PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pemuliaan tanaman pada dasarnya adalah kegiatan
memilih atau menyeleksi dari suatu populasi untuk mendapatkan genotipe tanaman
yang memiliki sifat-sifat unggul yang selanjutnya akan dikembangkan dan
diperbanyak sebagai benih atau bibit unggul. Namun demikian, kegiatan seleksi
tersebut seringkali tidak dapat langsung diterapkan, karena sifat-sifat
keunggulan yang dimaksud tidak seluruhnya terdapat pada satu genotipe saja,
melainkan terpisah pada genotipe yang lainnya. Misalnya, suatu genotipe
mempunyai daya hasil yang tinggi tapi rentan terhadap penyakit, sedangkan
genotipe lainnya memiliki sifat-sifat lainnya (sebaliknya). Jika seleksi
diterapkan secara langsung maka kedua sifat unggul tersebut akan selalu
terpisah pada genotipe yang berbeda. Oleh sebab itu untuk mendapatkan genotipe
yang baru yang memiliki kedua sifat unggul tersebut perlu dilakukan
penggabungan melalui rekombinasi gen.
Persilangan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan
rekombinasi gen. Secara teknis, persilangan dilakukan dengan cara memindahklan
tepung sari kekepala putik pada tanaman yang diinginkan sebagai tetua, baik
pada tanaman yang menyerbuk sendiri (self polination crop) maupun pada tanaman
yang menyerbuk silang (cross polination crop) .
Metode pemuliaan tanaman ini punya manfaat yang sangat
penting bagi perakitan varietas. Hibridisasi merupakan salah satu metode
pemuliaan tanaman dimana bertujuan memperoleh kombinasi genetik yang diinginkan
melalui persilangan dua atau lebih tetua yang berbeda genotipenya. Diharapkan
setelah adanya hibridisasi dapat menghasilkan kombinasi baru genetika dari
tanaman tetua yang diharapkan sifat unggulnya.
Varietas unggul didapat melalui beberapa metode
pemuliaan tanaman. Metode pemuliaan ini sangat ditentukan oleh sistem
penyerbukan ataupun cara perkembang biakan tanman. Metode untuk tanman
menyerbuk sendiri berbeda dengan metode untuk tanaman menyerbuk silang. Metode
yang dikembangkan secara seksual berbeda dengan yang dikembangkan secara
aseksual. Beberapa metode pemuliaan tanaman yang diketahui yaitu introduksi,
seleksi dan hibridisasi dilanjutkan seleksi. Penyerbukan silang pada bunga yang
pada umumnya menyerbuk sendiri bertujuan agar didapatkan tanaman dengan
berbagai macam variasi genotip maupun fenotip.
Persilangan padi secara buatan dilakukan dengan campur
tangan manusia. Persilangan padi secara buatan pada umumnya menghasilkan
tanaman yang relatif pendek, berumur genjah, anakan produktif banyak, dan hasil
tinggi. Sementara itu persilangan secara alami menghasilkan tanaman yang
relative tinggi, berumur panjang, anakan produktif sedikit, dan produktivitas
rendah. Persilangan pada tanaman padi merupakan proses penggabungan sifat
melalui pertemuan tepung sari dengan kepala putik dan kemudian embrio
berkembang menjadi benih. Secara teknis persilangan padi secara buatan dimulai
dengan pemilihan tetua pada pertanaman petak hibridisasi, dilanjutkan dengan
kastrasi, hibridisasi, isolasi, dan pemeliharaan.
B. Tujuan
Tujuan
praktikum hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri yaitu :
1.
Menghilangkan
kepala sari sebelum bunga membuka dengan maksud untuk mencegah terjadinya
pembuahan sendiri
2.
Meyerbuki
bunga-bunga yang telah dikastrasi dengan tepung sari dari jenis tanaman yang
kita hendaki sebagai induk jantan.
