A.
Latar
Belakang
Vegetasi merupakan sekumpulan
tumbuhan dan biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama- sama pada
suatu tempat. Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan dan bentuk
vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Vegetasi
menggambarkan perpaduan berbagai jenis tumbuhan di suatu wilayah atau daerah.
Suatu tipe vegetasi menggambarkan suatu daerah dari segi penyebaran tumbuhan
yang ada baik secara ruang dan waktu. Rawa-rawa, padang rumput dan hutan
merupakan suatu contoh vegetasi. Suatu vegetasi kadangkala dibagi menjadi
beberapa komunitas yang tumbuh bersama di suatu daerah. Beberapa komunitas
tersebut juga disebut assosiasi yaitu sekumpulan tumbuhan yang tumbuh bersama
pada lingkungan yang sama. Komunitas tumbuhan akan selalu di dominasi oleh
jenis tumbuhan tertentu sebagai gulma. Komunitas tumbuhan sering kali digunakan
oleh ahli ekologi untuk menjelaskan suatu vegetasi di suatu wilayah. Adapun
sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh komunitas tumbuhan adalah:
1.
Mempunyai komposisi floristic
yang tetap
2.
Fisiognomi (struktur, tinggi,
penutupan, tajuk daun, dsb)
3.
Mempunyai penyebaran yang
karakteristik dengan lingkungan habitatnya
Umumnya dipandang dari
manfaat yang didapat, tumbuhan dibagi menjadi dua yaitu, tanaman yaitu tumbuhan
yang menguntungkan dan dibudidayakan dan tumbuhan yang merugikan. Tumbuhan yang
menguntungkan disebut tanaman yaitu tumbuhan yang dibudidayakan oleh manusia
atau sengaja untuk ditanam karena mempunyai nilai ekonomis yang menjanjikan.
Sedangkan tumbuhan yang merugikan adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki
keberadaannya. Dalam kegiatan budidaya atau dalam ilmu pertanian, tumbuhan
tersebut sering disebut dengan gulma (weed).
Kehadiran gulma sendiri secara
langsung dapat mempengaruhi produksi tanaman, baik secara kualitas maupun
kuantitas, kemudian juga dapatmenghambat praktek budidaya pertanian. seperti
dengan adanya gulma kualitasakan menurun, karena biji gulma tersebut tercampur
pada saat pengolahan tanah. Kemudian kuantitas juga akan menurun, karena
terjadi kompetisi dalam sarana tumbuh (hara, air, udara, cahaya, ruang gerak)
dalam jumlah terbatas, tergantung dari varietas, kesuburan, jenis, kerapatan,
dan lamanya tumbuh. Hal inilah yang kemudian menimbulkan gagasan untuk
mengendalikan gulma. Dengan tujuan untuk meningkatkan atau mempertahankan
produktifitas tanaman.
B.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan
untuk mengetahui spesies gulma yang tumbuh mengganggu dan bersaing dengan
tanaman budidaya dan mengetahui komposisi jenis atau spesies gulma, dan
dominasi pada suatu vegetasi.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Gulma ialah
tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma di suatu tempat mungkin berguna
sebagai bahan pangan, makanan ternak atau sebagai bahan obat-obatan. Dengan
demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat diklasifikasikan sebagai gulma
pada semua kondisi. Namun demikian, banyak juga tumbuhan diklasifikasikan
sebagai gulma dimanapun gulma itu berada karena gulma tersebut umum tumbuh
secara teratur pada lahan tanaman budidaya (Sebayang, 2005).
Dalam pertanian gulma tidak dikehendaki karena (a)
menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan unsur hara, air, sinar
matahari, dan ruang tumbuh; (b) menurunkan mutu hasil akibat kontaminasi dengan
bagian-bagian gulma; (c) mengeluarkan senyawa alelopati (zat penghambat
pertumbuhan) yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman; (d) menjadi inang bagi
hama dan patogen yang menyerang tanaman; (e) mengganggu tata-guna air; dan (f)
secara umum meningkatkan biaya usaha tani (Jumin, 1991).
Pengamatan gulma dilakukan dengan
analisis vegetasi untuk penentuan nilai NJD atau SDR (Nisbah Jumlah Dominasi)
dengan perhitungan analisis vegetasi (Tjitrosoedirdjo et al. 1984).
