Laporan DPT: Hibridisasi Tanaman menyerbuk Sendiri

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pemuliaan tanaman pada dasarnya adalah kegiatan memilih atau menyeleksi dari suatu populasi untuk mendapatkan genotipe tanaman yang memiliki sifat-sifat unggul yang selanjutnya akan dikembangkan dan diperbanyak sebagai benih atau bibit unggul. Namun demikian, kegiatan seleksi tersebut seringkali tidak dapat langsung diterapkan, karena sifat-sifat keunggulan yang dimaksud tidak seluruhnya terdapat pada satu genotipe saja, melainkan terpisah pada genotipe yang lainnya. Misalnya, suatu genotipe mempunyai daya hasil yang tinggi tapi rentan terhadap penyakit, sedangkan genotipe lainnya memiliki sifat-sifat lainnya (sebaliknya). Jika seleksi diterapkan secara langsung maka kedua sifat unggul tersebut akan selalu terpisah pada genotipe yang berbeda. Oleh sebab itu untuk mendapatkan genotipe yang baru yang memiliki kedua sifat unggul tersebut perlu dilakukan penggabungan melalui rekombinasi gen.
Persilangan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan rekombinasi gen. Secara teknis, persilangan dilakukan dengan cara memindahklan tepung sari kekepala putik pada tanaman yang diinginkan sebagai tetua, baik pada tanaman yang menyerbuk sendiri (self polination crop) maupun pada tanaman yang menyerbuk silang (cross polination crop) .
Metode pemuliaan tanaman ini punya manfaat yang sangat penting bagi perakitan varietas. Hibridisasi merupakan salah satu metode pemuliaan tanaman dimana bertujuan memperoleh kombinasi genetik yang diinginkan melalui persilangan dua atau lebih tetua yang berbeda genotipenya. Diharapkan setelah adanya hibridisasi dapat menghasilkan kombinasi baru genetika dari tanaman tetua yang diharapkan sifat unggulnya.
Varietas unggul didapat melalui beberapa metode pemuliaan tanaman. Metode pemuliaan ini sangat ditentukan oleh sistem penyerbukan ataupun cara perkembang biakan tanman. Metode untuk tanman menyerbuk sendiri berbeda dengan metode untuk tanaman menyerbuk silang. Metode yang dikembangkan secara seksual berbeda dengan yang dikembangkan secara aseksual. Beberapa metode pemuliaan tanaman yang diketahui yaitu introduksi, seleksi dan hibridisasi dilanjutkan seleksi. Penyerbukan silang pada bunga yang pada umumnya menyerbuk sendiri bertujuan agar didapatkan tanaman dengan berbagai macam variasi genotip maupun fenotip.
Persilangan padi secara buatan dilakukan dengan campur tangan manusia. Persilangan padi secara buatan pada umumnya menghasilkan tanaman yang relatif pendek, berumur genjah, anakan produktif banyak, dan hasil tinggi. Sementara itu persilangan secara alami menghasilkan tanaman yang relative tinggi, berumur panjang, anakan produktif sedikit, dan produktivitas rendah. Persilangan pada tanaman padi merupakan proses penggabungan sifat melalui pertemuan tepung sari dengan kepala putik dan kemudian embrio berkembang menjadi benih. Secara teknis persilangan padi secara buatan dimulai dengan pemilihan tetua pada pertanaman petak hibridisasi, dilanjutkan dengan kastrasi, hibridisasi, isolasi, dan pemeliharaan.

B.     Tujuan
Tujuan praktikum hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri yaitu :
1.      Menghilangkan kepala sari sebelum bunga membuka dengan maksud untuk mencegah terjadinya pembuahan sendiri
2.      Meyerbuki bunga-bunga yang telah dikastrasi dengan tepung sari dari jenis tanaman yang kita hendaki sebagai induk jantan.