3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hibridisasi
ialah perkawinan antara berbagai spesies, suku, ras atau varietas tumbuhan yang
bertujuan memperoleh organisme yang diinginkan. Tujuan hibridisasi untuk
menambah keragaman genetik melalui proses pengkombinasian genetik dari tetua
yang berbeda genotipnya. Dari tujuan tersebut dapat diketahui bahwa hibridisasi
memiliki peranan penting dalam pemuliaan tanaman, terutama dalam memperluas
keragaman genetic (Sunarto, 1997).
Penyerbukan
adalah jatuhnya serbuk sari ke kepala putik. Sedangkan pembuahan adalah
bergabungnya gamet jantan dan gamet betina. Kriteria klasifikasi yang
dipergunakan hanya berdasarkan tingkat penyerbkan sendiri dan penyerbukan
silang. Polonasi sendiri sudah barang tentu hanya merupakan salah satu system
perbanyakan tanaman dan hanya sebagai salah satu jalan dimana populasi dapat
dikawinkan.
Penyerbukan sendiri adalah
jatuhnya serbuk sari dari anter ke stigma pada bunga yang sama atau stigma dari
bunga yang lain pada tanaman yang sama atau klon yang sama. Prinsip yang memungkinkan
terjadinya penyerbukan penyerbukan sendiri adalah kleistogami yaitu pada waktu
terjadi penyerbukan bunga yang belum mekar atau tidak terbuka, misalnya pada
kedelai, padi, tembakau dan lain-lain (Nasir, 2001). Jumlah penyerbukan silang yang munkin terjadi pada 5
tanaman-tanaman tersebut berkisar antara 0% - 4 atau 5%.
Terjadinya
penyerbukan sendiri disababkan oleh :
1.
Bunga tidak
membuka.
2.
Serbuk sari
sudah matang dan jatuh sebelum bunga terbuka.
3.
Stigma dan
stamen tersembunyi oleh organ bung yang sudah terbuka.
4.
Stigma memanjang
melalui tabung staminal segera sesudah anter membuka.
5.
Bunga matang
serempak.
Terjadinya
penyerbukan sendiri disebabkan oleh Bunga tidak membuka, Serbuk sari sudah matang dan jatuh sebelum
bunga terbuka, Stigma dan stamen. Tanaman menyerbuk sendiri dapat dimuliakan
antara lain melalui hibridisasi. Hibridisasi atau persilangan bertujuan
menggabungkan sifat-sifat baik dari kedua tetua atau induknya sedemikian rupa
sehingga sifat-sifat baik tersebut dimiliki keturunannya. Sebagai hasil dari
hibridisasi adalah timbulnya keragaman genetik yang tinggi pada keturunannya.
Dari keragaman yang tinggi inilah pemulia tanaman akan memilih tanaman yang
mempunyai sifat-sifat sesuai dengan yang diinginkan (Sunarto, 1997).
Penyerbukan
silang pada bunga yang pada umumnya menyerbuk sendiri bertujuan agar didapatkan
tanaman dengan berbagai macam variasi genotip maupun fenotip. Salah satu tanaman yang melakukan penyerbukan
sendiri adalah padi. Oleh karena itu diperlukan suatu metode unutk mencegah
terjadinya penyerbukan sendiri pada bunga padi. Penyerbukan sendiri pada bunga
padi dapat dicegah dengan melakukan kastrasi yaitu tidakan membuang semua benang
sari yang masih muda atau yang belum masak dari sebuah kuncup bunga suatu
tanaman induk betina, dengan maksud agar bunga tersebut tidak mengalami
penyerbukan sendiri (Darjanto dan Satifah, 1984).
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan pada kegiatan persilangan buatan yaitu :
1.
Periode berbunga Tetua Jantan dan
Betina.
Dalam hal ini diusahakan agar
periode berbunga antara tetua betina dan tetua jantan hampir bersamaan. Oleh
karena itu pengaturan waktu tanam perlu dilakukan sedemikian rupa sehingga saat
keluarnya bunga hampir serentak antara kedua tetua yang akan disilangkan.
