7.      Sebagai tanaman hias dan bahan kerajinan
Metode analisis yang digunakan yaitu menggunakan alat Square Method atau metode Kuadrat yaitu dengan menggunakan sebuah alat berbentuk persegi sama sisi dengan panjang sisi 50cm x 50cm. Sampel diambil dengan cara melemparkan alat Square Method ke tanah atau lahan yang ditumbuhi gulma, selanjutnya seluruh gulma yang terdapat dalam alat dicabut hingga bersih kemudian dianalisis untuk mengetahui jenis dari gulma tersebut. Pada analisis ini digunakan buku deskripsi gulma untuk membantu memudahkan dalam mengidentifikasi nama gulma dengan membandingkan ciri- ciri morfologi gulma dengan gambar yang ada dalam buku deskripsi gulma.setelah selesai gulma dicuci untuk membersihkan kotoran yang menempel pada bagian tanaman dan dikering anginkan yang kemudian dikeringkan untuk mengetahui kerapatan, frekuensi, dan dominasi masing- masing jenis gulma.
Dari praktikum yang telah dilakukan, ditemukan 9 jenis gulma, yaitu Digitaria longifera, Commelina diffusa Burm. F, Mikania microntha H.B.K, Imperata cillindrica, Altenantera sp, Brachiaria eruciformis, Digitaria satigera, Ageratum conyzoides, Dan  Galinsoga parvifloro.





1.      Digitaria longifera (Retz)
Anatomi dari Digitaria longifera yaitu gulma darat, berumbai, ramuan tegak, perakaran pada kelenjar. Berakar serabut, putih atau coklat. Btang bulat, berbulu. Kelenjar gundul. Stipula absen. Daun spiral alternative, sessile, linier, lebih dari 2 cm panjang/ lebar, puncak akut, basis menggenggam, paralel-berurat. Daun selubung ini. Ligule berselaput. Bunga biseksual. Dikelompokan bersama dalam sebuah terminal malai,sessile, kuning, ungu, atau coklat, kelopak tidak terlihat. Buah kacang.
Klasifikasi:
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               :Liliopsida
Ordo                : Cyperales
Famili              : Poaceae
Genus              : Digitaria
Spesies            : Digitaria longifera
                                          
2.      Commelina diffusa Burm. F.
Akar Commelina diffusa Burm. F. termasuk kedalam system perakaran serabut. Akar blambangan tumbuh menjalar. Memiliki banyak percabangan akar. Akar aur-aur memiliki banyak rambut-rambuthalus atau bulu-bulu halus. Akar memiliki warna coklat tua dan tumbuh di tanah yang lembab.
Batang tumbuh menjalar berbentuk bulat dan lunak. Batang aur-aur tidak berambut, memiliki warna hijau muda bercorak ungu, buku-bukunya mengeluarkan akar dantunas cabang, bagian ujung batang tegak atau melengkung dan tingginya 6-60 cm. Daun berbangun daun lanset, umumnya berukuran panjang kurang dari enam kali lebarnya, permukaannya licin, pangkalnya berbentuk bundar dan tidak simetris, ujungnya agak runcing, tepinya terasa kasar bila diraba, ukuran panangnya 2,5-8 cmlebarnya 0,75-2,5 cm dan tidak bertangkai. Bunga tumbuh sendiriann dari buku b erhadapan dengan daun, dilindungi oleh braktea yang menyeruaidaun berbentuk perahu, pangkalnya berbentuk bula dan melancip tajam.
Klasifikasi :
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Commelinales
Family : Commelinaceae
Genus : Commelina
Spesies : Commelina diffusa Burm. F.

3.        Mikania micrantha H.B.K (Sembung Rambat)
Mikania micrantha merupakan gulma tahunan yang tumbuh merambat dengan cepat. Mikania termasuk dalam gulma penting pada kelapa sawit yang dapat tumbuh hingga ketinggian 700 mdpl. Mikania umumnya tumbuh dominan pada areal kelapa sawit belum menghasilkan (TBM) hingga dapat meimbelit/menutupi seluruh pelepah/tajuk kelapa sawit.
Mikania juga menghasilkan senyawa alelopati berupa phenol dan flavon. Mudah berkembang biak melalui potongan batang dan biji. Viabilitas biji mencapai lebih dari 60%, sedangkan daya tumbuh stek dapat mencapai 95%.
Batang M. micrantha tumbuh menjalar berwarna hijau muda, bercabang dan ditumbuhi rambut-rambut halus. Panjang batang dapat mencapai 3-6 m. Pada tiap ruas terdapat dua helai daun yang saling berhadapan, tunas baru dan bunga. Helai daun berbentuk segitiga menyerupai hati dengan panjang daun 4-13 cm dan lebar daun 2-9 cm.  Permukaan daun menyerupai mangkok dengan tepi daun bergerigi. Bunga tumbuh berwarna putih, berukuran kecil dengan panjang 4.5-6 mm, dan tumbuh dari ketiak daun atau pada ujung tunas. Biji dihasilkan dalam jumlah besar, berwarna coklat kehitaman dengan panjang 2 mm.
Klasifikasi :
Divisi   : Magnoliophyta
Kelas   : Magnoliopsida
Ordo    : Asterales
Famili  : Asteraceae
Genus  : Mikania
Spesies: Mikania micrantha H.B.K

