PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pemuliaan tanaman pada dasarnya adalah kegiatan
memilih atau menyeleksi dari suatu populasi untuk mendapatkan genotipe tanaman
yang memiliki sifat-sifat unggul yang selanjutnya akan dikembangkan dan
diperbanyak sebagai benih atau bibit unggul. Namun demikian, kegiatan seleksi
tersebut seringkali tidak dapat langsung diterapkan, karena sifat-sifat
keunggulan yang dimaksud tidak seluruhnya terdapat pada satu genotipe saja,
melainkan terpisah pada genotipe yang lainnya. Misalnya, suatu genotipe
mempunyai daya hasil yang tinggi tapi rentan terhadap penyakit, sedangkan
genotipe lainnya memiliki sifat-sifat lainnya (sebaliknya). Jika seleksi
diterapkan secara langsung maka kedua sifat unggul tersebut akan selalu
terpisah pada genotipe yang berbeda. Oleh sebab itu untuk mendapatkan genotipe
yang baru yang memiliki kedua sifat unggul tersebut perlu dilakukan
penggabungan melalui rekombinasi gen.
Persilangan merupakan salah satu cara untuk
menghasilkan rekombinasi gen. Secara teknis, persilangan dilakukan dengan cara memindahklan
tepung sari kekepala putik pada tanaman yang diinginkan sebagai tetua, baik
pada tanaman yang menyerbuk sendiri (self polination crop) maupun pada tanaman
yang menyerbuk silang (cross polination crop) .
Metode pemuliaan tanaman ini punya manfaat yang sangat
penting bagi perakitan varietas. Hibridisasi merupakan salah satu metode
pemuliaan tanaman dimana bertujuan memperoleh kombinasi genetik yang diinginkan
melalui persilangan dua atau lebih tetua yang berbeda genotipenya. Diharapkan
setelah adanya hibridisasi dapat menghasilkan kombinasi baru genetika dari
tanaman tetua yang diharapkan sifat unggulnya.
Varietas unggul didapat melalui beberapa metode
pemuliaan tanaman. Metode pemuliaan ini sangat ditentukan oleh sistem
penyerbukan ataupun cara perkembang biakan tanman. Metode untuk tanman
menyerbuk sendiri berbeda dengan metode untuk tanaman menyerbuk silang. Metode
yang dikembangkan secara seksual berbeda dengan yang dikembangkan secara
aseksual. Beberapa metode pemuliaan tanaman yang diketahui yaitu introduksi,
seleksi dan hibridisasi dilanjutkan seleksi.
Tanaman jagung mempunyai komposisi genetik yang sangat
dinamis karena cara penyerbukan bunganya menyilang. Fiksasi gen-gen unggul
(favorable genes) pada genotipe yang homozigot justru akan berakibat depresi
inbreeding yang menghasilkan tanaman kerdil dan daya hasilnya rendah. Tanaman
yang vigor, tumbuh cepat, subur, dan hasilnya tinggi justru diperoleh dari
tanaman yang komposisi genetiknya heterozigot.
B. Tujuan
Praktikum
hibridisasi tanaman menyerbuk silang adalah untuk menghasilkan biji F1 dengan
kombinasi sifat tetua dari persilangan jagung, sebagai salah satu tahap dalam
upaya perakitan varietas baru untuk tanaman menyerbuk silang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hibridisasi
ialah perkawinan antara berbagai spesies, suku, ras atau varietas tumbuhan yang
bertujuan memperoleh organisme yang diinginkan. Tujuan hibridisasi untuk
menambah keragaman genetik melalui proses pengkombinasian genetik dari tetua
yang berbeda genotipnya. Dari tujuan tersebut dapat diketahui bahwa hibridisasi
memiliki peranan penting dalam pemuliaan tanaman, terutama dalam memperluas
keragaman genetic (Purnamasari, 2012)
Penyerbukan
adalah jatuhnya serbuk sari ke kepala putik. Sedangkan pembuahan adalah
bergabungnya gamet jantan dan gamet betina. Kriteria klasifikasi yang
dipergunakan hanya berdasarkan tingkat penyerbkan sendiri dan penyerbukan
silang. Polonasi sendiri sudah barang tentu hanya merupakan salah satu system
perbanyakan tanaman dan hanya sebagai salah satu jalan dimana populasi dapat
dikawinkan. Didalam group penyerbukan silang jumlah persilangan dari luar
adalah sangat penting karena ia memepengaruhi dalam kontaminasi stok pemuliaan.