3.       
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Hibridisasi ialah perkawinan antara berbagai spesies, suku, ras atau varietas tumbuhan yang bertujuan memperoleh organisme yang diinginkan. Tujuan hibridisasi untuk menambah keragaman genetik melalui proses pengkombinasian genetik dari tetua yang berbeda genotipnya. Dari tujuan tersebut dapat diketahui bahwa hibridisasi memiliki peranan penting dalam pemuliaan tanaman, terutama dalam memperluas keragaman genetic (Sunarto, 1997).
Penyerbukan adalah jatuhnya serbuk sari ke kepala putik. Sedangkan pembuahan adalah bergabungnya gamet jantan dan gamet betina. Kriteria klasifikasi yang dipergunakan hanya berdasarkan tingkat penyerbkan sendiri dan penyerbukan silang. Polonasi sendiri sudah barang tentu hanya merupakan salah satu system perbanyakan tanaman dan hanya sebagai salah satu jalan dimana populasi dapat dikawinkan.
Penyerbukan sendiri adalah jatuhnya serbuk sari dari anter ke stigma pada bunga yang sama atau stigma dari bunga yang lain pada tanaman yang sama atau klon yang sama. Prinsip yang memungkinkan terjadinya penyerbukan penyerbukan sendiri adalah kleistogami yaitu pada waktu terjadi penyerbukan bunga yang belum mekar atau tidak terbuka, misalnya pada kedelai, padi, tembakau dan lain-lain (Nasir, 2001). Jumlah penyerbukan silang yang munkin terjadi pada 5 tanaman-tanaman tersebut berkisar antara 0% - 4 atau 5%.
Terjadinya penyerbukan sendiri disababkan oleh :
1.      Bunga tidak membuka.
2.      Serbuk sari sudah matang dan jatuh sebelum bunga terbuka.
3.      Stigma dan stamen tersembunyi oleh organ bung yang sudah terbuka.
4.      Stigma memanjang melalui tabung staminal segera sesudah anter membuka.
5.      Bunga matang serempak.
Terjadinya penyerbukan sendiri disebabkan oleh Bunga tidak membuka,  Serbuk sari sudah matang dan jatuh sebelum bunga terbuka, Stigma dan stamen. Tanaman menyerbuk sendiri dapat dimuliakan antara lain melalui hibridisasi. Hibridisasi atau persilangan bertujuan menggabungkan sifat-sifat baik dari kedua tetua atau induknya sedemikian rupa sehingga sifat-sifat baik tersebut dimiliki keturunannya. Sebagai hasil dari hibridisasi adalah timbulnya keragaman genetik yang tinggi pada keturunannya. Dari keragaman yang tinggi inilah pemulia tanaman akan memilih tanaman yang mempunyai sifat-sifat sesuai dengan yang diinginkan (Sunarto, 1997).
Penyerbukan silang pada bunga yang pada umumnya menyerbuk sendiri bertujuan agar didapatkan tanaman dengan berbagai macam variasi genotip maupun fenotip.  Salah satu tanaman yang melakukan penyerbukan sendiri adalah padi. Oleh karena itu diperlukan suatu metode unutk mencegah terjadinya penyerbukan sendiri pada bunga padi. Penyerbukan sendiri pada bunga padi dapat dicegah dengan melakukan kastrasi yaitu tidakan membuang semua benang sari yang masih muda atau yang belum masak dari sebuah kuncup bunga suatu tanaman induk betina, dengan maksud agar bunga tersebut tidak mengalami penyerbukan sendiri (Darjanto dan Satifah, 1984).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada kegiatan persilangan buatan yaitu :
1.      Periode berbunga Tetua Jantan dan Betina.
Dalam hal ini diusahakan agar periode berbunga antara tetua betina dan tetua jantan hampir bersamaan. Oleh karena itu pengaturan waktu tanam perlu dilakukan sedemikian rupa sehingga saat keluarnya bunga hampir serentak antara kedua tetua yang akan disilangkan. Sebagai contoh, tanaman kedelai waktu keluar bunga berkisar antara 35-40 hari setelah tanam, kacang tanah 27-32 hari setelah tanam, tergantung pada varietasnya.
Periode persilangan yang efektif adalah selama 2 minggu sejak munculnya bunga pertama pada tanaman kacang tanah bunga-bunga yang tumbuh setelah 2 minggu dari hari pertama keluarnya bunga, biasanya gagal membentuk biji bila disilangkan, karena ginofornya sudah tidak mampu mencapai tanah.
2.      Waktu Emaskulasi dan Persilangan.
Kedua kegiatan ini erat kaitannya dengan matangnya organ reproduktif. Emaskulasi dan persilangan pada tanaman kedelai dapat dilakukan pada pagi hari hingga pukul 10.00. Sedangkan pada kacang tanah, biasanya emaskulasi dilakukan pada sore hari dan persilangan dilakukan pada pagi keesokan harinya (Bari dan Syamsudin, 1974).