Sebagai contoh, tanaman kedelai waktu keluar bunga berkisar antara 35-40 hari
setelah tanam, kacang tanah 27-32 hari setelah tanam, tergantung pada
varietasnya.
Periode persilangan yang efektif
adalah selama 2 minggu sejak munculnya bunga pertama pada tanaman kacang tanah
bunga-bunga yang tumbuh setelah 2 minggu dari hari pertama keluarnya bunga,
biasanya gagal membentuk biji bila disilangkan, karena ginofornya sudah tidak mampu
mencapai tanah.
2.
Waktu Emaskulasi dan Persilangan.
Kedua kegiatan ini erat kaitannya
dengan matangnya organ reproduktif. Emaskulasi dan persilangan pada tanaman
kedelai dapat dilakukan pada pagi hari hingga pukul 10.00. Sedangkan pada
kacang tanah, biasanya emaskulasi dilakukan pada sore hari dan persilangan
dilakukan pada pagi keesokan harinya (Bari dan
Syamsudin, 1974).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.
Bahan
Pada
praktikum hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri bahan yang digunakan adalah
tanaman padi varietas situbagendit dan silogonggo.
B.
Alat
Alat-alat
yang digunakan pada praktikum hibridisasi tanaman menyerbuk ssendiri adalah
kantong kertas, stapler, label, dan pensil.
C.
Prosedur Kerja
1. Malai
yang masih menutup dipilih sebagai tetua betina lalu dilakukan emaskulasi
benang sari.
2. Gunting
kira-kita sepertiga bagian palea dan lemma lalu ambil semua benang sari yang
ada dalam bunga padi sehingga tersisa putiknya saja.
3. Malai
yang sudah mekar dipilih sebagai tetua jantan.
4. Penyerbukan
dilakukan dengan menggoyang-goyangkan malai bunga jantan diatas bunga betina
yang telah diemaskulasi.
5. Malai
hasil persilangan ditutup dengan kantong kertas kemudian dicantumkan tanggal
penyerbukan serta tetua jantan dan tetua betina.
6. Keberhasilan
persilangan diamati dengan cara menghitung jumlah butir padi yang jadi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
Tanggal penyerbukan : 01 Oktober 2013
Tanggal pengambilan : 22
Oktober 2013
Nama tetua : ♀ padi varietas situbagendit
× ♂ silogonggo
B. Pembahasan
Hibridisasi merupakan suatu perkawinan silang antara
berbagai jenis spesies pada setiap tanaman. Yang mempunyai tujuan untuk
memperoleh organisme dengan sifat-sifat yang diinginkan dan dapat berfariasi
jenisnya. Pada peristiwa hibridisasi akan memperoleh kombinasi genetikyang
diperoleh melalui persilangan dua atau lebih tetua yang berbeda genotipnya (Sunarto,
1997).
Hibridisasi bertujuan menggabungkan sifat – sifat baik
dari kedua tetua atau induknya sedemikian rupa sehingga sifat – sifat baik
tersebut dimiliki oleh keturunannya. Sebagai hasil dari hibridisasi adalah timbulnya
keragaman genetik yang tinggi pada keturunannya. Dari keragaman yang tinggi
inilah pemulia tanaman akan memilih tanaman yang mempunyai sifat-sifat sesuai
yang diinginkan (Sunarto, 1997).
Penyerbukan sendiri adalah jatuhnya serbuk sari
dari anter ke stigma pada bunga yang sama atau stigma dari bunga yang lain pada
tanaman yang sama atau klon yang sama. Prinsipyang memungkinkan terjadinya
penyerbukan penyerbukan sendiri adalah kleistogami yaitu pada waktu terjadi
penyerbukan bunga yang belum mekar atau tidak terbuka, misalnya pada kedelai,
padi, tembakau dan lain-lain (Nasir, 2001).
Bunga padi adalah bunga panjang dan berkelamin dua
(hermaphrodit). Bunga-bunga mekar pada tiap malai dari bawah keatas, atau dari
luar kedalam, yaitu kearah poros. Lamanya pembungaan dari tiap malai berkisar
antara 5 sampai 10 hari (Darjanto dan Satifah, 1984).