Ada perbedaan yang besar antara jumlah persilangan dengan luar didalam species
dari suatu kelompok. Jumlah persilangan dari varietas yang diberikan juga
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang berubah (Allard, 1998).
Terjadinya
penyerbukan silang disebabkan oleh :
a.
Gangguan mekanis
terhadap penyerbukan sendiri
b.
Perbedaan
periode matang serbuk sari dan kepala putik
c.
Sterilitas dan
inkompabilitas
d.
Adanya bunga
monocious dan diocious
Metode pemuliaan
tanaman menyerbuk silang sedikit berbeda dengan tanaman menyerbuk sendiri
karena pada tanaman menyerbuk silang, dalam populasi alami terdapat individu-individu
yang secara genetik heterozigot untuk kebanyakan lokus. Secara genotipe juga
berbeda dari satu individu ke individu lainnya, sehingga keragaman genetik
dalam populasi sangat besar. Fenomena lain yang dimanfaatkan dalam tanaman
menyerbuk silang adalah ketegaran hibrida atau heterosis. Heterosis
didefinisikan sebagai meningkatnya ketegaran (vigor) dan besaran F1 melebihi
kedua tetuanya. Sebaliknya bila diserbuk sendiri akan terjadi tekanan
inbreeding. Beberapa metode yang populer pada tanaman menyerbuk silang misalnya
pembentukan varietas hibrida, seleksi massa, seleksi daur ulang, dan
dilanjutkan dengan pembentukan varietas bersari bebas atau varietas sintetik.
Untuk tanaman yang membiak secara vegetaif dapat dilakukan seleksi klon,
hibridisasi yang dilanjutkan dengan seleksi klon. Cara ini dapat digunakan juga
untuk pemuliaan tanaman tahunan yang biasa dibiakan secara vegetative
(Lubis,2013).
Metode penting yang sesuai dengan
penyerbukan silang antara lain :
1. Seleksi
massal
Seleksi ini merupakan cara yang penting
dalam pengembanan macam-macam varietas yang disilangkan. Dalam seleksi ini
jumlah yang dipilih banyak untuk memperbanyak generasi berikutnya.
2. Pemuliaan
persilangan kembali
Metode ini digunakan dengan spesies
persilangan luar yang nilainya sama baiknya dengan spesies yang berpolinasi
sendiri.
3. Hibridisasi
dari galur yang dikawinkan
Varietas hibrida tergantung dari
keunggulan keragaman yang mencirikan dihibrid F1 diantara genotipe tertentu.
Tipe genotipe yang disilangkan melahirkan galur-galur, klon, strain, dan
varietas.
4. Seleksi
berulang
Seleksi diulang, genotipe yang
diinginkan dipilih dari genotipe ini atau turunan sejenisnya disilangkan dengan
luar semua kombinasi yang menghasilkan populasi untuk disilangkan.
5. Pengembangan
varietas buatan (Allard, 1998).
Jagung
adalah tipe monocious, staminate terdapat diujung batang dan pistilate pada
batang. Serbuk sari mudah diterbangkan angin sehingga penyerbukan lebih dominan
meskipun penyerbukan sendiri bisa terjadi 5% atau lebih. Ada perbedaan besar
dalam hal penyerbukan pengontrolan polinasi silang dan juga kemudahan
pengontrolan polinasi silang oleh pemulia tanaman. Beberapa spesies mempunyai
sifat tidak serasi dan dapat dikawinkan tanpa adanya kesulitan terhadap sifat
yang tidak cocok (Tjitrosoepomo,2000).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.
Bahan
Pada
praktikum hibridisasi tanaman menyerbuk silang bahan yang digunakan adalah
tanaman jagung (tongkol tetua betina dan malai tetua jantan).
B.
Alat
Alat-alat
yang digunakan pada praktikum hibridisasi tanaman menyerbuk silang adalah
kantong kertas, stapler, label, dan pensil.
C.
Prosedur Kerja
1.
Penanaman benih
materi induk jantan dan benih materi induk betina seperti menanam jagung pada
umunya dengan jarak tanam 80 x 40 cm, 2 biji/lubang dan komposisi tertentu.
2.
Pemeliharaan
awal tidak berbeda, hanya setelah tumbuh paada umur 10 – 15 hari setelah tugal
diseleksi setiap lubang hanya ditinggalkan 1 tanaman.
3.