BAB III
METODE PRAKTIKUM


A.    Bahan
            Pada praktikum hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri bahan yang digunakan adalah tanaman padi varietas situbagendit dan silogonggo.

B.     Alat
            Alat-alat yang digunakan pada praktikum hibridisasi tanaman menyerbuk ssendiri adalah kantong kertas, stapler, label, dan pensil.

C.    Prosedur Kerja
1.      Malai yang masih menutup dipilih sebagai tetua betina lalu dilakukan emaskulasi benang sari.
2.      Gunting kira-kita sepertiga bagian palea dan lemma lalu ambil semua benang sari yang ada dalam bunga padi sehingga tersisa putiknya saja.
3.      Malai yang sudah mekar dipilih sebagai tetua jantan.
4.      Penyerbukan dilakukan dengan menggoyang-goyangkan malai bunga jantan diatas bunga betina yang telah diemaskulasi.
5.      Malai hasil persilangan ditutup dengan kantong kertas kemudian dicantumkan tanggal penyerbukan serta tetua jantan dan tetua betina.
6.      Keberhasilan persilangan diamati dengan cara menghitung jumlah butir padi yang jadi.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Pengamatan

Tanggal penyerbukan : 01 Oktober 2013
Tanggal pengambilan : 22 Oktober 2013
Nama tetua : ♀ padi varietas situbagendit × ♂ silogonggo