4.      Imperata sillindrica
Imperata sillindrica atau alang-alang merupakan terna rumput, berumur panjang (perenial), tumbuh berumpun, tinggi 30 - 180 cm. Akar rimpang, menjalar, berbuku-buku, keras dan liat, berwarna putih. Batang berbentuk silindris, diameter 2 - 3 mm, beruas-ruas. Daun warna hijau, bentuk pita (ligulatus), panjang 12 - 80 cm, lebar 2 - 5 cm, helaian daun tipis tegar, ujung meruncing (acuminatus), tepi rata, pertulangan sejajar (parallel), permukaan atas halus, permukaan bawah kasap (scaber). Bunga majemuk, bentuk bulir (spica), bertangkai panjang, setiap bulir berekor puluhan helai rambut putih sepanjang 8 - 14 mm, mudah diterbangkan angin. Buah bentuk biji jorong, panjang +/- 1 mm, berwarna cokelat tua. Perbanyaan vegetatif (akar rimpang).
Klasifikasi :
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Liliopsida
Ordo                : Poales
Famili              : Poaceae
Genus              : Imperata
Spesies            : Imperata cylindrica

5.      Alternanthera philoxeroides
Alternanthera philoxeroides (rumput aligator, bayam dempo) sebagian besar tumbuh di daerah lembab. Tinggi 50-100 cm, daun sederhana dan melebar, bunga bertangkai, akar serabut, disetiap ruas batang mempunyai akar, batang berselang-seling. Adalah suatu tumbuhan yang berhubungan dengan air dan terbenam. Gulma yang biasa disebut rumput alligator ini berasal dari bagian Selatan Amerika, tetapi menyebar ke banyak bagian- bagian dari dunia. Dan diprediksi  jenis ini sudah berada di Australia, Austria, China, Selandia Baru, Thailand dan Amerika Serikat.
Alternanthera philoxeroides dapat berkembang dalam berbagai habitat, mencakup tanah kering, tetapi pada umumnya ditemukan di dalam air. Biasanya  membentuk interwoven keset besar di permukaan air atau sepanjang garis pantai. Daunnya sederhana dan mempunyai garis tepi lembut. Rumput alligator berbunga sepanjang bulan  yang bertemperatur hangat sepanjang tahun. Rumput alligator dapat mengurangi erosi, tapi dapat juga mengurangi burung air dan aktivitas ikan karena menyebabkan kematian ikan. Rumput alligator menciptakan suatu tempat yang baik untuk perkembangbiakkan nyamuk.
Klasifikasi:
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Ordo                : Caryophyllales
Famili              : Amaranthaceae
Genus              : Alternanthera
Spesies            : Alternanthera philoxeroides


6.      Brachiaria eruciformis
Brachiaria eruciformis merupakan gulma tahunan yang batangnya merambat dan ramping, panjangnya 10-60 cm. Daun berbentuk pisau linear atau lanset panjangnya 2-15 cm, lebar 2-6 mm. Bunga terdiri dari tandan. Tandan 3-14; ditanggung sepanjang poros tengah, unilateral, panjang 0,5-2,5 cm. bulir bulir terdiri dari 1 kuntum steril basal, 1 kuntum fertil, tanpa perpanjangan rhachilla.
                        Kuntum steril berupa palea. Lemma dari floret steril rendah mirip dengan glume atas, lonjong, panjang segabah, membran, 5-berurat, berbulu, atau puber, atau vili; akut. Lemma Subur eliptik; 1,5-2,5 mm, mengeras, mengkilap. Lema permukaan halus. tepi Lema rumit. ujung lemma tumpul. Palea rumit, mengeras, tanpa keels. Gulma ini tersebar di berbagai belahan bumi seperti Eropa, Afrika, Samudra Hindia Barat, Asia, Australasia, Pacific dan Amerika Selatan.
Klasifikasi :
Divisi:  Magnoliophyta
Kelas :  Liliopsida
Ordo :  Poales
Famili:  Poaceae
Genus:  Brachiaria
Spesies:  Brachiaria eruciformis
7.      Digitaria satigera
Batang memiliki panjang 20-80 cm. Daun berbentuk pisau linear atau lanset,  panjang 3-25 cm dan lebar 3-12 mm .Perbungaan perbungaan terdiri dari tandan. Tandan 3-15 ,atau ditanggung sepanjang poros tengah , unilateral , panjang 4-15 cm. Bulir bulir terdiri dari 1 kuntum steril basal , 1 kuntum subur , tanpa perpanjangan rhachilla . Spikelets lanset , atau elips , punggung dikompresi , 2-3 mm panjang, jatuh seluruh .
Glumes glumes tidak jelas , lebih pendek dari gabah , lebih tipis dari lemma subur. Atas glume lonjong , atau bulat telur , panjang 0,1-0,25 gabah , membran tanpa batas. Kuntum Basal kuntum steril tandus , tanpa palea signifikan . Lemma lebih rendah steril floret elips , 1 panjang gabah, berurat dengan urat berjarak sama , atau dengan urat spasi merata , puber dan setose (kadang-kadang). Lemma Subur elips , 2-3 mm panjang tulang rawan lebih tipis pada marjin , abu-abu, atau cokelat muda , tanpa lunas . Margin Lemma datar; meliputi sebagian besar palea . Lemma puncak akut. Palea tulang rawan.