Tanaman harus
dipupuk hingga umur tanaman 30 – 35 hari setelah tugal dengan 2 – 3 kali aplikasi.
4.
Pada umur
tanaman sekitar 53 hari lakukan pemotongan bunga jantan pada induk betina.
Pelaksanaan dilakukan pada pagi hari sebelum jam 09.00 selama 8 – 10 hari.
5.
Sungkup bunga
betina dengan kantong kertas
6.
Menjelang bunga
jantan mekar, sungkup dengan kantong kertas untuk mencegah hilangnya serbuk
sari.
7.
Penyerbukkan
dilakukan dengan menggoyang – goyangkan malai pada kantong penutupnya, sehingga
serbuk sari terkumpul.
8.
Kantong yang
berisi serbuk sari dilepaskan dari malai dengan hati – hati, dekatkan pada ujung
rambut tongkol bunga betina.
9.
Jika terlalu
panjang, rambut tongkol dipotong kira – kira 2 cm sehingga menjadi rata.
10. Serbuk sari ditaburkan pada ujung rambut tongkol
dengan cepat untuk menghindari kontaminasi.
11. Setelah penyerbukan selesai, tongkol ditutup kembali
dengan kantong malai, dan dikuatkan pada batang dengan staples.
12. Pada kantong ditulis tanggal dan jenis persilangan.
13. Pelihara dan amati perkembangan bakal biji pada
tongkol setelah 2 minggu dilakukannya persilangan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
Nama tetua : ♀ jagung manis × ♂ jagung
manis
Tanggal penyerbukan : 01 Oktober 2013
Tanggal pengambilan : 22
Oktober 2013
Jumlah biji : 332
B. Pembahasan
Hibridisasi merupakan suatu perkawinan silang antara
berbagai jenis spesies pada setiap tanaman. Yang mempunyai tujuan untuk
memperoleh organisme dengan sifat-sifat yang diinginkan dan dapat berfariasi
jenisnya. Pada peristiwa hibridisasi akan memperoleh kombinasi genetikyang
diperoleh melalui persilangan dua atau lebih tetua yang berbeda genotipnya
(Lubis,2013).
Hibridisasi bertujuan menggabungkan sifat – sifat baik
dari kedua tetua atau induknya sedemikian rupa sehingga sifat – sifat baik
tersebut dimiliki oleh keturunannya. Sebagai hasil dari hibridisasi adalah
timbulnya keragaman genetik yang tinggi pada keturunannya. Dari keragaman yang
tinggi inilah pemulia tanaman akan memilih tanaman yang mempunyai sifat-sifat
sesuai yang diinginkan (Sunarto, 1997).
Teknik hibridisasi atau penyerbukan silang buatan
adalah teknik yang dimaksudkan untuk menggabungkan sifat-sifat baik yang
dimiliki oleh induk jantan dan induk
betina, dengan harapan akan diperoleh keturunan yang memilikigabungan dari
sifat-sifat baik tersebut. Sebelum melakukan hibridisasi dilakukanlangkah
kastrasi yaitu pengebirian organ kelamin jantan yang mendekati matang (Ellstrand,
2007).
Metode penting yang sesuai dengan
penyerbukan silang antara lain :
1. Seleksi
massal
Seleksi ini merupakan cara yang penting
dalam pengembanan macam-macam varietas yang disilangkan. Dalam seleksi ini
jumlah yang dipilih banyak untuk memperbanyak generasi berikutnya.
2. Pemuliaan
persilangan kembali
Metode ini digunakan dengan spesies
persilangan luar yang nilainya sama baiknya dengan spesies yang berpolinasi
sendiri.
3. Hibridisasi
dari galur yang dikawinkan
Varietas hibrida tergantung dari
keunggulan keragaman yang mencirikan dihibrid F1 diantara genotipe tertentu.
Tipe genotipe yang disilangkan melahirkan galur-galur, klon, strain, dan
varietas.
4. Seleksi
berulang
Seleksi diulang, genotipe yang diinginkan
dipilih dari genotipe ini atau turunan sejenisnya disilangkan dengan luar semua
kombinasi yang menghasilkan populasi untuk disilangkan.
5. Pengembangan
varietas buatan (Allard, 1998).