Persilangan pada tanaman padi merupakan proses
penggabungan sifat melalui pertemuan tepung sari dengan kepala putik dan
kemudian embrio berkembang menjadi benih. Secara teknis persilangan padi secara
buatan dimulai dengan pemilihan tetua pada pertanaman petak hibridisasi,
dilanjutkan dengan kastrasi, hibridisasi, isolasi, dan pemeliharaan (Supartopo,
2006).
Padi merupakan tanaman yang menyerbuk sendiri karena
lebih dari 95% serbuk sari tanaman padi membuahi sel telur membuahi tanaman
yang sama. Setiap bunga pada padi
memiliki enam kepala sari dan kepala putik yang bercabang. Umumnya kedua organ ini matang pada waktu
yang bersamaan. Kepala sari kadang-kadang
keluar dari palea dan lemmanya ketika ia siap untuk melakukan proses reproduksi
(Susanto, 2003).
Reproduksi pada padi prosesnya yaitu ketika telah
terjadi pembuahan zigot dan inti polar yang telah dibuahi tersebut membelah
diri. Zigot tersebut berubah menjadi
embrio dan inti polar menjadi endospermia yang mana di akhir perkembangannya
sebagian besar bulir padi menagndung pati pada bagian endospermanya yang pada
tanaman muda hal ini berfungsi sebagai cadangan makanan, sedangkan bagi manusia
bulir inilah yang menjadi bahan makanan yang mengandung gizi yang banyak. Dari segi genetika, satu set genom pada padi
terdiri dari 12 kromosom yang diploid kecuali sel seksualnya .
Pemulian pada padi telah lama dilakukan sejak padi di
budidayakan. Hasil dari pemulian yang
dikenal yaitu seperti rajalele dan pandanwangi yang merupakan salah satu ras
lokal. Namun, secara sistematis pemuliaan
baru-baru ini dilakukan sejak didirikannya IRRI di Filiphina (Ruskandar, 2009).
Langkah langkah dalam melakukan hibridisasi tanaman
menyerbuk sendiri adalah sebagai berikut :
1.
Mengumpulan tepung sari
Pengumpulan serbuk sari dari pohon tetua jantan dapat
di mulai beberapa jam sebelum kuncup kuncup bunga itu mekar. Pengumpulan tepung
sari di kerjakan 1 hari sebelum di lakukan kastrasi dan hibdridisasi. Kurang
lebih jam 10.00 sampai 12.00 di petik bunga bunga kuncup yang kira kira pagi
berikutnya akan membuka. Dari bunga bunga ini di ambil kepala sarinya dan di
tebarkan pada petrischall supaya pada pagi harinya sudah pecah dan di kumpulkan
tepung dariya kemudian di pindahkan pada tabung gelas kecil yang sudah di
lengkapi dengan kuas untuk penyerbukan.
2.
Kastrasi
Kastrasi adalah membersihkan bagian tanaman yang ada
di sekitar bunga yang akan di emaskulasi dari kotoran, serangga, kuncup kuncup
bunga yang tidak di pakai. Membuang mahkota dan kelopak juga termasuk kegiatan
kastrasi.
3.
Emaskulasi
4.
Hibdridisasi
5.
Memberi tanda
dan etiket
Bunga bunga yang sudah di serbuki, tangkainya di ikat
dengan benang berwarna pada etiket demi menjaga kekeliruan. Etiket tersebut di
tulisi sebagai berikut :
Tanggal
mengerjakan :
Nama/nomor
jenis tanaman betina dan jantan:
6.
Pembungkusan
7.
Kontrol
Kontrol di buat dengan hanya mengkastrasi sejumlah bunga tetapi tidak di
serbuki (Mangoendidjojo,2003).