 = 0%


B.     Pembahasan
Hibridisasi merupakan suatu perkawinan silang antara berbagai jenis spesies pada setiap tanaman. Yang mempunyai tujuan untuk memperoleh organisme dengan sifat-sifat yang diinginkan dan dapat berfariasi jenisnya. Pada peristiwa hibridisasi akan memperoleh kombinasi genetikyang diperoleh melalui persilangan dua atau lebih tetua yang berbeda genotipnya (Sunarto, 1997).
Hibridisasi bertujuan menggabungkan sifat – sifat baik dari kedua tetua atau induknya sedemikian rupa sehingga sifat – sifat baik tersebut dimiliki oleh keturunannya. Sebagai hasil dari hibridisasi adalah timbulnya keragaman genetik yang tinggi pada keturunannya. Dari keragaman yang tinggi inilah pemulia tanaman akan memilih tanaman yang mempunyai sifat-sifat sesuai yang diinginkan (Sunarto, 1997).
Penyerbukan sendiri adalah jatuhnya serbuk sari dari anter ke stigma pada bunga yang sama atau stigma dari bunga yang lain pada tanaman yang sama atau klon yang sama. Prinsipyang memungkinkan terjadinya penyerbukan penyerbukan sendiri adalah kleistogami yaitu pada waktu terjadi penyerbukan bunga yang belum mekar atau tidak terbuka, misalnya pada kedelai, padi, tembakau dan lain-lain (Nasir, 2001).
Bunga padi adalah bunga panjang dan berkelamin dua (hermaphrodit). Bunga-bunga mekar pada tiap malai dari bawah keatas, atau dari luar kedalam, yaitu kearah poros. Lamanya pembungaan dari tiap malai berkisar antara 5 sampai 10 hari (Darjanto dan Satifah, 1984).
Persilangan pada tanaman padi merupakan proses penggabungan sifat melalui pertemuan tepung sari dengan kepala putik dan kemudian embrio berkembang menjadi benih. Secara teknis persilangan padi secara buatan dimulai dengan pemilihan tetua pada pertanaman petak hibridisasi, dilanjutkan dengan kastrasi, hibridisasi, isolasi, dan pemeliharaan (Supartopo, 2006).
Padi merupakan tanaman yang menyerbuk sendiri karena lebih dari 95% serbuk sari tanaman padi membuahi sel telur membuahi tanaman yang sama.  Setiap bunga pada padi memiliki enam kepala sari dan kepala putik yang bercabang.  Umumnya kedua organ ini matang pada waktu yang bersamaan.  Kepala sari kadang-kadang keluar dari palea dan lemmanya ketika ia siap untuk melakukan proses reproduksi (Susanto, 2003).
Reproduksi pada padi prosesnya yaitu ketika telah terjadi pembuahan zigot dan inti polar yang telah dibuahi tersebut membelah diri.  Zigot tersebut berubah menjadi embrio dan inti polar menjadi endospermia yang mana di akhir perkembangannya sebagian besar bulir padi menagndung pati pada bagian endospermanya yang pada tanaman muda hal ini berfungsi sebagai cadangan makanan, sedangkan bagi manusia bulir inilah yang menjadi bahan makanan yang mengandung gizi yang banyak.  Dari segi genetika, satu set genom pada padi terdiri dari 12 kromosom yang diploid kecuali sel seksualnya .
Pemulian pada padi telah lama dilakukan sejak padi di budidayakan.  Hasil dari pemulian yang dikenal yaitu seperti rajalele dan pandanwangi yang merupakan salah satu ras lokal.  Namun, secara sistematis pemuliaan baru-baru ini dilakukan sejak didirikannya IRRI di Filiphina (Ruskandar, 2009).
Langkah langkah dalam melakukan hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri adalah sebagai berikut :
1.            Mengumpulan tepung sari
Pengumpulan serbuk sari dari pohon tetua jantan dapat di mulai beberapa jam sebelum kuncup kuncup bunga itu mekar. Pengumpulan tepung sari di kerjakan 1 hari sebelum di lakukan kastrasi dan hibdridisasi. Kurang lebih jam 10.00 sampai 12.00 di petik bunga bunga kuncup yang kira kira pagi berikutnya akan membuka. Dari bunga bunga ini di ambil kepala sarinya dan di tebarkan pada petrischall supaya pada pagi harinya sudah pecah dan di kumpulkan tepung dariya kemudian di pindahkan pada tabung gelas kecil yang sudah di lengkapi dengan kuas untuk penyerbukan.
2.            Kastrasi
Kastrasi adalah membersihkan bagian tanaman yang ada di sekitar bunga yang akan di emaskulasi dari kotoran, serangga, kuncup kuncup bunga yang tidak di pakai. Membuang mahkota dan kelopak juga termasuk kegiatan kastrasi.
3.            Emaskulasi
Emaskulasi adalah pembuangan alat kelamin jantan ( Stamen ) pada tetua betina. Tujuan emaskulasi adalah untuk mencegah penyerbukan sendiri terjadi. Oleh karena itu, emaskulasi di lakukan sebelum bunga mekar atau sebelum terjadi penyerbukan sendiri. Cara atau metode emaskulasi dilakukan berdasrkan morfologi bunga yang akan di emaskulasi. Metode yang dapat di gunakan antara lain clipping method, sucking method, water treatment method, chemical method dan male sterility method.
4.            Hibdridisasi
Hibdridisasi ( Persilangan )  adalah suatu teknik mengawinkan bunga dengan meletakkan pollen / serbuk sari pada stigma (lubang atau rongga yang dangkal berisi cairan kental agak lengket sebagai tempat meletakkan pollen dan masuknya tabung pollen ke dalam ovari (bakal buah) pada waktu polinasi/penyerbukan ). Hibdridisasi di kerjakan langsung sesudah kastrasi, sebaiknya jangan melebihi pukul 11.00. caranya adalah dengan menggosok gosokan kuas yang sudah ada tepungsarinya pada kepala putik bunga yang sudah di kastrasi tersebut serata mungkin.
5.            Memberi tanda dan etiket
Bunga bunga yang sudah di serbuki, tangkainya di ikat dengan benang berwarna pada etiket demi menjaga kekeliruan. Etiket tersebut di tulisi sebagai berikut :
Nama Penyerbuk                                          :
Tanggal mengerjakan                                               :
Nama/nomor jenis tanaman betina dan jantan:




6.            Pembungkusan
Pembungkusan di lakukan untuk mencegah terjadinya penyerbukan silang atau asing yang tidak di kehendaki dan gangguan lain, karangan bunga yang sudah di serbuki tersebut di bungkus menggunakan kantong dari kain, kelambu, kantong plastik yang berlubang kecil atau selotip. Pemilihan alat pembungkus di sesuaikan dengan ukuran bunga.
7.            Kontrol
Kontrol di buat dengan hanya mengkastrasi sejumlah bunga tetapi tidak di serbuki (Mangoendidjojo,2003).
Dalam melakukan suatu emaskulasi terdapat beberapa jenis metode metode yang di gunakan dalam proses emaskulasi suatu tanaman yang akan di hibridisasikan atau di silangkan. Metode metode tersebut anatara lain adalah sebagai berikut :
1.       Forcing Method
Bunga di buka hati hati melalui pallea dan lemma dengan jarum atau pinset ( Prepareer-naald ). Lalu pegang kedua ujung sekam itu dengan jari jari dan tekan sehingga membuka sebelah, langkah selanjutnya adalah mengambil keenam benang sari dengan hati hati dan jangan sampai merusak putik dengan alat jarum dan pinset.
2.      Bagging Method
Selubung bulir dengan pembungkus ari kertas sampai ± 5 menit ( karena terjadi panas maka bunga bunga itu mekarnya di percepat dan lebih bersama sama ). Selanjutnya di buka dan segera di buang benang benang sari dari bunga bunga yang telah terbuka.
3.      Clipping Method
Potong pucuk pallea dan lemma ±  bagian dari panjangnya. ( boleh miring atau datar ). Lalu buang benang benang sari dengan pinset. Pada umumnya kuncup bunga dibuka dengan pinset atau dipotong dengan gunting, kemudian anter atau stamen dibuang dengan pinset. Cara ini mudah dilakukan pada tanaman yang bunganya relatif besar, misalnya cabai, kedelai, tomat dan tembakau. Cara emaskulasi ini praktis, murah dan mudah dilakukan, namun kemungkinan rusaknya putik dan pecahnya anter sangat besar, sehingga terjadinya penyerbukan sendiri sangat besar.
Adapun cara melakukan emaskulasi menggunakan metode ini adalah sebagai berikut :
a. Setelah dipilih bunga yang akan digunakan sebagai betina, bagian ujung kuncup   bunga dipotong dengan pisau silet atau gunting, sehingga kepala putiknya kelihatan jelas dari atas. Pekerjaan ini harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai putiknya turut terpotong atau rusak.
b. Mahkota dari kuncup bunga dibuka perlahan-lahan satu per satu dengan menggunakan pinset sampai semua benang sari terlihat jelas dari luar. Bila perlu semua mahkota dibuang.
c. Benang sari dapat dibuang satu per satu sampai habis dengan sebuah pinset.
d. Baik pinset, maupun gunting kecil dan alat lain yang dipakai untuk emaskulasi bunga harus steril. Setiap kali hendak di pakai, alat tersebut perlu dicelupkan ke dalam spiritus atau alkohol 75-85% dan kemudian dilap sampai kering dan bersih.
e. Setelah melakukan emaskulasi, pada tangkai bunga segera digantungkan sebuah label yang telah diberi nomor.
4.      Hot water treatment
Untuk tanaman yang bunganya kecil-kecil, seperti sorghum, rumput-rumputan dan pakan, pembuangan stamen dengan menggunakan pinset atau gunting sangat sulit. Cara emaskulasi untuk jenis bunga ini adalah dengan mencelupkan bunga ke dalam air hangat yang mempunyai temperatur tertentu, biasanya antara 43-53 0C selama 1-10 menit. Cara ini mahal dan tidak praktis. Hal yang sama bisa dilakukan pada air dingin atau alkohol.
Bengkokan bulir ke atas air panas dalam sebuah tabung, karena uap air panas bunga bunga akan terbuka dengan cepat dan segera buang benang benang sarinya.
5.      Blowing Method
Bungkis bulir dengan sapu tangan dan tiup dengan pelan pelan ± 5 menit. Setelah di buka, bunga bunga yang terbuka segera buang benang benang sarinya.
6.      Sucking Method
Teknik ini mudah dilakukan pada padi. Pada tahap awal metode ini relatif mahal, karena diperlukan biaya untuk pengadaan alat. Keuntungan menggunakan metode ono adalah kemungkinan rusaknya kepala putik (stigma) dan pecahnya anter dan penyerbukan sendiri sangat kecil. Teknik pengerjaannya adalah ujung bunga dibuka dengan gunting, kemudian anter dihisap keluar dengan alat pompa hisap. Potong pucuk bunga seperti clipping method, kemudian benang sarinya di ambil dengan waterstraal luncht pompo ( penghisap udara dengan arus air ) atau pompoa penghisap listrik yang di hubungkan dengan slang yang berakhir dengan pipa gelas kecil yang bermulut halus (Tanto, 2002).