Gulma dari
golongan monokotil pada umumnya disebut juga dengan istilah gulma berdaun
sempit atau jenis gulma rumput- rumputan. Sedangkan gulma dari golongan dikotil
disebut dengan istilah gulma berdaun lebar. Ada pula jenis gulma lain yang
berasal dari golongan teki- tekian (atau golongan sedges) (Moenandir, 1993).
Daun gulma daun lebar dibentuk pada
meristem apikal yang sangat sensitif pada senyawa kimia. Stomata pada daun
gulma daun lebar banyak terdapat pada daun bagian bawah yang memungkinkan
cairan herbisida dapat masuk. Gulma daun lebar memiliki bentuk daun yang lebih
luas, sehingga luas permukaan daun yang kontak dengan senyawa limbah sagu lebih
besar. Gulma daun sempit berkedudukan vertikal dan memiliki luas permukaan daun
lebih kecil. Analisis vegetasi gulma menunjukkan bahwa gulma daun sempit
merupakan gulma yang dominan dibandingkan gulma daun lebar. Hal ini disebabkan
karena gulma daun sempit umumnya bereproduksi secara vegetatif dengan stolon
dan rhizome yang mampu bertahan di dalam tanah dan akan tumbuh kembali jika
kondisi sudah baik (Syakir, 2008).
Pengamatan
komposisi gulma berguna untuk mengetahui ada tidaknya pergeseran jenis gulma
yaitu keberadaan jenis gulma pada suatu areal sebelum dan sesudah
percobaan/perlakuan. Some Dominance Ratio (SDR) atau Nisbah Jumlah Dominan
(NJD) berguna untuk menggambarkan hubungan jumlah dominansi suatu jenis gulma
dengan jenis gulma lainnya dalam suatu komunitas, sebab dalam suatu komunitas
sering dijumpai spesies gulma tertentu yang tumbuh lebih dominan dari spesies
yang lain. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum pengendalian gulma
dilakukan antara lain adalah jenis gulma dominan, tumbuhan budidaya utama,
alternatif pengendalian yang tersedia serta dampak ekonomi dan ekologi (Mas’ud,
2009).
Tujuan analisis vegetasi
adalah sebagai berikut (Prawoto, dkk, 2008) :
1.
Mengetahui komposisi jenis gulma
dan menetapkan jenis yang dominan.
Biasanya hal ini dilakukan untuk keperluan perencanaan, misalnya untuk memilih
herbisida yang sesuai.
2. Untuk mengetahui tingkat
kesamaan atau perbedaan antara dua vegetasi. Hal ini penting misalnya untuk
membandingkan apakah terjadi perubahan komposisi vegetasi gulma sebelum dan
setelah dilakukan pengendalian dengan
cara tertentu.
III.
METODE
PRAKTIKUM
A.
Bahan
dan Alat
Bahan yang digunakan
yaitu lahan sawah dan sawah kering. Alat yang digunakan yaitu alat Square
Method ukuran 50cm x 50cm, buku deskripsi gulma atau herbarium, kantong
plastik, kantong keras, oven, timbangan elektrik dan alat tulis.
B.
Prosedur
Kerja
1. Identifikasi
a. Petak
contoh dibuat dengan ukuran 50 x 50 cm menggunakan alat square method pada
lahan kering.
b. Petak
contoh tersebut di lempar sembarang kemudian gulma yang tumbuh pada petak
contoh tersebut dicabut, masukkan ke dalam kantong plastik.
c. Identifikasilah
jenis gulma yang ada dengan menggunakan buku deskripsi atau herbarium
berdasarkan ciri morfologinya, dan tulislah nama spesies, morfologi dan
perkembangbiaknnya, daur hidup dan tempat tumbuhnya.
d. Jenis
gulma dipisahkan berdasarkna golongan yaitu rumput, teki-tekian dan daun lebar.
2. Analisis
a. Dibuat
petak contoh dengan ukuran 50cm x 50cm dengan cara alat Square Method diletakkan
pada lahan sawah dan lahan kering sebanyak empat petak contoh pada masing-
masing lahan.
b. Diambil
dan dicabut semua gulma pada petak contoh tersebut.
c. Jenis
gulma yang ada dipisahkan dan diidentifikasi.
d. Dihitung
jumlah masing- masing gulma yang ada, kemudian dimasukkan dalam kantong kertas
dan dikeringkan dalam oven pada suhu 70°C sampai kering konstan.
e. Masing-
masing jenis gulma yang telah dikeringkan ditimbang.
f. Dihitung
Kerapatan, Frekuensi, dan Dominasi masing- masing jenis gulma.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
Terlampir
B.