Dalam melakukan suatu emaskulasi terdapat beberapa
jenis metode metode yang di gunakan dalam proses emaskulasi suatu tanaman yang
akan di hibridisasikan atau di silangkan. Metode metode tersebut anatara lain
adalah sebagai berikut :
1. Forcing Method
Bunga di buka hati hati melalui pallea dan lemma
dengan jarum atau pinset ( Prepareer-naald
). Lalu pegang kedua ujung sekam itu dengan jari jari dan tekan sehingga
membuka sebelah, langkah selanjutnya adalah mengambil keenam benang sari dengan
hati hati dan jangan sampai merusak putik dengan alat jarum dan pinset.
2. Bagging
Method
Selubung bulir dengan pembungkus ari kertas sampai ± 5
menit ( karena terjadi panas maka bunga bunga itu mekarnya di percepat dan
lebih bersama sama ). Selanjutnya di buka dan segera di buang benang benang
sari dari bunga bunga yang telah terbuka.
3. Clipping
Method
Potong pucuk pallea dan lemma ± bagian dari panjangnya. ( boleh miring atau
datar ). Lalu buang benang benang sari dengan pinset. Pada umumnya kuncup bunga dibuka
dengan pinset atau dipotong dengan gunting, kemudian anter atau stamen dibuang
dengan pinset. Cara ini mudah dilakukan pada tanaman yang bunganya relatif
besar, misalnya cabai, kedelai, tomat dan tembakau. Cara emaskulasi ini
praktis, murah dan mudah dilakukan, namun kemungkinan rusaknya putik dan
pecahnya anter sangat besar, sehingga terjadinya penyerbukan sendiri sangat
besar.
Adapun cara melakukan emaskulasi
menggunakan metode ini adalah sebagai berikut :
a. Setelah dipilih bunga yang akan
digunakan sebagai betina, bagian ujung kuncup
bunga dipotong dengan pisau silet atau gunting, sehingga kepala putiknya
kelihatan jelas dari atas. Pekerjaan ini harus dilakukan dengan hati-hati
jangan sampai putiknya turut terpotong atau rusak.
b. Mahkota dari kuncup bunga dibuka
perlahan-lahan satu per satu dengan menggunakan pinset sampai semua benang sari
terlihat jelas dari luar. Bila perlu semua mahkota dibuang.
c. Benang sari dapat dibuang satu per
satu sampai habis dengan sebuah pinset.
d. Baik pinset, maupun gunting kecil
dan alat lain yang dipakai untuk emaskulasi bunga harus steril. Setiap kali
hendak di pakai, alat tersebut perlu dicelupkan ke dalam spiritus atau alkohol
75-85% dan kemudian dilap sampai kering dan bersih.
e. Setelah melakukan emaskulasi, pada
tangkai bunga segera digantungkan sebuah label yang telah diberi nomor.
4. Hot water
treatment
Untuk tanaman yang bunganya
kecil-kecil, seperti sorghum, rumput-rumputan dan pakan, pembuangan stamen
dengan menggunakan pinset atau gunting sangat sulit. Cara emaskulasi untuk
jenis bunga ini adalah dengan mencelupkan bunga ke dalam air hangat yang
mempunyai temperatur tertentu, biasanya antara 43-53 0C selama 1-10 menit. Cara
ini mahal dan tidak praktis. Hal yang sama bisa dilakukan pada air dingin atau
alkohol.
Bengkokan bulir ke atas air panas dalam sebuah tabung,
karena uap air panas bunga bunga akan terbuka dengan cepat dan segera buang
benang benang sarinya.
5. Blowing
Method
Bungkis bulir dengan sapu tangan dan tiup dengan pelan
pelan ± 5 menit. Setelah di buka, bunga bunga yang terbuka segera buang benang
benang sarinya.
6. Sucking Method
Teknik ini mudah dilakukan pada
padi. Pada tahap awal metode ini relatif mahal, karena diperlukan biaya untuk
pengadaan alat. Keuntungan menggunakan metode ono adalah kemungkinan rusaknya
kepala putik (stigma) dan pecahnya anter dan penyerbukan sendiri sangat kecil.