Menurut
Sujiprihati et.al (2007), faktor yang mempengaruhi hibridisasi
terjadinya faktor internal dan juga eksternal. Faktor internal terjadi pada
waktu tanam berbunga, yaitu: penyesuaian waktu berbunga dan waktu emaskulasi
dan penyerbukan. Sedangkan faktor internal antara lain cuaca saat penyerbukan,
pemilihan tetua, dan pengetahuan tentang organ reproduksi dan tipe penyerbukan.
Keberhasilan persilangan dipengaruhi oleh dua factor yaitu; suhu dan cahaya.
Pada suhu udara yang dingin, suaca gelap atau musim hujan, saat berbungan akan
terhambat. Suhu yang panas, cuaca cerah, dan musim kemarau akan mempercepat
pembungaan. Suhu dan cahaya ketika siang hari terletak pada puncaknya (Syukur,
2009).
1. Internal
a. Pemilihan Tetua.
Ada lima kelompok sumber
plasma nutfah yang dapat dijadikan tetua persilangan yaitu: (a) varietas komersial,
(b) galur-galur elit pemuliaan, (c) galur-galur pemuliaan dengan satu atau
beberapa sifat superior, (d) spesies introduksi tanaman dan (e) spesies liar.
Peluang menghasilkan varietas unggul yang dituju akan menjadi besar bila tetua
yang digunakan merupakan varietas-varietas komersial yang unggul yang sedang
beredar, galur-galur murni tetua hibrida, dan tetua-tetua varietas sintetik.
b. Waktu Tanaman Berbunga.
Dalam melakukan persilangan
harus diperhatikan: (1) penyesuaian waktu berbunga. Waktu tanam tetua jantan
dan betina harus diperhatikan supaya saat anthesis dan reseptif waktunya
bersamaan, (2) waktu emaskulasi dan penyerbukan. Pada tetua betina waktu
emaskulasi harus diperhatikan, seperti pada bunga kacang tanah, padi harus pagi
hari, bila melalui waktu tersebut polen telah jatuh ke stigma. Juga waktu
penyerbukan harus tepat ketika stigma reseptif. Jika antara waktu antesis bunga
jantan dan waktu reseptif bunga betina tidak bersamaan, maka perlu dilakukan
singkronisasi. Caranya dengan membedakan waktu penanaman antara kedua tetua,
sehingga nantinya kedua tetua akan siap dalam waktu yang bersamaan. Untuk
tujuan sinkronisasi ini diperlukan informasi tentang umur tanaman berbunga
(Syukur, 2009).
2. Eksternal
a. Pengetahuan tentang Organ Reproduksi dan Tipe
Penyerbukan.
Untuk dapat melakukan
penyerbukan silang secara buatan, hal yang paling mendasar dan yang paling
penting diketahui adalah organ reproduksi dan tipe penyerbukan. Dengan
mengetahui organ reproduksi, kita dapat menduga tipe penyerbukannya, apakah
tanaman tersebut menyerbuk silang atau menyerbuk sendiri. Tanaman menyerbuk
silang dicirikan oleh struktur bunga sebagai berikut :
a) secara
morfologi, bunganya mempunyai struktur tertentu.
b) waktu antesis
dan reseptif berbeda.
c) inkompatibilitas
atau ketidaksesuaian alat kelamin.
d) adanya bunga
monoecious dan dioecious.
b. Cuaca Saat Penyerbukan.
Cuaca sangat besar peranannya
dalam menentukan keberhasilan persilangan buatan. Kondisi panas dengan suhu
tinggi dan kelembaban udara terlalu rendah menyebabkan bunga rontok. Demikian
pula jika ada angin kencang dan hujan yang terlalu lebat.
c. Pelaksanaan.
Pemulia yang melaksanakan
hibridisasi harus dengan serius dan bersungguh-sungguh dalam melakukan
hibridisasi, karena jika pemulia ceroboh maka hibridisasi akan gagal (Syukur,
2009).
Keberhasilan
suatu persilangan buatan dapat dilihat kira-kira satu minggu setelah dilakukan
penyerbukan. Jika calon buah mulai membesar dan tidak rontok maka kemungkinan
telah terjadi pembuahan. Sebaliknya, jika calon buah tidak membesar atau rontok
maka kemungkinan telah terjadi kegagalan pembuahan. Keberhasilan penyerbukan buatan
yang kemudian diikuti oleh pembuahan dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah kompatibilitas tetua, ketepatan waktu reseptif betina dan
antesis jantan, kesuburan tanaman serta factor lingkungan. Kompatibilitas tetua
terkait dengan gen-gen yang terkandung pada tetua jantan dan betina. Waktu
reseptif betina dan antesis jantan dapat dilihat ciri morfologi bunga. Bunga
yang terbaik adalah bunga yang akan mekar pada hari tersebut. Sementara itu,
faktor lingkungan yang berpengaruh pada keberhasilan persilangan buatan adalah
curah hujan, cahaya mahatari, kelembaban dan suhu. Curah hujan dan suhu tinggi
akan menyebabkan rendahnya keberhasilan persilangan buatan.