Klasifikasi :
Divisi   :           Magnoliophyta
Kelas   :           Liliopsida
Ordo    :           Cyperales
Famili  :           Poaceae
Genus  :           Digitaria
Spesies:           Digitaria setigera

8.      Ageratum conyzoides
Bandotan (Ageratum conyzoides) adalah sejenis gulma pertanian anggota suku Asteraceae. Terna semusim ini berasal dari Amerika tropis, khususnya Brazil, akan tetapi telah lama masuk dan meliar di wilayah Nusantara. Disebut juga sebagai babandotan atau babadotan (Sd.); wedusan (Jw.); dus-bedusan (Md.); serta Billygoat-weed, Goatweed, Chick weed, atau Whiteweed dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini mendapatkan namanya karena bau yang dikeluarkannya menyerupai bau kambing.
Herba, 1 tahun, tinggi 10-120 cm. Tegak atau terbaring. Tunggal, bulat telur, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi beringgit, panjang 3-4 cm, lebar 1-2,5 cm, pertulangan menyirip, tangkai pendek, hijau. Majemuk, di ketiak daun, bongkol menyatu menjadi karangan, bentuk malai rata, panjang 6-8 mm, tangkai berambut, ke'opak berbulu, hijau, mahkola bentuk lonceng, putih atau ungu. Padi, bulat panjang, bersegi lima, gundul atau berambut jarang, hitam. Kecil, hitam. Tunggang, putih kotor. Daun Ageratum conyzoides berkhasiat sebagai obat luka baru dan obat wasir, Untuk obat luka baru dipakai + 5 gram daun segar Ageratum conyzoides,dicuci dan ditumbuk sampai lumat, ditempelkan pada luka dan dibalut.Kandungan kimia Daun dan bunga Ageratum conyzoides mengandung saponin, flavonoida dan polifenol, di samping itu daunnya juga mengandung minyak atsiri.
Klasifikasi:
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Ordo                : Asterales
Famili              : Asteraceae
Genus              : Ageratum
Spesies            : Ageratum conyzoides L.
9.      Galinsoga parvifloro.
Galinsoga parviflora umumnya memiliki tinggi 0,6 m (2ft). Bunga tumbuh dari Mei hingga Oktober. Bunganya hermaprodit (memiliki baik organ jantan dan betina) dan diserbuki oleh serangga. merupakan tanaman semak dan semusim dengantinggj 30-60 cm. Batang dari tanaman ini adalah tegak, lunak, bulat, beruas-ruas,bercabang, hijau. Jenis daun tunggal, berhadapan, duduk pada tiap buku, bulattelur, ujung meruncing, tepi bergerigi, pangkal runcing, pertulangan menyirip,panjang daun 3-5,5 cm, dan lebarnya 1,5-3,5 cm serta berwarna hijau.
Bentuk bunga yaitu bongkol, bulat dan terletak di ujung batang. Kelopak berbentuk mangkok, ujung bertaju, berwarna hijau, benang sari berwarna kuning, tangkai sarilepas, ujung putik bercabang dua dengan warna kuning, mahkota terdiri dari limadaun mahkota dan berwarna putih. Jenis buahnya yaitu keras, berbulu danberwarna ungu. Bentuk bijinya kecil, pipih dan berwarna hitam. Sedangkan jenisakarnya yaitu tunggang dan berwarna putih.
Klasifikasi :
Divisi               : Spermatophyta
Class                : Dicotyledonae
Ordo                : Asterales
Family             : Compositae
Genus              Galinsoga
Spesies             :Galinsoga parviflora