Teknik pengerjaannya adalah ujung bunga dibuka dengan gunting, kemudian anter
dihisap keluar dengan alat pompa hisap. Potong
pucuk bunga seperti clipping method, kemudian benang sarinya di ambil dengan
waterstraal luncht pompo ( penghisap udara dengan arus air ) atau pompoa
penghisap listrik yang di hubungkan dengan slang yang berakhir dengan pipa
gelas kecil yang bermulut halus (Tanto, 2002).
Setelah di emaskulasi, tanaman padi di hibridisasi
atau dikawinkan silang antara padi varietas situbagendit sebagai tetua betina
dengan padi varietas silugonggo sebagai tetua jantan. Hibridisasi ini dilakukan
dengan menggoyang-goyangkan tepung sari padi varietas silugonggo pada padi
varietas situbagendit kemudian di sungkup dan diberi tanda atau etiket dengan
menuliskan nama penyerbuk, tanggal penyerbukan dan nama varietas yang
disilangkan. Persilangan dua varietas padi tersebut dibiarkan selama 2 minggu.
Setelah disungkup selama 2 minggu, persilangan antara
tanaman padi varietas situbagendit dan varietas silugonggo gagal atau tidak
berhasil karena di dapat prentase 0%. Untuk menghitung tingkat keberhasilan
digunakan rumus sebagai berikut :
Hasil perhitungan tingkat keberhasilan dari
hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri yaitu 0% jadi hibridisasi ini dikatakan
tidak berhasil. Ketidakberhasilan hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri ini
dikarenakan beberapa faktor diantaranya :
1.
Faktor intern
a.
Kurang seriusnya
seorang praktikan dalam melakukan hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri.
b.
Praktikan
cenderung ceroboh dan kurang berhati hati dalam melakukan hibridisasi tanaman
menyerbuk sendiri ini.
c.
Masih minimnya
ilmu dan pengetahuan seorang praktikan dalam melakukan proses kegiatan
hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri. Sehingga hasil yang di perolehnya pun
kurang begitu maksimal dan belum sesuai harapan.
d.
Faktor tetua
dari tanaman yang di gunakan dalam hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri.
2.
Faktor Ekstern
a.
Kondisi
lingkungan setempat, atau tempat di lakukanya proses hibridisasi tanaman
menyerbuk sendiri.
b.
Faktor
kelembaban udara
c.
Faktor suhu
d.
Faktor radiasi
sinar matahari
e.
Faktor angin
Menurut Syukur (2009) penyebab gagalnya dan tidak
berhasilnya proses hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri adalah sebagai berikut
:
1.
Pengetahuan
tentang morfologi dan metode reproduksi tanaman.
Untuk
dapat melakukan penyerbukan, hal
yang paling mendasar dan yang paling penting diketahui adalah organ reproduksi
dan tipe penyerbukan. Dengan mengetahui organ reproduksi, kita dapat menduga
tipe penyerbukannya, apakah tanaman tersebut menyerbuk silang atau menyerbuk
sendiri. Karakteristik berikut dapat dijadikan acuan untuk menduga
tipe penyerbukan tanaman menyerbuk sendiri :
a.
Bunga tidak
membuka.
b.
Waktu antesis
dan reseptif bersamaan atau berdekatan.
c.
Butir polen
luruh sebelum bunga mekar.
d.
Stamen dan
pistil ditutupi oleh bagian bunga walaupun bunga telah mekar.
e.
Pistil memanjang
segera setelah polen masak
2.
Waktu tanaman
bunga (waktu bunga mekar atau tanaman berbunga).