Pada praktikum hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri, varietas padi yang akan di silangkan adalah varietas situbagendit dan varietas silugonggo. pertama dilakukan persiapan alat-alat yang akan digunakan yaitu gunting, jarum, dan kantong kertas. Kedua pengumpulan tepug sari dengan cara menyungkup bunga tanaman padi kemudian di goyang-goyangkan agar tepung sari jatuh dan terkumpul pada kantong kertas. Selanjutnya dilakukan kastrasi, yaitu  membersihkan dan membuang mahkota dan kelopak juga termasuk kegiatan kastrasi. Kemudian di emaskulasi, Emaskulasi adalah pembuangan alat kelamin jantan ( Stamen ) pada tetua betina. Tujuan emaskulasi adalah untuk mencegah penyerbukan sendiri terjadi. Oleh karena itu, emaskulasi di lakukan sebelum bunga mekar atau sebelum terjadi penyerbukan sendiri. Cara atau metode emaskulasi dilakukan berdasrkan morfologi bunga yang akan di emaskulasi.
Setelah di emaskulasi, tanaman padi di hibridisasi atau dikawinkan silang antara padi varietas situbagendit sebagai tetua betina dengan padi varietas silugonggo sebagai tetua jantan. Hibridisasi ini dilakukan dengan menggoyang-goyangkan tepung sari padi varietas silugonggo pada padi varietas situbagendit kemudian di sungkup dan diberi tanda atau etiket dengan menuliskan nama penyerbuk, tanggal penyerbukan dan nama varietas yang disilangkan. Persilangan dua varietas padi tersebut dibiarkan selama 2 minggu.
Setelah disungkup selama 2 minggu, persilangan antara tanaman padi varietas situbagendit dan varietas silugonggo gagal atau tidak berhasil karena di dapat prentase 0%. Untuk menghitung tingkat keberhasilan digunakan rumus sebagai berikut :
 = 0%
Hasil perhitungan tingkat keberhasilan dari hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri yaitu 0% jadi hibridisasi ini dikatakan tidak berhasil. Ketidakberhasilan hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri ini dikarenakan beberapa faktor diantaranya :
1.      Faktor intern
a.       Kurang seriusnya seorang praktikan dalam melakukan hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri.
b.      Praktikan cenderung ceroboh dan kurang berhati hati dalam melakukan hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri ini.
c.       Masih minimnya ilmu dan pengetahuan seorang praktikan dalam melakukan proses kegiatan hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri. Sehingga hasil yang di perolehnya pun kurang begitu maksimal dan belum sesuai harapan.
d.      Faktor tetua dari tanaman yang di gunakan dalam hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri.
2.      Faktor Ekstern
a.       Kondisi lingkungan setempat, atau tempat di lakukanya proses hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri.
b.      Faktor kelembaban udara
c.       Faktor suhu
d.      Faktor radiasi sinar matahari
e.       Faktor angin
Menurut Syukur (2009) penyebab gagalnya dan tidak berhasilnya proses hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri adalah sebagai berikut :
1.      Pengetahuan tentang morfologi dan metode reproduksi tanaman.
Untuk  dapat  melakukan penyerbukan, hal yang paling mendasar dan yang paling penting diketahui adalah organ reproduksi dan tipe penyerbukan. Dengan mengetahui organ reproduksi, kita dapat menduga tipe penyerbukannya, apakah tanaman tersebut menyerbuk silang atau menyerbuk sendiri. Karakteristik berikut dapat dijadikan acuan untuk  menduga  tipe penyerbukan tanaman menyerbuk sendiri :
a.       Bunga tidak membuka.
b.      Waktu antesis dan reseptif bersamaan atau berdekatan.
c.       Butir polen luruh sebelum bunga mekar.
d.      Stamen dan pistil ditutupi oleh bagian bunga walaupun bunga telah mekar.
e.       Pistil memanjang segera setelah polen masak
2.      Waktu tanaman bunga (waktu bunga mekar atau tanaman berbunga).
Dalam melakukan persilangan harus diperhatikan: (1) penyesuaian waktu berbunga.Waktu tanam tetua jantan dan betina harus diperhatikan supaya saat anthesis dan reseptif waktunya bersamaan, (2) waktu emaskulasi dan penyerbukan. Pada tetua betina waktu emaskulasi harus diperhatikan, seperti pada bunga kacang tanah, padi harus pagi hari, bila melalui waktu tersebut polen telah jatuh ke stigma. Juga waktu penyerbukan harus tepat ketika stigma reseptif. Jika antara waktu antesis bunga jantan dan waktu reseptif bunga betina tidak bersamaan, maka perlu dilakukan singkronisasi. Caranya dengan membedakan waktu penanaman antara kedua tetua, sehingga nantinya kedua tetua akan siap dalam waktu yang bersamaan. Untuk tujuan sinkronisasi ini diperlukan informasi tentang umur tanaman berbunga. ( Syukur, 2009 )
3.      Keadaan cuaca saat penyerbukan.
Cuaca sangat besar peranannya dalam menentukan keberhasilan persilangan buatan.Kondisi panas dengan suhu tinggi dan kelembaban udara terlalu rendah menyebabkan bungarontok. Demikian pula jika ada angin kencang dan hujan yang terlalu lebat.
4.      Pelaksana hibridisasi.
Pemulia yang melaksanakan hibridisasi harus dengan serius dan bersungguh-sungguh dalam melakukan hibridisasi, karena jika pemulia ceroboh maka hibridisasi akan gagal. (Syukur, 2009)