Pada
persilangan buatan tanaman hermaprodit atau juga tanaman lainnya, biji yang
dihasilkan belum tentu merupakan hasil persilangan buatan. Bisa jadi biji
tersebut merupakan hasil selfing (untuk bunga hermaprodit) atau hasil
persilangan tanaman lain (karena prosesisolasi yang tidak sempurna). Hal
tersebut dapat dideteksi dengan bantuan penanda, baik berupa penanda morfologi
maupun penanda molekuler. Sifat kualitatif tanaman dapat digunakan sebagai
penanda morfologi.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan dalam hibridisasi atau persilangan
tanaman menyerbuk silang adalah :
a.
Cuaca saat
penyerbukan
Kondisi panas dengan suhu tinggi dan kelembaban udara
terlalu rendah menyebabkan bunga rontok. Sehingga dala hal ini akan
mengakibatkan persilangan yang kita lakukan menjadi gagal.
b.
Pemulia
Keseriusan dan kesungguhan seorang pemulia dalam
melaksanakan persilangan ini sangat menentukan keberhasilan persilangan. Karna
dalam melakukan persilangan ini harus berhati hati dan tidak teledor. Di
samping itu adalah pengetahuan pemuliaa tentang tanaman yang akan di silangkan.
c.
Hujan
Curah hujan yang tinggi pada saat sedang melakukan proses
persilangan akan mengganggu dan menggaggalkan persilangan yang telah di
lakukan. Karna hujan tadi akan mengguggurkan bunga yang telah di serbuki
sekalipun ada kantong.
d.
Angin
Angin mempunyai pengaruh penting dalam persilangan. Angin
dapat menerbangkan serbuk sari kemana kemana. Sehingga dalam hal ini jika
tanaman yang kita silangkan tidak di lindungi dan di tutup dengan baik makan
memungkinkan akan terjadinya suatu penyerbukan yang tidak di kehendaki.
e.
Pemilihan tetua
jantan dan betina
Pemilihan tetua jantan dan betina sangatlah penting dalam
proses persilangan ini. Apabila dalam pemilihan tetua jantan dan tetua betina
tidak tepat maka persilanganpun tidak berjalan dengan maksimal dan memungkin
kan persilangan tersebut menjadi gagal. Sebagai contoh pada tanaman jagung yang
steril (Wegner, 1954).
Pada
praktikum hibridisasi tanaman menyerbuk silang menggunakan tanaman jagung. Hal
ini dikarenakan Jagung termasuk tanaman menyerbuk silang karena tanaman ini termasuk
tanaman berumah satu (monoecious) dengan bunga jantan dan bunga betina terpisah
pada bunga yang berbeda tetapi masih pada satu tanaman yang sama. Peluang
penyerbukan silang sebesar 95% dan sisanya 5 % peluang menyerbuk sendiri.
Tanaman ini berumah satu dengan bunga jantan tumbuh sebagai pembungaan ujung
(tassel) pada batang utama (poros atau tangkai) dan bunga betina tumbuh
terpisah sebagai pembungaan samping (tongkol) yang berkembang pada ketiak daun.
Varietas
jagung yang digunakan dalam praktikum hibridisasi tanaman menyerbuk silang kali
ini adalah varietas jagung manis sebagai tetua betina dan sebagai tetua jantan.
Penyerbukan dilakukan pada tanggal 01 Oktober 2013 dan pengambilan hasil pada
tanggal 22 Oktober 2013. Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan dalam
pelaksanaanya antara lain:
a.
Menentukan bunga jantan dan bunga betina yang akan digunakan sebagai tetua dalam
pelaksanaan hibridisasi. Pada tahap ini dilakukan pemilihan terhadap tetua
jantan (malai) yang sehat dan kotak sarinya belum pecah. Begitu pula dengan
tetua betina (tongkol) dilakukan pemilihan terhadap tetua betina yang masih
sehat dan belum tersebuki. Kegiatan ini dilakukan sebelum pelaksanaan
hibridisasi dimulai dan tetua yang terpilih kemudian disungkup dengan kantong
kertas.
b.