Dalam melakukan persilangan harus diperhatikan: (1)
penyesuaian waktu berbunga.Waktu tanam tetua jantan dan betina harus
diperhatikan supaya saat anthesis dan reseptif waktunya bersamaan, (2) waktu
emaskulasi dan penyerbukan. Pada tetua betina waktu emaskulasi harus
diperhatikan, seperti pada bunga kacang tanah, padi harus pagi hari, bila
melalui waktu tersebut polen telah jatuh ke stigma. Juga waktu penyerbukan
harus tepat ketika stigma reseptif. Jika antara waktu antesis bunga jantan dan
waktu reseptif bunga betina tidak bersamaan, maka perlu dilakukan
singkronisasi. Caranya dengan membedakan waktu penanaman antara kedua tetua,
sehingga nantinya kedua tetua akan siap dalam waktu yang bersamaan. Untuk
tujuan sinkronisasi ini diperlukan informasi tentang umur tanaman berbunga. ( Syukur,
2009 )
3.
Keadaan cuaca
saat penyerbukan.
Cuaca sangat besar peranannya dalam menentukan
keberhasilan persilangan buatan.Kondisi panas dengan suhu tinggi dan kelembaban
udara terlalu rendah menyebabkan bungarontok. Demikian pula jika ada angin
kencang dan hujan yang terlalu lebat.
4.
Pelaksana
hibridisasi.
Pemulia yang melaksanakan hibridisasi harus dengan
serius dan bersungguh-sungguh dalam melakukan hibridisasi, karena jika pemulia
ceroboh maka hibridisasi akan gagal. (Syukur, 2009)
BAB V
SIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1.
Langkah langkah
dalam melakukan hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri adalah mengumpulkan
tepung sari, kastasi, emaskulasi, hibridisasi, memberi tanda atau etiket dan
kontrol.
2.
Emaskulasi
adalah pembuangan alat kelamin jantan (stamen) pada tetua betina.
3.
Metode
emaskulasi yang digunakan pada praktikum ini adalah metode clipping (Clipping Method) yaitu pemotongan pucuk
pallea dan lemma seperempat panjangnya kemudian benang sari dibuang dengan
jarum.
4.
Hibridisasi
merupakan perkawinan antara tetua betina dengan tetua janan dengan cara
menggoyang-goyangkan tepung sari yang sudah di dalam kantong
5.
Varietas padi
yang digunakan adalah varietas situbagendit sebagai tetua betina dan varietas
silugonggo sebagai tetua jantan.
6.
Hibridisasi
tanaman menyerbuk sendiri pada praktikum ini gagal karena tinggal keberhasilan
0%
7.
Banyak faktor
yang mengakibatkan kegagalan pada hibridisasi, baik dari faktor luar maupun
faktor dari dalam.
DAFTAR PUSTAKA
Bari, A, S. Musa, dan E. Syamsudin,
1974. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Bag.
Pemuliaan Tanaman. Dept. Agron. Fak. Pertanian, IPB, Bogor
Darjanto dan Siti, S. 1984. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik
Penyerbukan Silang Buatan. Gramedia. Jakarta.
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius.
Yogyakarta
Mangoendidjojo,W. 2003.Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius.
Yogyakarta
Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Depatemen Pendidikan Nasional.
Jakarta.
Ruskandar, Ade dan Sri wahyuni.
2009. “Menumbuhkan Penangkar Benih Padi Untuk Percepatan Adopsi Varietas Unggul
Baru”. Tabloid Sinar Tani 7 : 51-54.
Sunarto. 1997. Pemuliaan Tanaman. IKIP Semarang Press, Semarang
Supartopo. 2006. “Teknik Persilangan
Padi (Oryza sativa L.) Untuk
Perakitan Varietas Unggul Baru”. Buletin
Teknik Pertanian (11) : 76-80
Susanto, U., A.A. Daradjat, dan B, Suprihatno.
2003. “Perkembangan Pemuliaan Padi Sawah di Indonesia”. Jurnal Litbang Pertanian 22(3) : 125-131
Syukur, M., S. Sujiprihati, dan R.
Yunianti. 2009. Teknik Pemuliaan Tanaman.
Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi dan Hotikultura
IPB. Bogor.
Tanto. 2002. Pemuliaan Tanaman dengan Hibridisasi (Allogam). Raja Grafindo
Persada. Jakarta
0 Response to "Laporan DPT: Hibridisasi Tanaman menyerbuk Sendiri"
Post a Comment