Dari semua gulma yang didapat, diketahui bahwa Imperata sillindrica memiiki nilai KR yang paling tinggi ,yaitu 45,89%, Sedangkan gulma dengan nilai KR paling rendah adalah Brachiaria eruciformis yaitu 0,48%. Nilai FR paling tinggi adalah Imperata sillindrica yaitu 22,22% dan nilai FR terendah adalah Mikania micrantha H.B.K, Altenantera philoxeroides, dan Brachiaria eruciformis yaitu 5,56% . Gulma dengan nilai DR tertinggi yaitu Imperata sillindrica dengan nilai DR sebesar 53,92%, dan nilai DR terendah yaitu 0,51% pada gulma Brachiaria eruciformis. Imperata sillindrica mempunyai nilai NJD paling tinggi yaitu sebesar 40,67% dan Brachiaria eruciformis dengan nilai NJD terendah yaitu sebesar 2,18%.
Pada praktikum kali ini, setelah dihitung, didapatkan data Σ KR : 99,97%,  ΣFR : 99,94%, ΣDR : 99,98%, ΣNJD : 99,94%



V.           KESIMPULAN DAN SARAN
A.  Kesimpulan
1.      Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan, tumbuh pada pada tempat yang tidak dikehendaki manusia, sehingga keberadaan gulma baik secara langsung atau tidak langsung merugikan.
2.      Metode yang digunakan dalam analisis vegetasi ada 3 yaitu Line Intercept, Point Intercept, dan Visual Estimation.
3.      Manfaat gulma yaitu menambah kesuburan tanah, mencegah atau mengurangi timbulnya erosi, bahan penutup tanah (mulsa), media penanaman jamur merang, bahan obat tradisional, bahan makanan atau sayuran, tanaman hias dan bahan kerajinan.
4.      Ada 9 gulma yang telah ditemukan yaitu Digitaria longifera, Commelina diffusa Burm. F, Mikania microntha H.B.K, Imperata cillindrica, Altenantera sp, Brachiaria eruciformis, Digitaria satigera, Ageratum conyzoides, Dan  Galinsoga parvifloro.
5.      Nilai KR, FR, DR, dan NJD paling tinggi yaitu Imperata sillindrica sebesar 45,89%, 22,22%, 53,91%, dan 40,67%
6.      Didapatkan data Σ KR : 99,97%,  ΣFR : 99,94%, ΣDR : 99,98%, ΣNJD : 99,94%.


B.  Saran
1.      Harus teliti ketika mengamati morfologi gulma yang akan dicocokan dengan gambar pasa buku indentifikasi gulma.
2.      Penghitungan menggunakan kalkulator agar hasilnya lebih teliti.
3.      Disediakan lebih banyak buku identifikasi gulma untuk efisiensi waktu.
DAFTAR PUSTAKA

Adi. 2010. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum). http://iqra5.blogspot.com/2010/07/rumput-gajah-pennisetum-purpureum.html. Diakses tanggal 12 Oktober 2013.
Budiono, E. 2013. Rumput Gajah (Deskripsi, Persebaran, Manfaat dan Cara Tanam). http://rumah2hijau.wordpress.com/2013/03/29/rumput-gajah-deskripsi-persebaran-manfaat-dan-cara-tanam/. Diakses tanggal 12 Oktober 2013.
Dalimartha, S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5. Pustaka Bunda. Jakarta.
Lawrence, G. H. M. 1959. Taxonomy of Vascular Plant. The Macmillan Co. New York.
Mas’ud, hidayati. 2009. Komposisi dan Efisiensi Pengendalian Gulma pada Pertanaman Kedelai dengan Penggunaan Bokashi . Jurnal Agroland 16 (2) : 118 – 123.
Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Prawoto, A. A., dkk. 2008. Panduan Lengkap Kakao : Manajenem Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
Radosevich, S.R., J.S. Holt, and C.M. Ghersa. 2007. Ecology of Weeds and Invasive Plants: Relationship to Agriculture and Natural Resource Management 3rd Edition. John Wiley and Sons. New York.
Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Hijauan Rumput dan Legum Pakan Tropik Cetakan I. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Sastroutomo, S. S. 1990. Ekologi Gulma. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sebayang, H. T. 2005. Gulma dan Pengendaliannya Pada Tanaman Padi. Universitas Brawijaya. Malang.
Sukman dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT. Rajawali. Jakarta.
Syakir, Muhammad et al. 2008. Pemanfaatan Limbah Sagu sebagai Pengendalian Gulma pada Lada Perdu. Jurnal Littri Vol. 14 No. 3 : 107 – 112.
Tjitrosoedirdjo, S., H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT Gramedia. Jakarta.

Tjitrosoepomo, G. 1985. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Related Posts: