PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tujuan pemuliaan tanaman adalah untuk mendapatkan
tanaman yang lebih baik. Dalam usaha ini pengetahuan yang cukup mengenai
tanaman yang bersangkutan sangat diperlukan. Sifat tanaman baik morfologis,
anatomis, maupun fisiologis perlu diamati. Kenyataan menunjukkan bahwa
sifat-sifat yang ada pada tanaman seringkali ada hubungannya satu dengan yang
lain. Adanya hubungan diantara sifat-sifat tanaman ini sangat membantu
usaha-usaha pemuliaan tanaman khususnya dalam pekerjaan seleksi.
Secara
konvensional program pemuliaan tanaman didasarkan atas
seleksi dimana tanaman dipilih oleh pemulia tanaman untuk satu atau beberapa
penampakan (fenotipe) dari karakter yang menjadi target perbaikan, baik secara
individu maupun populasi tanaman. Karakter- karakter yang umumnya
merupakan target seleksi antara lain produksi, mutu hasil, ketahanan terhadap
hama/penyakit dan/atau toleransi terhadap lingkungan marginal.
Kita ketahui bersama bahwa penampakan dari suatukarakter (fenotipe) ditentukan
oleh faktor genetik dan faktor lingkungan, bahkan kadang- kadang ditentukan pula oleh interaksi antara genetik dan lingkungan.
Oleh sebab itu, pemilihan tanaman yang didasarkan atas fenotip ini memiliki
beberapa kelemahan atau kekurangan, terutama bila karakter tersebut lebih
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, yang dalam ilmu pemuliaan tanaman disebut
sebagai karakter yang memiliki heritabilitas rendah. Keturunan yang
didapat diharapkan mempunyai sifat-sifat yang lebih baik dari pada induknya.
Sifat
genetik yang disukai pada induk diusahakan agar
frekuensinya meningkat, sedangkan frekuensi genetik pada sifat induk yang tidak
disukai ditekan serendah mungkin. Oleh
karena itu dilakukan upaya seleksi dalam mencapai tujuan pemuliaan tersebut. Syarat keberhasilan
usaha pemuliaan tanaman adalah tersedianya keragaman genetik dalam suatu
populasi, agar dapat dipilih genotip yang disuaki. Keragaman genetik dapat terjadi secara alami
(persilangan alami dan mutasi spontan) atau secara buatan.
B. Tujuan
Praktikum
ini bertujuan untuk menduga kemajuan seleksi (selection advance) pada suatu
populasi dalam rangka usaha pemuliaan tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pemuliaan
tanaman dalam usaha menemukan suatu varietas unggul dapat dilakukan dengan
beberapa jalan. Menurut Mursito (2003), Penemuan tersebut dapat dilakukan
dengan jalan:
1.
Introduksi
2.
Seleksi terhadap populasi yang ada
3. Melakukan
mutasi, persilangan dan mandul jantan
Salah satu
jalan tersebut adalah seleksi. Seleksi adalah suatu kegiatan pemilihan tanaman
baik secara individu maupun populasi berdasarkan karakter target yang
diinginkan untuk
diperbaiki. Tujuan dari seleksi adalah untuk memperbaiki proporsi karakter yang diinginkan pada populasi tanaman. Misalnya bila kita menginginkan diperoleh tanaman yang berproduksi tinggi, maka kita pilih tanaman yang berproduksi tinggi tersebut untuk dikembangkan pada generasi berikutnya, sehingga dari generasi ke generasi akan diperoleh peningkatan proporsi tanaman yang berproduksi tinggi. Begitu pula untuk karakter- karakter lain yang diinginkan, misalnya tahan terhadap hama dan penyakit, kandungan protein tinggi, memiliki aroma dan rasa enak, dan lain- lain (Nanda, 2000).
diperbaiki. Tujuan dari seleksi adalah untuk memperbaiki proporsi karakter yang diinginkan pada populasi tanaman. Misalnya bila kita menginginkan diperoleh tanaman yang berproduksi tinggi, maka kita pilih tanaman yang berproduksi tinggi tersebut untuk dikembangkan pada generasi berikutnya, sehingga dari generasi ke generasi akan diperoleh peningkatan proporsi tanaman yang berproduksi tinggi. Begitu pula untuk karakter- karakter lain yang diinginkan, misalnya tahan terhadap hama dan penyakit, kandungan protein tinggi, memiliki aroma dan rasa enak, dan lain- lain (Nanda, 2000).
Sebelum menetapkan metode seleksi yang akan
digunakan dan kapan seleksi akan dimulai perlu diketahui berapa besar
variabilitas genetik, karenavariabilitas genetik sangat mempengaruhi
keberhasilan sutau proses seleksidalam program pemuliaan tanaman. Selain
melihat variabilitas genetik perlujuga diketahui nilai heritabilitas karena
heritabilitas merupakan parametergenetik yang memilih sistem seleksi yang
efektif (Pinaria et al., 1995).
Menurut
Soepomo (1968), ada 2 macam seleksi yaitu:
1. Seleksi
Massa
Seleksi Massa merupakan metode seleksi tertua. Metode
ini tetap digunakan sampai saat ini dalam usaha meningkatkan sifat yang ada
atau untuk memperoleh varietas baru. Walaupun ini disebut seleksi massa namun.
Pemilihan tetap dilakukan terhadap individu tanaman pada sifat yang diinginkan
untuk generasi berikutnya. Seleksi ini dapat dilakukan satu generasi atau
dilakukan pada generasi berurutan, sehingga diperoleh suatu populasi yang
sifatnya sesuai dengan tingkat yang diinginkan. Seleksi tanaman didasarkan atas
fenotipnya. Agar seleksi efektif dibutuhkan pengalaman atau kemampuan pendugaan
hingga dapat menilai fenotipe yang tidak menyimpang jauh dari nilai genotype.
Metode ini juga digunakan untuk memurnikan varietas dengan menghilangkan
tipe-tipe yang menyimpang.
2. Seleksi
Galur Murni
Seleksi galur murni ialah menyeleksi tanaman yang
tumbuh bercampur untuk memperoleh tanaman murni yang lebih bakni yakni lebih
baik daripada rata-rata populasi campuran tadi.
Kegiatan seleksi secara tidak
disadari telah
berkembang sesuai dengan kemajuan dan peradaban manusia. Hal ini dapat dimengerti karena manusia pada hakekatnya menginginkan produk ekonomis, sehingga sifat-sifat yang tidak menguntungkan akan dibuang atau tidak dikembangkan lebih lanjut, sedangkan sifat yang dikehendaki akan dipertahankan dan dikembangkan pada generasi- generasi berikutnya. Pada akhirnya, tanaman dengan karakter-karakter yang diinginkan itu berada pada populasi tanaman yang meluas, sementara sifat-sifat yang tidak dikehendaki menjadi punah. Seleksi ini dapat pula berlangsung secara alami, yang kita sebut sebagai seleksi alam. Oleh sebab itu, seleksi dapat dikelompokkan menjadi seleksi alam dan seleksi buatan (Nanda, 2000).
Seleksi alam merupakan seleksi yang dipengaruhi oleh faktor alam dalam mengarahkan seleksi
tersebut yang umumnya
bersifat acak, sedangkan seleksi buatan merupakan seleksi yang sengaja dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan atau meningkatkan proporsi karakter yang diinginkan berada pada populasi tanaman yang dikembangkan. Seleksi pada suatu tanaman merupakan penunjukkan suatu respek fenotip suatu tanaman. Dalam pemuliaan tanaman seleksi yang diberlakukan bertujuan agar terjadi suatu kestabilan sifat yang diinginkan berdasarkan
suatu korelasi dari sifat yang muncul yang berasal dari
komponen genetika dalam tanaman itu
sendiri (Nanda, 2000).
Seleksi
dalam pemuliaan tanaman merupakan salah satu tindakan untuk mencapai tujuan
pemuliaan seperti yang dikemukakan oleh Sunarto (1997) yaitu untuk:
1.
Peningkatan produksi
2.
Peningkatan kualitas hasil
3.
Menciptakan verietas tahan Hama
Penyakit Tanaman (HPT)
4.
Menciptakan verietas toleran
lingkungan rawan
5.
Menciptakan verietas yang sesuai
dengan mesin- mesin pertanian
Kemajuan Seleksi merupakan suatu
nilai yang menjadi parameter keberhasilan dari seleksi yang kita lakukan.
Secara sederhana nilai kemajuan seleksi merupakan selisih dari populasi awal
dan populasi lanjut yang telah mengalami seleksi (Idris et al.,
2011). Ragam fenotipik
merupakan komponen dalam perhitungan pendugaan kemajuan seleksi yang berbanding
terbalik dengan kemajuan seleksi sehingga makin besar ragam fenotipik semakin kecil
kemajuan seleksi yang akan diperoleh. Nilai
kemajuan seleksi ini sangat membantu ketika melakukan seleksi untuk sebuah
variabel. Namun ketika dihadapkan untuk melihat dua atau lebih variabel nilai
kemajuan sulit digunakan karena nilai kemajuan antara satu variabel dan
variabel lain bisa berbeda. Untuk memudahkannya digunakan sebuah nilai yang
disebut heritabilitas. Heritabilitas
suatu karakter merupakan besaran yang menunjukkan karakter tersebut dapat diwariskan ke
keturunannya, yang merupakan porsi dari total keragaman fenotipe yang disebabkan oleh factor genetik.
Oleh karena itu, keberhasilan
seleksi dapat dicerminkan oleh besaran heritabilitas.
Tingginya nilai kemajuan seleksi merupakan suatu perwujudan dari besarnya nilai
keragaman aditif pada suatu populasi. Keragaman aditif sendiri merupakan
koponen yang diperlukan untuk seleksi yang berulang (Sutoro, 2006).
Seleksi merupakan bagian penting
dari program pemuliaan tanaman untuk memperbesar peluang mendapatkan genotipe
yang unggul. Pengujian perlu dilakukan sebanyak mungkin pada galur-galur
terpilih, sehingga didapatkan galur-galur yang berdaya hasil tinggi (Pinaria et al., 1995).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan dalam praktikum kemajuan seleksi adalah tiga macam kelompok biji
kacang tanah, yaitu:
1. Kelompok
biji kacang tanah ukuran besar dengan keragaman kecil
2. Kelompok
biji kacang tanah ukuran kecil dengan keragaman kecil
3. Kelompok
biji kacang tanah dengan keragaman besar
B. Alat
Alat
yang digunakan dalam praktikum kemajuan
seleksi yaitu timbangan analitis.
C. Prosedur Kerja
1. Diambil
secara acak sebanyak 50 biji kacang tanah dari ketiga kelompok yang ada
2. Ditimbang
setiap biji yang diambil dan ccatat bobotnya
3. Diulangi
pekerjaan nomor 1 dan 2 sebanyak tiga kali
4. Dipilih
biji-biji yang ukurannya besar (seleksi) sebanyaak 30 biji yang ada
5. Ditimbang
setiap biji yang terseleksi/terpilih dan catat bobotnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan
Kelompok biji kacang
tanah keragaman besar
Populasi 50
0,1
|
0,2
|
0,3
|
0,4
|
0,5
|
0,6
|
0,7
|
0,8
|
0,9
|
0
|
1
|
12
|
15
|
19
|
3
|
0
|
0
|
0
|
Populasi 30
0,1
|
0,2
|
0,3
|
0,4
|
0,5
|
0,6
|
0,7
|
0,8
|
0,9
|
0
|
0
|
0
|
12
|
15
|
3
|
0
|
0
|
0
|
Perhitungan:
S
= P1 - P0 = 0,47
– 0,42 = 0,05
R
= H • S = 0,21 x 0,05
= 0,01
Kesimpulan:
Grafik
mengarah ke kanan membuktikan bahwa terjadi kemajuan seleksi sebesar 0,01
Kelompok
biji kacang tanah ukuran kecil keragaman kecil
Populasi 50
0,1
|
0,2
|
0,3
|
0,4
|
0,5
|
0,6
|
0,7
|
0,8
|
0,9
|
1
|
16
|
28
|
5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Populasi 30
0,1
|
0,2
|
0,3
|
0,4
|
0,5
|
0,6
|
0,7
|
0,8
|
0,9
|
0
|
8
|
21
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Perhitungan:
S
= P1 - P0 = 0,274
– 0,247 = 0,002
R
= H • S = 0,21 x 0,002 =
0,00042
Kesimpulan :
Grafik mengarah
ke kanan membuktikan bahwa terjadi kemajuan seleksi sebesar R = 0,00042
Kelompok
biji kacang tanah ukuran besar keragaman kecil
Populasi 50
0,1
|
0,2
|
0,3
|
0,4
|
0,5
|
0,6
|
0,7
|
0,8
|
0,9
|
0
|
1
|
5
|
5
|
17
|
14
|
4
|
3
|
1
|
Populasi 30
0,1
|
0,2
|
0,3
|
0,4
|
0,5
|
0,6
|
0,7
|
0,8
|
0,9
|
0
|
0
|
0
|
2
|
9
|
14
|
3
|
1
|
1
|
S
= P1 - P0 = 0,583
– 0,55 = 0,049
R
= H • S = 0,21 x 0,049
= 0,010
Kesimpulan:
Grafik
mengarah ke kanan membuktikan bahwa terjadi kemajuan seleksi sebesar R = 0,010
B. Pembahasan
Seleksi adalah suatu
kegiatan pemilihan tanaman baik secara individu maupun populasi berdasarkan
karakter target yang diinginkan untuk diperbaiki. Seleksi
merupakan salah satu langkah dalam pemuliaan tanaman yang tertua. Seleksi pada awalnya hanya berdasar-kan
perasaan dan apa yang dianggap baik untuk ditanam pada generasi
berikutnya. Seleksi berkembang setelah
ditemukan berbagai teknik seleksi. Seleksi pada tanaman menyerbuk sendiri
digunakan cara seleksi individu tanaman untuk memperoleh tanaman homozigot. Seleksi
dapat terjadi secara alami maupun buatan. Kemajuan hasil seleksi tergantung
pada keragaman genetik materi dasar serta penggunaan metode seleksi yang tepat.
Menurut Aryana (2011) proses terjadinya
seleksi yaitu:
1.
Ketahanan terhadap
cuaca, suhu, dan kekeringan.
2.
Ketahanan terhadap
sejenis hama.
3.
Kekokohan batang agar
jangan mudah rebah.
4.
Memperpendek masa
berbunga dan berbuah, agar hasilnya cepat dipetik.
5.
Melamakan waktu
berbunga agar lebih lama dinikmati keindahannya; atau melamakan waktu matang
buah agar lebih besar.
6.
Meningkatkan mutu
getahan seperti air susu, kina, dan minyak.
7.
Meningkatkan mutu dan
jumlah kawinan.
8.
Membuang
karakter-karakter buruk atau yang tidak ekonomis, sehingga karakter-karakter
yang baik saja yang menonjol.
Alasan dari perlunya
dilakukan seleksi yaitu sifat genetis penduduk suatu spesies pada umumnya
sangat heterozygot. Hal ini disebabkan
tempat hidup yang berbeda-beda, daya dan arah mutasinya pun berbeda-beda pada
gen yang sama, lingkungan yang berbeda, dan adanya perkawinan acak. Keheterozygotan tersebut menyebabkan banyak
sifat genetis baik yang tersembunyi dan ditutupi oleh sifat yang lain. Adanya seleksi alel akan mengekspresikan
kembali sifat-sifat tersebut. (Yatim, 1983).
Sifat-sifat
yang harus diperhatikan dalam seleksi adalah kuantitas dan kualitas hasil. Hal ini sesuai dengan pendapat Soepomo
(1968), bahwa sifat-sifat umum yang harus diperhatikan dalam seleksi adalah
banyaknya hasil, kualitas hasil, dan kepastian mendapatkan hasil. Menurut Yatim (1983), dalam kita melakukan
seleksi terhadap galur terberat tak cukup hanya melihat biji suatu kelompok
batang atau keturunan, harus ditelusuri juga sifat genetisnya.
Tujuan dari seleksi
adalah untuk memperbaiki proporsi karakter yang diinginkan pada populasi
tanaman. Misalnya bila kita menginginkan diperoleh tanaman yang berproduksi
tinggi, maka kita pilih tanaman yang berproduksi tinggi tersebut untuk
dikembangkan pada generasi berikutnya, sehingga dari generasi ke generasi akan
diperoleh peningkatan proporsi tanamn yang berproduksi tinggi
(Soemartono,1992). Karakter-
karakter baik ditentukan genotipe, tetapi ekspresinya dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Oleh karena itu, dalam mencari serta memilih sifat genetik
yang baik, sekaligus disertai dengan menentukan lingkungan yang cocok dan
paling ekonomis terhadap yang diseleksi. Seleksi dapat juga disebut
dengan usaha pemuliaan. Seleksi tanaman bertujuan untuk mendapatkan sifat
unggul dari seluruh sifat yang ada pada suatu tanaman yang berarti merubah
sifat genetik, yaitu memepertinggi frekuensi gen yang disukai yang biasannya
bersifat unggul dan sekaligus mengurangi frekuensi gen yang tidak disukai
(Yatim, 1983).
Kemajuan seleksi
merupakan suatu nilai yang menjadi parameter keberhasilan dari seleksi yang
kita lakukan. Secara sederhana nilai kemajuan seleksi merupakan selisih dari
populasi awal dan populasi lanjut yang telah mengalami seleksi (Idris, 2011). Pendugaan kemajuan
seleksi memerlukan informasi besaran
ragam fenotipik, di samping ragam aditif dan ragam dominan. Ragam fenotipik
merupakan komponen dalam perhitungan pendugaan kemajuan seleksi yang berbanding
terbalik dengan kemajuan seleksi sehingga makin besar ragam fenotipik semakin
kecil kemajuan seleksi yang akan diperoleh. Heritabilitas suatu karakter
merupakan besaran yang menunjukkan karakter tersebut dapat diwariskan ke
keturunannya, yang merupakan porsi dari total keragaman fenotipe yang
disebabkan oleh faktor genetik. Oleh karena itu, keberhasilan seleksi dapat
dicerminkan oleh besaran heritabilitas (Sutoro, 2006).
Dalam seleksi dikenal
dengan istilah heritabilitas. Heritabilitas adalah perbandingan sifat genetik
dibanding sifat fenotipiknya. Menurut Whriter (1979) disitasi oleh Mursito
(2003) memperlihatkan kriteria nilai heritabilitas dalam arti luas mengikuti
ketentuan sebagai berikut:
1. H < 0,20 = heritablitas rendah
2. 0,20 < H < 0,50 = heritabilitas
sedang
3. H > 0,50 = heritabilitas tinggi
Heritabilitas adalah
proporsi besaran ragam genetik terhadap besaran total ragam genetik ditambah
dengan ragam lingkungan. Heritabilitas dalam arti luas yaitu memperhatikan
keragaman genetik total dalam kaitannya dengan keragaman fenotip. Heritabilitas
dalam arti sempit yaitu merupakan yang menjadi fokus perhatian adalah keragaman
yang diakibatkan oleh peran gen aditif yang merupakan bagian dari keragaman
genetik total.nilai heritabilitas tergantung kepada unit referensi yang
digunakan. Biasanya dalam pemuliaan tanaman unit referensi yang digunakan dapat
berupa individu tanaman, satu petakan tunggal, petak berulang dalam lingkungan
tunggal (Basuki, 1995). Heritabilitas dapat didefenisikan sebagai proporsi
kergaman yang disebabkan oleh faktor genetik terhadap keragaman fenotip dari
suatu disebabkan oleh faktor genetic (V2G) dan factor lingkungan (V2e)
(Suprapto, 1990). Heritabilitas menyatakan perbandingan atau proporsi varian
genetic terhadap varian total (Varian penotif) yang biasanya dinyatakan dalam
persen(%). Dituliskan dengan huruf H atau h2, sehingga : H atau h2
(Splittstoesser, 1984).
Nilai duga heritabilitas juga sangat
penting artinya dalam menentukan efektivitas metode seleksi. Seleksi akan
efektif bila nilai dugaheritabilitas dan kemajuan genetik harapan tinggi
(Johnson et al., 1995). Untuk memperkecil kekeliruan seleksi berdasarkan
fenotipe tanaman perlu memperhatikan:
1.
Korelasi genotipe dan fenotipe antar
sifat
2.
Lingkungan yang cocok untuk seleksi
sifat yang diinginkan
3.
Ciri genetik sifat yangdiseleksi
4.
Cara seleksi (langsung atau tidak
langsung)
5. Keragamangenetic
(Vela dan Frey, 1972).
Menurut Johnson and Rendel (1966),
prinsip dasar dalam menduga nilai heritabilitas ada beberapa cara utama, yaitu:
1.
Etimilasi nilai
heritabilitas dapat dianalisis dari ragam suatu populasi yang isogen (ragam
yang sama), dibandingkan dengan ragam populasi umum.
2. Melalui
seleksi dalam populasi bila dilakukan suatu seleksi maka frekuaensi gennya akan
berubah dan perubahan frekuansi gen inilah yang diduga sebagai kemampuan
genetik yang diperoleh dari tetuanya.
3.
Melalui perhitungan
korelasi dan regresi dari induk atau orang tua dengan anaknya. Cara ini
merupakan paling akurat, karena dianalisis berdasarkan kekerabatannya secara
genetik.
Heritabilitas dapat diduga dengan
menggunakan cara perhitungan, antara lain dengan perhitungan varian keturunan,
dan dengan perhitungan komponen varian dari analisis varian
(Mangundidjojo,2007). Pengertian heritabilitas sangat penting dalam pemuliaan
dan seleksi karakter kuantitatif. Efektif atau tidaknya seleksi tanaman yang
berdaya hasil tinggi dari sekelompok populasi, tergantung dari:
1. Seberapa
jauh keragaman hasil yang disebabkan oleh faktor genetik yang nantinya
diwariskan kepada turunannya.
2. Seberapa jauh pula keragaman hasil yang
disebabkan oleh lingkungan tumbuh tanaman.
Nilai
heritabilitas suatu karakter dipengaruhi berbagai faktor sehingga nilainya
tidak konstan. Faktor- faktor yang mempengaruhi nilai heritabilitas antara lain
karakteristik populasi, sampel yang akan dievaluasi, metode estimasinya, adanya
pautan (linkage), pelaksanaan percobaan, generasi populasi yang diuji dan lain-
lain.
Pane
dan Ismed (1986) mengatakan bahwa seleksi diferensial adalah satu ukuran atau
pengukuran untuk dapat mengetahui sampai mana baiknya penurunan pilihan
menghasilkan keturunan. Dilapangan, seleksi diferensial dapat dipengaruhi oleh
bermacam macam faktor. Seleksi diferensial dapat berkurang atau menjadi
terbatas, jika populasi ternak menjadi seragam dan terdapat terlalu sedikit
ternak yang berada di atas atau dibawah nilai rata-rata. Seleksi diferensial
dapat dihitung dari kedua penurunannya baik dari induk ataupun dari pejantan.
Heritabilitas
dapat dijadikan landasan dalam menentukan program seleksi. Seleksi pada generasi
awal dilakukan bila nilai heritabilitas tinggi, sebaliknya jika rendah maka
seleksi pada generasi lanjut akan berhasil karena peluang terjadi peningkatan
keragaman dalam populasi (Falconer, 1970). Dalam hubungannya dengan seleksi
adalah jika heritabilitasnya rendah maka metode seleksi yang cocok diterapkan
adalah metode pedigri, metode penurunan satu biji (singlet seed
descent), uji kekerabatan (sib test) atau uji keturunan (progeny
test), bila nilai heritabilitas tinggi maka metode seleksi masa atau galur
murni. Lebih lanjut Dahlan dan Slamet (1992) menyatakan bahwa heritabilitas
menentukan kemajuan seleksi, makin besar nilai heritabilitas makin besar
kemajuan seleksi yang diraihnya dan makin cepat varietas unggul dilepas.
Sebaliknya semakin rendah nilai heritabilitas arti sempit makin kecil kemajuan seleksi
diperoleh dan semakin lama varietas unggul baru diperoleh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan gen yaitu :
a.
Mutasi
Mutasi adalah perubahan susunan gen atau bagian kromosom menjadi bentuk
baru. Dan mutasi yang dapat mempengaruhi frekuensi gen ada dua macam seperti :
mutasi tak berulang dan mutasi berulang. Mutasi tak berulang jarang terjadi dan
tidak menghasilkan perubahan berarti pada frekuensi gen. Mutasi berulang lebih
sering terjadi dan berulang secara teratur dalam jangka panjang. Mutasi
berulang dapat merubah frekuensi gen.
b.
Seleksi
Seleksi adalah suatu tindakan untuk memilih ternak yang dianggap
mempunyai mutu genetik baik untuk dikembangkan lebih lanjut serta menyingkirkan
ternak yang kurang baik.
c.
Migrasi
Migrasi yaitu bila sejumlah individu yang berasal dari suatu populasi
dipindahkan (migrasi) dan bercampur dengan individu populasi lain (terjadi
perkawinan) maka dapat terjadi perubahan frekuensi genetik. Misalnya, dengan
memasukkan gen-gen dari jenis sapi baru ke suatu negara dengan inseminasi
buatan (IB) dapat mengakibatkan perubahan frekuensi gen dari populasi sapi
nasional secara drastic. Jadi migrasi merupakan cara yang paling efektif
penyebab perubahan genetic.
d.
Genetic drift
(fluktuasi acak)
Faktor
genetic drift biasanya terjadi secara kebetulan dan dapat merubah frekuensi
gen. Dalam ppulasi kecil, fluktuasi acak yang mempunyai efek yang penting.
Praktikum dilakukan dengan
mengamati kacang tanah dalam 3 kelompok yaitu, kelompok biji kacang tanah
keragaman besar, kelompok biji kacang tanah ukuran kecil keragaman kecil dan kelompok
biji kacang tanah ukuran besar keragaman kecil. Berdasarkan hasil praktikum
bahwa dari ketiga percobaan yang dilakukan, semuanya menunjukkan kemajuan
seleksi, dapat dilihat dari ketiga nilai R yang positif. Untuk kelompok biji kacang
tanah keragaman besar R= 0,01,
untuk kelompok biji kacang tanah ukuran kecil keragaman kecil R= 0,00042, dan untuk kelompok
biji kacang tanah ukuran besar keragaman kecil R= 0,010. Nilai heritabilitas
yang digunakan adalah heritabilitas sedang yaitu dengan nilai H= 0,21.
BAB V
SIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Kemajuan
seleksi merupakan suatu nilai yang menjadi parameter keberhasilan dari seleksi
yang kita lakukan.
2. Heritabilitas
adalah proporsi besaran ragam genetik terhadap besaran total ragam genetik
ditambah dengan ragam lingkungan.
3. Kriteria
nilai heritabilitas yang digunakan yaitu nilai heritabilitas sedang 0,21.
4. Kelompok
biji kacang tanah keragaman besar R= 0,01,
untuk kelompok biji kacang tanah ukuran kecil keragaman kecil R= 0,00043, dan untuk kelompok
biji kacang tanah ukuran besar keragaman kecil R= 0,010.
DAFTAR PUSTAKA
Aryana,
Muliarta. 2011. “Uji
Keseragaman, Heritabilitas Dan Kemajuan Genetik Galur Padi Beras Merah Hasil
Seleksi Silang Balik Di Lingkungan Gogo”. Agroteksos.
Vol : 12. No. 4. Hal: 56.
Basuki, N. 1995. Pendugaan
Peran Gen. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.
Dahlan, M. dan S. Slamet. 1992. Pemuliaan Tanaman Jagung. Prosiding
Simposium Pemuliaan Tanaman I. Komda Jawa Timur.
Falconer, D.S. 1970. Introduction to Quantitative Genetic. The Ronald
Press Company. New York.
Idris, Uyek Malik Yakop dan Nihla Farida. 2011. “Kemajuan Seleksi Massa pada Jagung Kultivar Lokal Kebo Setelah Satu Siklus
Seleksi dalam Pertanaman Tumpangsari dengan Kacang Tanah”. Crop Agro Vol. 4 No.2:37-42.
Johnson, I. and J. Rendel. 1966. Genetics
and Animal Breeding. W. H. Freeman and Co. San Francisco.
Johnson KA, Johnson DE. 1995. “Methane emission from
cattle”. J Anim Sci 73:2483-2492.
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar - Dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta: Kanisius
Mursito, Djoko. 2003. Heritabilitas dan
Sidik Lintas Karakter Fenotipik Beberapa Galur
Kedelai (Glycine Max. (L.) Merrill). Agrosains 6(2): 58- 63.
Kedelai (Glycine Max. (L.) Merrill). Agrosains 6(2): 58- 63.
Nanda, Jata S. 2000. Rice Breeding
and Genetics. Science Publisher, Inc. Plymouth.
Pane
dan Ismed. 1986.
Pemuliabiakan
Ternak Sapi. Penerbit Gramedia.
Jakarta.
Pinaria, A., A. Baihaki, R. Setiamihardja
dan A.A. Daradjat. 1995. “Variabilitas Genetik dan Heritabilitas Karakter-Karakter
Biomasa 53 genotipe Kedelai”.
Zuriat
6 (2), 88-92
Soepomo, R. 1968. Ilmu Seleksi dan Teknik Kebun Percobaan. Soeroengan. Jakarta.
Soemartono,
Nasrullah dan Hari Hartiko. 1992. Genetika
Kuantitatif dan Bioteknologi Tanaman. PAU Bioteknologi. UGM. Yogyakarta.
Splittstoesser, E.W., 1984. Vegetable Growing Hand Book Second Edition. Von Nostrand Reinhold,
New York
Sunarto. 1997. Pemuliaan Tanaman.
IKIP Semarang Press. Semarang.
Sutoro, dkk. 2006. “Parameter
Genetik Jagung Populasi Bisma pada Pemupukan Berbeda. I. Ragam Aditif-
Dominan Bobot Biji Jagung”. Jurnal
AgroBiogen 2(2): 60- 67.
Vella, C. M., and Frey. 1972. “Optimum Environment for Maximizing Heritability and Genetic Gain from
Selection”. Iowa State I. Sci. 46: 381- 394.
Yatim, W. 1983. Genetika.
Tarsito, Bandung.
0 Response to "Laporan DPT: Kemajuan Seleksi"
Post a Comment