Menyiapkan alat yang akan digunakan untuk pelaksanaan hibridisasi.
c.
Polinasi (pemindahan pollen ke kepala putik), dilakukan setelah tetua jantan
dan tetua betina diisolasi. Pada kegiatan ini sungkup pada masing-masing tetua
dibuka, kemudian pollen dari tetua jantan dijatuhkan di atas putik tetua
betina.
d.
Pembungkusan. Setelah polinasi dilakukan, kemudian tetua betina disugkup
kembali.
e.
Pemberian label pada tanaman yang telah dilakukan hibridisasi.
f.
Setelah 22 hari, kemudian diamati perubahan yang terjadi pada penyerbukan
silang tersebut, dengan cara mengamati perubahan yang terjadi pada tongkol buah
jagung.
g.
Menghitung jumlah biji yang berhasil tumbuh dan menentukan tingkat
keberhasilannya.
Hasil
dari hibridisasi tanaman menyerbuk silang pada jagung dari tetua jantan dan
tetua betina varietas jagung manis yaitu 332 biji. Penyerbukan silang ini
dikatakan berhasil karena tongkol membesar dan biji yang dihasilkan cukup
banyak dan tidak rontok maka telah terjadi pembuahan..
BAB V
SIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1.
Hibridisasi
merupakan suatu perkawinan silang antara berbagai jenis spesies pada setiap
tanaman.
2.
Penyerbukan
silang adalah berpindahnya serbuk sari dari suatu bunga tanaman lain kekepala
putik tanaman yang berbeda. Penyerbukan ini terjadi karena terhalangnya serbuk
sari dari bunga yang sama untuk melangsungkan penyerbukan sendiri. Umumnya
penyerbukan terjadi karena bantuan angin dan serangga.
3.
Hibridisasi
bertujuan menggabungkan sifat – sifat baik dari kedua tetua atau induknya
sedemikian rupa sehingga sifat – sifat baik tersebut dimiliki oleh
keturunannya.
4.
Metode penting yang
sesuai dengan penyerbukan silang antara lain seleksi
massal, pemuliaan persilangan kembali, hibridisasi dari galur yang dikawinkan,
seleksi berulang, dan pengembangan varietas buatan.
5.
Hasil dari
hibridisasi tanaman menyerbuk silang pada jagung dari tetua jantan dan tetua
betina varietas jagung manis yaitu 332 biji artinya hibridisasi ini berhasil
karena tongkol membesar dan biji tidak rontok.
DAFTAR PUSTAKA
Allard, R.W. 1960. Principle
of Plant Breeding. John Willey&Sons. Inc.
Ellstrand, Norman C. 2007. Spontaneous Hybridization
between Maize and Teosinte. Department of Botany and Plant Sciences, Center
for Conservation Biology, and Biotechnology Impacts Center, University of
California, Riverside, CA 92521-0124
Lubis, Yunita Armaya. Lollie, A.P.
dkk. 2013. "Pengaruh Selfing Terhadap Karakter Tanaman Jagung (Zea mays
L.) Pada Generasi F4 Selfing", Jurnal
Peranian. Vol 1, No 2.
Morris, M. 1995. “Asia’s public and private maize seed industries
changing”. Asian Seed. 2 : 3-4.
Nasir, M. 2001. Pengantar
Pemuliaan Tanaman. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarata.
Sujiprihati, S., M. Syukur, dan R. Yunianti. 2008. Pemuliaan tanaman. Bogor: Bagian Genetika danPemuliaan
Tanaman. Departemen Agronomi dan Hotikultura IPB
Sunarto. 1997. Pemuliaan
Tanaman. IKIP Semarang Press, Semarang.
Syukur, M., S. Sujiprihati, dan R.
Yunianti. 2009. Teknik pemuliaan tanaman. Bagian Genetika dan Pemuliaan
Tanaman. Departemen Agronomi dan Hotikultura IPB. Bogor. 284 hal
Tjitrosoepomo, g., 2000, morfologi
tumbuhan, cetakan ke 12, gadjah mada university press, Yogyakarta.
Wagner, warren. 1954. Reticulate Evolution
in the Appalachian aspleniums. evolution 8: 103–118.
0 Response to "Laporan DPT: Hibridisasi Tanaman Menyerbuk Silang"
Post a Comment