Pembahasan
Menurut Radosevich
(2007), gulma merupakan tanaman yang tumbuh bukan pada tempatnya, atau disebut
juga tanaman atau tumbuhan yang manfaatnya lebih sedikit dibandingkan dengan
kerugian yang diakibatkan pada lahan yang sedang diusahakan. Pada dasarnya
gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang telah beradaptasi dengan habitat
buatan dan menimbulkan gangguan terhadap segala aktivitas manusia (Sastroutomo,
1990). Gulma tumbuh pada pada tempat yang tidak dikehendaki manusia, sehingga
keberadaan gulma baik secara langsung atau tidak langsung merugikan. Pengaruh
negatif gulma yang penting adalah mempunyai daya kompetisi yang tinggi, sebagai
inang penyakit atau parasit, mengurangi mutu hasil peertanian, dan menghambat
kelancaran aktivitas pertanian.
Konsepsi dan metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat
bervariasi, tergantung keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya. Misalnya
apakah ditujukan untuk mempelajari tingkat suksesi, apakah untuk evaluasi hasil
suatu pengendalian gulma. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan
struktur dan komposisi vegetasi. Untuk areal yang luas dengan vegetasi semak
rendah misalnya, digunakan metode garis (line intersept), untuk pengamatan
sebuah contoh petak dengan vegetasi tumbuh menjalar (cpeeping) digunakan metode
titik (point intercept) dan untuk suatu survei daerah yang luas dan tidak
tersedia cukup waktu, estimasi visual (visual estimation) mungkin dapat
digunakan oleh peneliti yang sudah berpengalaman. Juga harus diperhatikan
keadaan geologi, tanah, topografi, dan data vegetasi yang mungkin telah ada
sebelumnya, serta fasilitas kerja/keadaan, seperti peta lokasi yang bisa
dicapai, waktu yang tersedia, dan lain sebagainya; semuanya untuk memperoleh
efisiensi. Pengamatan gulma dilakukan dengan analisis vegetasi untuk penentuan
nilai NJD atau SDR (Nisbah Jumlah Dominasi) dengan perhitungan analisis
vegetasi (Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984).
Menurut Tjitrosoedirdjo (1984), dalam
mengidentifikasi gulma dapat ditempuh satu atau kombinasi dari sebagian atau
seluruh cara- cara ini:
1.
Membandingkan gulma tersebut dengan
material yang telah diidentifikasi di herbarium.
2.
Konsultasi langsung, dengan para
ahli di bidang yang bersangkutan.
3.
Mencari sendiri melalui kunci
identifikasi.
4.
Membandingkannya dengan determinasi
yang ada.
5.
Membandingkannya dengan ilustrasi
yang tersedia.
Walaupun
gulma merugikan bagi tanaman yang sedang dibudidayakan, tetapi ternyata gulma
juga mempunyai beberapa manfaat. Adapun manfaat gulma menurut Sukman dan Yakup
(1991) yaitu :
1.
Menambah kesuburan tanah
terutama dalam hal bahan organik
2.
Mencegah atau mengurangi
timbulnya erosi
3.
Bahan penutup tanah
dalam bentuk mulsa
4.
Sebagai media penanaman
jamur merang
5.
Sebagai bahan obat
tradisional
6.
Sebagai bahan makanan
atau sayuran
7.
Sebagai tanaman hias dan
bahan kerajinan
Metode
analisis yang digunakan yaitu menggunakan alat Square Method atau metode
Kuadrat yaitu dengan menggunakan sebuah alat berbentuk persegi sama sisi dengan
panjang sisi 50cm x 50cm. Sampel diambil dengan cara melemparkan alat Square
Method ke tanah atau lahan yang ditumbuhi gulma, selanjutnya seluruh gulma yang
terdapat dalam alat dicabut hingga bersih kemudian dianalisis untuk mengetahui
jenis dari gulma tersebut. Pada analisis ini digunakan buku deskripsi gulma
untuk membantu memudahkan dalam mengidentifikasi nama gulma dengan
membandingkan ciri- ciri morfologi gulma dengan gambar yang ada dalam buku
deskripsi gulma.setelah selesai gulma dicuci untuk membersihkan kotoran yang
menempel pada bagian tanaman dan dikering anginkan yang kemudian dikeringkan
untuk mengetahui kerapatan, frekuensi, dan dominasi masing- masing jenis gulma.