BAB V
SIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1.      Langkah langkah dalam melakukan hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri adalah mengumpulkan tepung sari, kastasi, emaskulasi, hibridisasi, memberi tanda atau etiket dan kontrol.
2.      Emaskulasi adalah pembuangan alat kelamin jantan (stamen) pada tetua betina.
3.      Metode emaskulasi yang digunakan pada praktikum ini adalah metode clipping (Clipping Method) yaitu pemotongan pucuk pallea dan lemma seperempat panjangnya kemudian benang sari dibuang dengan jarum.
4.      Hibridisasi merupakan perkawinan antara tetua betina dengan tetua janan dengan cara menggoyang-goyangkan tepung sari yang sudah di dalam kantong
5.      Varietas padi yang digunakan adalah varietas situbagendit sebagai tetua betina dan varietas silugonggo sebagai tetua jantan.
6.      Hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri pada praktikum ini gagal karena tinggal keberhasilan 0%
7.      Banyak faktor yang mengakibatkan kegagalan pada hibridisasi, baik dari faktor luar maupun faktor dari dalam.



DAFTAR PUSTAKA

Bari, A, S. Musa, dan E. Syamsudin, 1974. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Bag. Pemuliaan Tanaman. Dept. Agron. Fak. Pertanian, IPB, Bogor
Darjanto dan Siti, S. 1984. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik Penyerbukan Silang Buatan. Gramedia. Jakarta.
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta
Mangoendidjojo,W. 2003.Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta
Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Depatemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Ruskandar, Ade dan Sri wahyuni. 2009. “Menumbuhkan Penangkar Benih Padi Untuk Percepatan Adopsi Varietas Unggul Baru”. Tabloid Sinar Tani 7 : 51-54.
Sunarto. 1997. Pemuliaan Tanaman. IKIP Semarang Press, Semarang
Supartopo. 2006. “Teknik Persilangan Padi (Oryza sativa L.) Untuk Perakitan Varietas Unggul Baru”. Buletin Teknik Pertanian (11) : 76-80
Susanto, U., A.A. Daradjat, dan B, Suprihatno. 2003. “Perkembangan Pemuliaan Padi Sawah di Indonesia”. Jurnal Litbang Pertanian 22(3) : 125-131
Syukur, M., S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2009. Teknik Pemuliaan Tanaman. Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi dan Hotikultura IPB. Bogor.

Tanto. 2002. Pemuliaan Tanaman dengan Hibridisasi (Allogam). Raja Grafindo Persada. Jakarta

Related Posts:

0 Response to "Laporan DPT: Hibridisasi Tanaman menyerbuk Sendiri"

Post a Comment