Dari praktikum yang
telah dilakukan, ditemukan 9
jenis gulma, yaitu Digitaria longifera, Commelina diffusa Burm. F, Mikania
microntha H.B.K, Imperata cillindrica, Altenantera
sp, Brachiaria eruciformis, Digitaria satigera, Ageratum conyzoides, Dan Galinsoga parvifloro.
1. Digitaria
longifera (Retz)
Klasifikasi:
Divisi : Magnoliophyta
Kelas :Liliopsida
Ordo : Cyperales
Famili : Poaceae
Genus : Digitaria
Spesies : Digitaria longifera
2. Commelina diffusa
Burm. F.
Batang tumbuh menjalar
berbentuk bulat dan lunak. Batang aur-aur tidak berambut, memiliki warna hijau muda
bercorak ungu, buku-bukunya mengeluarkan akar dantunas cabang, bagian ujung
batang tegak atau melengkung dan tingginya 6-60 cm. Daun berbangun daun lanset, umumnya berukuran
panjang kurang dari enam kali lebarnya, permukaannya licin, pangkalnya
berbentuk bundar dan tidak simetris, ujungnya agak runcing, tepinya terasa
kasar bila diraba, ukuran panangnya 2,5-8 cmlebarnya 0,75-2,5 cm dan tidak
bertangkai. Bunga tumbuh sendiriann dari buku b erhadapan dengan daun,
dilindungi oleh braktea yang menyeruaidaun berbentuk perahu, pangkalnya
berbentuk bula dan melancip tajam.
Klasifikasi
:
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Commelinales
Family
: Commelinaceae
Genus
: Commelina
Spesies
: Commelina diffusa Burm. F.
3.
Mikania
micrantha H.B.K (Sembung Rambat)
Mikania juga menghasilkan senyawa alelopati
berupa phenol dan flavon. Mudah berkembang biak melalui potongan batang dan
biji. Viabilitas biji mencapai lebih dari 60%, sedangkan daya tumbuh stek dapat
mencapai 95%.
Batang M. micrantha tumbuh menjalar berwarna hijau muda, bercabang dan ditumbuhi
rambut-rambut halus. Panjang batang dapat mencapai 3-6 m. Pada tiap ruas terdapat dua
helai daun yang saling berhadapan, tunas baru dan bunga. Helai daun berbentuk segitiga
menyerupai hati dengan panjang daun 4-13 cm dan lebar daun 2-9 cm. Permukaan daun menyerupai mangkok dengan tepi daun
bergerigi. Bunga tumbuh berwarna putih, berukuran kecil dengan panjang
4.5-6 mm, dan tumbuh dari ketiak daun atau pada ujung tunas. Biji
dihasilkan dalam jumlah besar, berwarna coklat kehitaman dengan panjang 2 mm.
Klasifikasi :
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Ordo :
Asterales
Famili :
Asteraceae
Genus :
Mikania
Spesies: Mikania micrantha H.B.K
4. Imperata sillindrica
Klasifikasi
:
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Spesies : Imperata cylindrica
5.
Alternanthera
philoxeroides
Alternanthera philoxeroides (rumput aligator, bayam dempo) sebagian besar tumbuh di
daerah lembab. Tinggi 50-100 cm, daun sederhana dan melebar, bunga bertangkai,
akar serabut, disetiap ruas batang mempunyai akar, batang berselang-seling.
Adalah suatu tumbuhan yang berhubungan dengan air dan terbenam. Gulma yang biasa
disebut rumput alligator ini berasal dari bagian Selatan Amerika, tetapi
menyebar ke banyak bagian- bagian dari dunia. Dan diprediksi jenis ini
sudah berada di Australia, Austria, China, Selandia Baru, Thailand dan Amerika
Serikat.
Alternanthera philoxeroides dapat berkembang
dalam berbagai habitat, mencakup tanah kering, tetapi pada umumnya ditemukan di
dalam air. Biasanya membentuk interwoven keset besar di permukaan air
atau sepanjang garis pantai. Daunnya sederhana dan mempunyai garis tepi lembut.
Rumput alligator berbunga sepanjang bulan yang bertemperatur hangat
sepanjang tahun. Rumput alligator dapat mengurangi erosi, tapi dapat juga
mengurangi burung air dan aktivitas ikan karena menyebabkan kematian ikan.
Rumput alligator menciptakan suatu tempat yang baik untuk perkembangbiakkan
nyamuk.
Klasifikasi:
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Alternanthera
Spesies : Alternanthera
philoxeroides
6. Brachiaria eruciformis
Kuntum
steril berupa palea. Lemma dari floret steril rendah mirip dengan glume atas,
lonjong, panjang segabah, membran, 5-berurat, berbulu, atau puber, atau vili;
akut. Lemma Subur eliptik; 1,5-2,5 mm, mengeras, mengkilap. Lema permukaan
halus. tepi Lema rumit. ujung lemma tumpul. Palea rumit, mengeras, tanpa keels.
Gulma ini tersebar di berbagai belahan bumi seperti Eropa, Afrika, Samudra
Hindia Barat, Asia, Australasia, Pacific dan Amerika Selatan.
Klasifikasi :
Divisi: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Ordo : Poales
Famili: Poaceae
Genus: Brachiaria
Spesies: Brachiaria
eruciformis
7. Digitaria satigera
Glumes glumes tidak jelas , lebih pendek dari gabah , lebih
tipis dari lemma subur. Atas glume lonjong , atau bulat telur , panjang
0,1-0,25 gabah , membran tanpa batas. Kuntum Basal kuntum steril tandus , tanpa
palea signifikan . Lemma lebih rendah steril floret elips , 1 panjang gabah,
berurat dengan urat berjarak sama , atau dengan urat spasi merata , puber dan
setose (kadang-kadang). Lemma Subur elips , 2-3 mm panjang tulang rawan lebih
tipis pada marjin , abu-abu, atau cokelat muda , tanpa lunas . Margin Lemma
datar; meliputi sebagian besar palea . Lemma puncak akut. Palea tulang rawan.
Klasifikasi :
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Cyperales
Famili : Poaceae
Genus : Digitaria
Spesies: Digitaria setigera
8. Ageratum conyzoides
Herba,
1 tahun, tinggi 10-120 cm. Tegak atau terbaring. Tunggal, bulat telur, ujung
runcing, pangkal tumpul, tepi beringgit, panjang 3-4 cm, lebar 1-2,5 cm, pertulangan
menyirip, tangkai pendek, hijau. Majemuk, di ketiak daun, bongkol menyatu
menjadi karangan, bentuk malai rata, panjang 6-8 mm, tangkai berambut, ke'opak
berbulu, hijau, mahkola bentuk lonceng, putih atau ungu. Padi, bulat panjang,
bersegi lima, gundul atau berambut jarang, hitam. Kecil, hitam. Tunggang, putih
kotor. Daun Ageratum conyzoides berkhasiat sebagai obat luka baru dan obat
wasir, Untuk obat luka baru dipakai + 5 gram daun segar Ageratum
conyzoides,dicuci dan ditumbuk sampai lumat, ditempelkan pada luka dan
dibalut.Kandungan kimia Daun dan bunga Ageratum conyzoides mengandung saponin,
flavonoida dan polifenol, di samping itu daunnya juga mengandung minyak atsiri.
Klasifikasi:
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Ageratum
Spesies : Ageratum conyzoides L.
9. Galinsoga parvifloro.
Galinsoga
parviflora umumnya memiliki tinggi 0,6 m (2ft). Bunga tumbuh dari Mei hingga
Oktober. Bunganya hermaprodit (memiliki baik organ jantan dan betina) dan
diserbuki oleh serangga. merupakan tanaman semak dan semusim dengantinggj
30-60 cm. Batang dari tanaman ini adalah tegak, lunak, bulat,
beruas-ruas,bercabang, hijau. Jenis daun tunggal, berhadapan, duduk pada tiap
buku, bulattelur, ujung meruncing, tepi bergerigi, pangkal runcing, pertulangan
menyirip,panjang daun 3-5,5 cm, dan lebarnya 1,5-3,5 cm serta berwarna hijau.
Klasifikasi
:
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Ordo : Asterales
Family : Compositae
Genus : Galinsoga
Spesies
:Galinsoga
parviflora
Dari semua gulma
yang didapat, diketahui bahwa Imperata sillindrica
memiiki nilai KR yang paling tinggi ,yaitu 45,89%, Sedangkan gulma
dengan nilai KR paling rendah adalah Brachiaria
eruciformis yaitu
0,48%. Nilai FR paling tinggi adalah Imperata sillindrica
yaitu 22,22% dan nilai FR
terendah adalah Mikania micrantha H.B.K, Altenantera philoxeroides, dan Brachiaria eruciformis
yaitu 5,56% . Gulma dengan nilai DR tertinggi yaitu Imperata
sillindrica dengan nilai DR sebesar 53,92%, dan
nilai DR terendah yaitu 0,51% pada gulma Brachiaria
eruciformis. Imperata sillindrica
mempunyai nilai NJD paling tinggi yaitu sebesar 40,67% dan Brachiaria
eruciformis dengan nilai NJD terendah yaitu sebesar 2,18%.
Pada praktikum kali ini, setelah dihitung,
didapatkan data Σ KR : 99,97%, ΣFR : 99,94%, ΣDR : 99,98%, ΣNJD : 99,94%
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1. Gulma ialah
tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan, tumbuh pada pada
tempat yang tidak dikehendaki manusia, sehingga keberadaan gulma baik secara
langsung atau tidak langsung merugikan.
2. Metode yang
digunakan dalam analisis vegetasi ada 3 yaitu Line Intercept, Point Intercept,
dan Visual Estimation.
3.
Manfaat gulma yaitu menambah kesuburan tanah, mencegah atau mengurangi
timbulnya erosi, bahan penutup tanah (mulsa), media penanaman jamur merang,
bahan obat tradisional, bahan makanan atau sayuran, tanaman hias dan bahan
kerajinan.
4. Ada 9 gulma yang telah ditemukan yaitu Digitaria
longifera, Commelina diffusa Burm.
F, Mikania microntha H.B.K, Imperata cillindrica, Altenantera
sp, Brachiaria eruciformis, Digitaria satigera, Ageratum conyzoides, Dan Galinsoga parvifloro.
5. Nilai KR, FR, DR, dan NJD paling tinggi yaitu Imperata sillindrica sebesar 45,89%, 22,22%, 53,91%, dan 40,67%
6. Didapatkan data Σ
KR : 99,97%, ΣFR : 99,94%, ΣDR : 99,98%, ΣNJD : 99,94%.
B.
Saran
1. Harus
teliti ketika mengamati morfologi gulma yang akan dicocokan dengan gambar pasa
buku indentifikasi gulma.
2. Penghitungan
menggunakan kalkulator agar hasilnya lebih teliti.
3. Disediakan
lebih banyak buku identifikasi gulma untuk
efisiensi waktu.
DAFTAR
PUSTAKA
Adi. 2010. Rumput Gajah (Pennisetum
purpureum). http://iqra5.blogspot.com/2010/07/rumput-gajah-pennisetum-purpureum.html. Diakses tanggal 12 Oktober 2013.
Budiono, E. 2013. Rumput Gajah
(Deskripsi, Persebaran, Manfaat dan Cara Tanam). http://rumah2hijau.wordpress.com/2013/03/29/rumput-gajah-deskripsi-persebaran-manfaat-dan-cara-tanam/. Diakses tanggal 12 Oktober 2013.
Dalimartha, S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5.
Pustaka Bunda. Jakarta.
Lawrence,
G. H. M. 1959. Taxonomy of Vascular Plant.
The Macmillan Co. New York.
Mas’ud, hidayati. 2009. Komposisi dan Efisiensi Pengendalian Gulma pada
Pertanaman Kedelai dengan Penggunaan Bokashi . Jurnal Agroland 16 (2) : 118 – 123.
Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian.
PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Prawoto, A. A., dkk.
2008. Panduan Lengkap Kakao :
Manajenem Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
Radosevich, S.R., J.S.
Holt, and C.M. Ghersa. 2007. Ecology of
Weeds and Invasive Plants: Relationship to Agriculture and Natural Resource Management
3rd Edition. John Wiley and Sons. New York.
Reksohadiprodjo, S.
1985. Produksi Hijauan Rumput dan Legum
Pakan Tropik Cetakan I. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah
Mada. Yogyakarta.
Sastroutomo,
S. S. 1990. Ekologi
Gulma. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sebayang, H. T. 2005. Gulma
dan Pengendaliannya Pada Tanaman Padi. Universitas Brawijaya. Malang.
Sukman dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT.
Rajawali. Jakarta.
Syakir, Muhammad et al. 2008. Pemanfaatan Limbah Sagu sebagai
Pengendalian Gulma pada Lada Perdu. Jurnal
Littri Vol. 14 No. 3 : 107 – 112.
Tjitrosoedirdjo, S., H. Utomo, dan
J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan Gulma
di Perkebunan. PT Gramedia. Jakarta.
Tjitrosoepomo,
G. 1985. Morfologi Tumbuhan. Gajah
Mada University Press. Yogyakarta.
0 Response to "LAPORAN OPT ANALISIS VEGETASI GULMA"
Post a Comment